Kuasa Hukum Desak Usut Dugaan Korupsi-Izin PT ABS Pasca Penembakan 5 Petani Bengkulu Selatan
December 17, 2025 09:54 PM

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Nur Rahma Sagita 

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU SELATAN - Puji Hendri Julita Sari kuasa Hukum petani Pino Raya turut mengikuti rapat penyampaian aspirasi bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Selatan, pada Rabu (17/12/2025).

Puji Hendri Julita Sari mengungkapkan, hari ini pihaknya mendampingi masyarakat dan pemilik wilayah dalam hal ini Kepala Desa dan Camat untuk mendengarkan kronologi masyarakat maupun pemilik wilayah terkait lahan yang saat ini menjadi konflik.

“Masyarakat tentunya hari ini menyampaikan sejarah kepemilikan lahan serta menyampikan datanya oleh Pemkab Bengkulu Selatan,” ujar Puji saat diwawancarai TribunBengkulu.com, Rabu (17/12/2025).

Dari penyampaian aspirasi hari ini didengar bahwa baik petani, kepala desa hingga camat menyampaikan tidak adanya proses administrasi yang diurus perusahaan kepada pemilik wilayah.

“Sehingg kita hari ini ada dua tuntutan atas persoalan yang ada,” ungkap Puji.

Adapun dua tuntutan itu yaitu pertama karena perusahaan diduga telah melanggar dari administrasi. Dilihat dari perusahaan yang hanya nemilik izin lokasi di Batu Panco.

Baca juga: Warga Serahkan Data Lahan, Wabup Bengkulu Selatan Pastikan Tim Selesaikan Konflik PT ABS dan Petani

Namun perusahaan ini dilihat masih beroperasi di beberapa desa yang belum memiliki izin tersebut.

Sehingga tuntutan ini diberikan kepada pemerintah dapat menyelesaikan untuk mengevaluasi HGU. Apabila nanti bermasalah maka HGU ini harus dicabut.

Sedangkan tuntutan kedua yaitu, dari petani sudah menyampaikan data beberapa hektar petani yang berkonflik lahan langsung untuk minta diakui dalam bentuk legal pemerintah.

Selain membacakan tuntutan, Puji menyampaikan, bahwa adanya dugaan korupsi dalam penerbitan HGU.

“Tadi ada kejaksaan yang hadir, kita menyampaikan adanya dugaan korupsi tersebut. Jadi kita mintak kejaksaan untuk menuntut tuntas dugaan korupsi baik itu dari pihak lembaga yang menerbitkan HGU ini,” tegas Puji.

Tambah Puji, dugaan korupsi lainnya yaitu adanya perusahaan yang mengklaim bahwa telah menanam dari tahun 2015 Sedangkan HGU di klaim itu mulai tahun 2025.

“Ini jelas dalam aturan bahwa tidak boleh perusahaan menanam kalau tidak ada HGU artinya artinya ada dugaan korupsi yang merugikan negara. Jadi kita mintak kejaksaan untuk mengusut dua dugaan korupsi ini,” pungkas Puji.

Penembakan Petani

Ketegangan bermula ketika warga meminta pihak perusahaan untuk menghentikan penggusuran lahan yang masih berstatus sengketa.

Namun, permintaan tersebut diabaikan dan pihak perusahaan tetap melanjutkan aktivitas penggusuran dengan alat berat, sehingga memicu kemarahan warga di lokasi.

Kejadian semakin panik setelah lima petani mengalami luka tembak yang diduga dilakukan aparat keamanan sebuah perusahaan kelapa sawit.

PETANI DITEMBAK - Lima petani ditembak petugas keamanan perusahaan di Bengkulu Selatan, Senin (24/11/2025).
PETANI DITEMBAK - Lima petani ditembak petugas keamanan perusahaan di Bengkulu Selatan, Senin (24/11/2025). (KOMPAS.COM/FIRMANSYAH)

Kini kondisi terkini para korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hasanuddin Damrah, Bengkulu Selatan.

Menurut keterangan saksi, tembakan dilepaskan oleh petugas keamanan perusahaan bernama Ricky.

