Penyajian Menu Lokal dalam Program MBG: Sesuai Selera Masyarakat, Kuatkan Ekonomi Daerah
December 17, 2025 05:32 PM

SURYA.CO.ID - Dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Pemerintah telah menegaskan akan mengutamakan menu yang disesuaikan dengan potensi pangan lokal di setiap daerah. 

Kebijakan ini sejalan dengan Keputusan Kepala BGN Nomor 63 Tahun 2025, yang mewajibkan setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk menyusun menu sesuai potensi pangan daerah. 

Langkah ini menegaskan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi dengan cita rasa yang familiar bagi penerima manfaat, tetapi juga memberdayakan petani, nelayan, dan pelaku UMKM daerah sebagai bagian dari rantai pasok program.

Pelaku Usaha Pangan Maju Bersama Program MBG

Salah satu cerita menarik dari balik layar penyajian menu lokal program MBG datang dari pemilik pabrik tempe di Jawa Tengah. Rozaq, pemilik pabrik, mengungkapkan bahwa produktivitas pabrik miliknya meningkat usai menjadi supplier tempe di SPPG Lanud Adi Soemarmo.

“Saya merasa senang karena dengan adanya MBG, pabrik saya dapat memproduksi lebih banyak tempe setiap minggunya. Selain itu, saya jadi memiliki konsumen tetap yaitu SPPG yang menerima tempe dari pabrik saya,” ujarnya, dikutip dari situs resmi BGN. 

Jika sebelumnya Rozaq hanya menghabiskan satu kantong kedelai 50 kg per hari, kini ia harus menambah dua kantong lagi setiap kali SPPG memesan. SPPG secara rutin memasukkan menu tempe dua kali seminggu, sehingga dalam seminggu pabrik Rozaq membutuhkan tambahan empat kantong kedelai. 

Bagi Rozaq, kehadiran Program MBG menjadi rezeki besar yang membuat usaha tempenya semakin berkembang. Selain itu, sebagai pengusaha tempe sejak 2007, ia turut merasa senang karena tempe yang ia buat kini dapat dinikmati lebih banyak anak di daerahnya. 

Hal senada juga dirasakan oleh Pabrik Tahu Berkah yang mengalami peningkatan permintaan sejak menjadi pemasok untuk lauk program MBG. 

Toni, karyawan Pabrik Tahu Berkah, mengungkapkan bahwa sebelumnya ia harus berjuang keras menjual sekitar 7.000 biji tahu produksinya setiap hari ke berbagai pelanggan di pasar tradisional. Tak jarang, sisa tahu terpaksa dibawa kembali ke pabrik, dan keuntungannya hanya dari penjualan yang laku. 

Namun, sejak tahu produksinya menjadi salah satu pilihan lauk dalam program MBG, permintaan tahu miliknya meningkat dan ia mendapat tambahan pesanan 3.000 biji tahu per hari.

"Saya senang sekali tahu ini bisa dimakan anak-anak bangsa. Dulu mikirnya cuma laku di pasar, sekarang jadi bagian dari makanan bergizi untuk generasi penerus," kata Toni.

Seperti Rozaq dan Toni, banyak pengusaha pangan lokal yang juga merasakan dampak nyata dari kehadiran program MBG. Mereka pun ikut merasa bangga karena bisa berkontribusi dalam menyediakan sumber protein dengan produk olahan lokal yang mengandung gizi baik untuk para penerima manfaat MBG.

Petani Beras Rasakan Kestabilan Harga

Tidak hanya bagi pemasok lauk, dampak nyata program MBG dalam memberdayakan pengusaha pangan lokal juga turut dirasakan oleh para petani beras. Salah satunya di Dusun Lampu, Kelurahan Pucang Anom, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.

Sebelum hadirnya program MBG, petani di Dusun Lampu menghadapi pasar yang tidak stabil. Tengkulak sering menjadi satu-satunya jalur penjualan, sehingga harga yang diterima petani jauh dari ideal. 

Setelah program MBG berjalan, kondisi pun berubah. Petani seperti Nur Salim kini memiliki kepastian pembeli, harga yang lebih layak, serta akses distribusi langsung ke dapur MBG.

"Dulu kami menjual tanpa tahu pasti berapa yang laku. Sekarang, kami produksi sesuai kebutuhan MBG, dan pendapatan jadi stabil. Bahkan tenaga kerja lokal bisa ikut terlibat," jelasnya.

Program ini tidak hanya membantu Nur Salim secara individu, tetapi juga membuka ekosistem baru dari lahan ke dapur dan melibatkan banyak lapisan masyarakat sekitar. Tanpa perantara, para petani kini memiliki kendali penuh atas produk mereka, sesuai dengan kesepakatan dengan pihak dapur MBG.

Hidupkan Kearifan Lokal Lewat Setiap Hidangan, Kurangi Food Waste

Penyajian menu MBG yang disesuaikan dengan potensi pangan lokal tidak hanya berpotensi meningkatkan penyerapan bahan baku yang tersedia di daerah tersebut, tetapi juga menjadi tips yang menarik dalam upaya optimalisasi konsumsi MBG.

Menurut Achsanu Nadia, Ahli Gizi SPPG Lamlagang Banda Raya, penggunaan menu lokal dalam Program MBG menjadi cara untuk menghindari food waste dan meningkatkan nafsu makan penerima manfaat.

“Sebab, mayoritas anak sudah familiar dengan cita rasa khas daerah, sehingga tidak membutuhkan banyak penyesuaian dalam mengonsumsi menu yang disuguhkan,” ungkapnya.

Ia menyebut, SPPG Lamlagang Banda Raya sendiri telah beberapa kali menyajikan menu lokal, diantaranya Udang Masak Aceh, Ikan Tumis Aceh, serta beberapa menu lain yang menggunakan perpaduan bumbu khas Aceh. Pada umumnya, menu lokal Aceh menonjolkan penggunaan rempah dan bahan lokal yang hanya ditemui di daerah ini.

Kehadiran pangan lokal dalam MBG terbukti menciptakan efek berantai, mulai dari meningkatkan pendapatan pelaku usaha lokal, menstabilkan harga bagi petani beras, hingga membuat operasional dapur SPPG lebih efisien dan minim food waste. 

Dengan melibatkan berbagai pihak, MBG tidak hanya menghadirkan makanan bergizi, tetapi juga turut memperkuat ekosistem pangan daerah secara berkelanjutan.

Baca juga: Dampak Positif Berantai MBG di Papua: Dari Gizi Anak hingga Ekonomi Warga

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.