Sudah Lebih 400 Tahun, Sagu Maluku Diekspor dari Pulau Geser ke China 
December 17, 2025 06:52 PM

Laporan Wartawan TribunAmbon.com Haliyudin Ulima 

AMBON, TRIBUN-AMBON.COM— Ternyata, sudah lebih 400 tahun, tepung Sagu (Metroxylon sagu) menjadi komoditas dagang internasional di gugus kepulauan Maluku.

Pulau Geser, di Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), masih menjadi hub-trading tua pangan utama warga kepulauan Maluku, dan Papua.

“Sampai sekarang, masih ada keluarga juragan tua di Pulau Geser yang beli dari pedagang pengepul dari petani Pulau Seram lalu dijual ke China,” kata Habib Almascatie (40), blogger dan periset budaya komunitas Maluku, kepada Tribun di Ambon, Selasa (16/12/2025).

Menurutnya, Tiongkok China jadi negara destinasi tradisional komoditas pangan utama olahan Maluku ini. 

Industri olahan di Malaysia dan di Jawa, juga aktif membeli Sagu Maluku.

Tiga bulan terakhir, warga Labuan Bajo, Manggrarai Barat ini, meriset budaya, perilaku dan potensi hutan tanaman sagu (sago agroforestry) pada 4 dari 16 kecamatan di SBT.

Sentra Produksi: Kecamatan Teluk Waru, Bula, Siritaun, Bula Barat, dan Kilmury adalah sentra penghasil utama sagu di SBT.

“Yang unik dan menantang, sebab Pulau Geser itu tak ada pohon dan pokol sagu, tapi transaksi dan gudang tepung sagu Maluku dan Seram Timur, sejak dulu dikumpul di Geser,” ujar pria kelahiran Maluku Tengah ini.

Geser, ini jalur perdagangan rempah tradisional Nusantara di Maluku. Kapal kayu pinisi, lambo masih rutin sandar dan bawa tepung sagu kering ke Surabaya,” ujarnya. 

Baca juga: Hilirisasi Sagu Dibidik Masuk RKP 2026, SBT Berpeluang Kantongi Rp 1,5 Triliun 

Potensi Pasar

Pedagang pengumpul di Pulau Geser menyebut, potensi pasar sagu internasional masih terbuka. “Di SBT pengunpul bilang, pokoknya sampai gudangnya penuh. Dan sekarang belum penuh-penuh,” kata Almascatie, mengutip pedagang dari Geser dan Bula.

Di kekinian, Malaysia, Singapura, Hongkong dan sedikit negara Eropa, jadi pangsa pasar baru.

Data dari BPS Maluku juga tidak spesifik merinci volume ekspor Sagu.

Plh. Kepala BPS Maluku Jessica Pupella merilis sepanjang Januari-Oktober 2025, ekspor Maluku mencapai US$33,53 juta atau turun 31,83 persen dibanding periode sama tahun 2024. 

Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar yaitu sebesar US$30,44 juta atau 90,78 persen, diikuti Hongkong US$2,94 juta atau 8,76 persen. 

Seperti tahun 2024, di tahun 2025 ini ekspor komoditas Maluku diperikaran tetap melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon (59,51 persen). 

Baca juga: Dinas Pertanian SBT Gelar FGD Bahas Hilirisasi Sagu: Utamakan Aspek Sosial, Budaya dan Keberlanjutan

Menyusul Pelabuhan Tual (8,93 persen) dari 0,27 juta dolar AS menjadi 0,29 juta dolar AS.

Pelabuhan Pulau Geser tak ada data. Kini, pelabuhan tua itu hanya jasi dermaga angkutan penumpang dan barang komoditas tonase kecil dengan jelajah muatan skala regional.

Secara nasional, merujuk Data.goodstats.id, di tahun 2023 hingga 2024 Indonesia telah mengekspor 9.934.205 kg atau hampir 10 ribu ton pati sagu. Total nilai ekspornya mencapai US$3.337.812. atau setara Rp55,8 miliar.

Malaysia menjadi negara tujuan utama ekspor sagu Indonesia. Volumenya mencapai 8.512.260 kg senilai US$2.031.204. Disusul Jepang 1.002.100 kg dan China sebesar 187.652 kg.

Selain pasar ekspor, sebagian besar pasar sagu Maluku guna memenuhi kebutuhan industri makanan olahan, dan rumah tangga domestik dan regional, Maluku, Papua, Sulawesi dan Nusa Tenggara.

Almascatie memang tak menyebut volume ekspor sagu kering ini. 

Pihaknya lagi sinkronisasi dan validasi data dengan dinas perdagangan kabupaten dan provinsi.

TribunAmbon.com, coba mengupdate data ekonimi sagu ke Kadis Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan SBT M Lutfi Rumata. 

Harga Sagu

Di timur Seram dan Maluku, harga sagu kering di level petani dihargai Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per kg.

Kalau di Seram, harga sagu mantah antara Rp10 ribu hingga Rp12 ribu. “harga jualnya stabil. Tapi kalau mau Lebaran, biasanya turun jadi 8 hingga 9 ribu. Karena petani mau cepat laku,” ujar Almascatie.

Disebutkan, warga SBT terbiasa menjual Sagu dalam satuan karung boti. Isinya 25 kg diantara Rp350 ribu hingga Rp375 ribu. Fluktuasi harga dipengaruhi ketersediaan BBM. 

Mesin pemotong, dan pengolahan sagu mulai banyak menggunakan mesin.

Namun, di level petani pengolahannya masih pola tradisional, Pukol Sagu dan Ramas Sagu.

Hilirisasi Sagu

Hutan tanaman pangan Sagu SBT terbesar di Maluku.

Data dari Dinas Pertanian Maluku menyebut dari total 36.462 ha lahan Sagu pada 10 kabupaten di Maluku, sekitar 97.1 persenya atau 35.426 hektar ada di SBT.

“Bayangkan, lahan sagu SBT hampir sama kuas dengan pulau Ambon,” ujar Almascatie.

Luas Kota Ambon, ibukota provinsi Maluku 35,945 Ha. 

Membandingkan dengan data sagu nasional dari kementan tahun 2021, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr Ilham Tauda, SP MSi, Rabu (23/7/2025) lalu, menyebut typical lahan sagu Maluku, masih hutan sosial warisan alam dan nenek moyang. 

Belum diolah jadi perkebunan moderen.

Total luas areal tanaman sagu Indonesia 206.150 hektar. Luasan ini turun sejak tahun 2018 dengan luas areal mencapai 311.954 hektar. 

Dari luasan areal sagu itu, sekitar 50 persen berada di wilayah timur. Sekitar 61.249 hektar berada di daerah Papua. Sementara Maluku dan Maluku Utara mencapai 41.396 hektar, sidanya di selatan dan tenggara Sulawesi.

Banyak beralih fungsi jadi tanaman pangan lain, kebun dan palawija.

Penyebab lain, karena sudah empat dekade, sumber pangan karbohidrat warga beralih ke beras.

Konsumsi beras 1,5 juta masyarakat Maluku atau 128 ribu ton pertahun. Sedangkan sagu, kurang dari sepertiganya.

Sejak 2021 lalu, kementerian pertanian melalui program Kebun induk tanaman sagu varietas Molat, mulai dikembankangkan di Bula.

Kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Rumpun Induk Terpilih di Kabupaten Seram Bagian Timur berdasarkan SK Penetapan BPT dan Rumpun Induk, jadi lahan pembibitan unggul sagu. (zil)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.