Tembakan pertama langsung diarahkan ke dada korban tanpa ada tembakan peringatan, membuat warga yang berada di sekitar lokasi terkejut dan panik.

Saksi menyebut setelah Buyung tumbang, Ricky bukannya berhenti melainkan diduga melarikan diri sambil menembak membabi buta ke arah belakang.

Rentetan tembakan itu kemudian mengenai empat petani lainnya.

Salah satu korban, Edi Susanto, menceritakan detik-detik penembakan tersebut setelah dibawa penanganan di RSUD Manna.

“Ricky orang PT melakukan enam tembakan. Yang pertama langsung ke dada Buyung, tidak ada tembakan peringatan. Tembakan kedua meleset. Tembakan ketiga kena saya di bagian rusuk bawah, jaraknya sekitar dua meter,” ujar Edi, Senin (24/11/2025).

Dengan adanya kejadian ini, Edi mengatakan warga yang marah langsung menyerbu kawasan PT, menuntut pertanggungjawaban atas tindakan brutal tersebut.

Daftar Korban

  1. Buyung Saripudin (74) – Desa Tungkal I, Kecamatan Pino Raya.
  2. Edi Susanto (61) – Jln. SMA Karya.
  3. Edi Hermanto / Pak Bintang (49) – Desa Pagar Gading, Kecamatan Pino Raya.
  4. Lin Surman (41) – Desa Kembang Seri, Kecamatan Pino Raya.
  5. Suhardin (60) – Desa Kembang Seri, Kecamatan Pino Raya.

Klarifikasi PT ABS

Klarifikasi perusahan sawit PT Agro Bengkulu Selatan (ABS) terkait insiden penembakan 5 petani oleh pihak keamanan, pada pada Senin 24 November 2025.

Pihak perusahaan mengaku, saat insiden itu bukan hanya 5 petani menjadi korban, namun Ricki dari pihak perusahaan yang diduga  pelaku penembakan, kini dalam kondisi kritis dan telah dibawa ke Rumah Sakit Bahyangkara Bengkulu untuk mendapat penanganan.

Diketahui menurut informasi awal yang beredar, sebelum melepaskan tembakan, Ricki diduga dibacok terlebih dahulu saat pertikaian di area perusahaan.

Ia disebut mengalami sekitar 12 luka bacokan. Dalam kondisi terluka berat, ia kemudian diduga menembakkan senjata api ke arah korban lainnya.

Manager PT ABS Pino Raya, Bengkulu Selatan Suribakti Damanik mengungkapkan, kejadian bermula saat warga meminta untuk menghentikan alat berat yang digunakan untuk perbaikan jalan perkebunan yang telah diklaim memilik Hak Guna Usaha (HGU) seluas 444 hektare. 

“Kita ingin melakukan perbaikan jalan itu untuk mempermudah mengangkut buah yang sebelumnya masih menggunakan ojek,” ujar Suribakti saat memberikanan keterengan di kantor PT ABS, Rabu (26/11/2025).

Kejadian semakin memanas setelah warga mendatangi alat berat untuk menghentikan aktivitas perbaikan jalan tersebut.

Sehingga warga mulai menyerang dan dirinya saat itu setelah diserang sempat terjatuh karena berada di posisi tebing dan langsung melarikan diri.

Tidak lama dirinya mendengar suara tembakan dilokasi kejadian dan melihat Ricki yang merupakan Asisten Pengamanan sekaligus Humas PT ABS juga berlari untuk menghindari kejaran warga yang telah menyerang mereka.
“Saya saat itu berada dilokasi mendengar suara ledakan saya muncul tanya ini siapa yang membawa senjata, namun untuk kondisi disana saya tidak mengatahui pasti lagi karena sudah lari untuk menyelamatkan diri,” ungkap Suribakti.

Ia menegaskan, penyerangan terjadi pertama itu sudah dari masyarakat yang menolak untuk perbaikan jalan.

"Tapi untuk kronologi dan kepemilikan senjata api untuk saat ini belum diketahui dapatnya dari mana. Kami dari pihak perusahaan tidak menyediakan senjata api (pistol), jadi untuk kepemilikan senjata kami tidak mengetahui,” kata Suribakti.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.