Laporan Wartawan TribunBanten.com, Ade Feri Anggriawan
TRIBUNBANTEN.COM, TANGERANG - Pionir produsen teknologi ramah lingkungan, Greenhope, menawarkan sebuah inovasi baru guna mengatasi permasalahan sampah yang kerap terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Inovasi tersebut berupa produk bioplastik ramah lingkungan yang terbuat dari sari pati singkong.
Produk yang memiliki tampilan seperti film plastik ini berukuran lebar 1 meter dan panjang 250 meter.
Dirancang sejak tahun 2017, produk ini dapat digunakan untuk menutupi tumpukan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Baca juga: Wamen LH Pastikan Proyek PSEL Tangsel Bisa Berlanjut, Perpres 35 Jadi Landasan
Dengan teknologi yang mampu mengurai sampah menjadi cairan H₂O, gas alami atau CO₂, serta biomassa tanah dalam kurun waktu sekitar tiga bulan, produk ini diperkenalkan pada Rabu (17/12/2025).
Dalam sebuah forum interaktif yang dihadiri Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH), Diaz Hendropriyono, CEO Greenhope, Tommy Tjiptadjaja, memaparkan secara langsung fungsi serta cara penggunaan produk tersebut.
Ia menyatakan, selain ramah lingkungan, produk ini juga diklaim memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya para petani singkong.
“Karena mimpi saya adalah menciptakan bisnis yang mempunyai dampak positif langsung bagi lingkungan dan sosial,” ujarnya di pabrik Greenhope, Cikupa, Kabupaten Tangerang.
“Kami sudah membayar petani-petani singkong dengan harga premium. Jadi bukan hanya berguna untuk TPA, tetapi juga dapat mensejahterakan petani lokal. Itu memang cita-cita kami,” sambungnya.
Tak hanya itu, Tommy menyebutkan keunggulan lain dari produk ini adalah harganya yang lebih ekonomis serta penggunaannya yang lebih praktis jika dibandingkan dengan penutupan sampah TPA menggunakan tanah.
“Harganya seperempat dari tanah. Ditambah lagi, produk ini juga tidak memerlukan alat berat, sehingga bisa dipasang oleh dua orang saja,” jelasnya.
Atas hal tersebut, Wamen LH Diaz Hendropriyono menyatakan bahwa institusinya selalu siap merespons dan mendukung inovasi anak bangsa yang bermanfaat bagi penyelesaian permasalahan lingkungan.
Ia mengaku menyambut baik solusi yang ditawarkan Greenhope terkait penggunaan pelapis sampah berbahan dasar singkong untuk mengurangi sampah di TPA secara berkelanjutan.
“KLH sebenarnya cepat merespons inovasi anak bangsa. Tidak ada alasan untuk menghambatnya. Setiap inovasi yang baik harus selalu didukung,” ucapnya.
Ia menambahkan, solusi capping atau penutupan TPA yang kini digagas pemerintah merupakan langkah positif untuk mentransformasi TPA dari sistem open dumping menjadi controlled landfill, bahkan hingga sanitary landfill.
Hal tersebut, kata dia, sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
“Peraturan terkait sudah ada, yang perlu diperkuat adalah penegakannya (enforcement),” kata Diaz.
“TPA open dumping memang tidak boleh lagi beroperasi karena berpotensi menyebabkan longsor, polusi udara, serta emisi gas rumah kaca seperti CO₂ dan metana yang memperparah pemanasan global,” jelasnya.
Ia pun menegaskan, pemerintah tidak hanya akan mendukung satu solusi saja dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.
Berbagai pendekatan seperti Waste to Energy (WTE), Refuse Derived Fuel (RDF), daur ulang, hingga produk biodegradable yang mengembalikan bahan ke tanah harus berjalan beriringan selama berbasis kajian ilmiah yang valid.
“Saya bahkan mencari tahu apa yang menjadi hambatan bagi inovasi anak bangsa ini agar bisa kita atasi. Inovasi ini sangat luar biasa,” tandasnya.