TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nyeri bahu sering kali dianggap keluhan biasa akibat kelelahan atau salah posisi tidur.
Padahal, dalam banyak kasus, nyeri bahu bisa menjadi tanda adanya masalah serius pada sendi atau otot yang jika dibiarkan dapat memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pakar bedah bahu kelas dunia, Dr. Laurent Lafosse, menegaskan bahwa penanganan nyeri bahu tidak bisa disamaratakan.
"Diperlukan pemeriksaan yang tepat, pemilihan metode pengobatan yang sesuai, serta penanganan yang aman agar pasien dapat kembali bergerak normal tanpa rasa sakit," kata Laurent Lafosse saat Siloam Orthopedic Symposium di Jakarta belum lama ini.
Menurut Lafosse, kebutuhan layanan kesehatan bahu terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup dan gaya hidup masyarakat yang semakin aktif.
Baca juga: 80 Persen Perempuan Alami Nyeri Haid, Tak Harus Tergantung Obat, Ini Cara Efektif Menguranginya
Aktivitas kerja, olahraga, hingga proses penuaan membuat sendi bahu rentan mengalami cedera dan kerusakan.
Lafosse menjelaskan bahwa secara umum ada tiga masalah bahu yang paling sering dialami pasien.
Masalah pertama adalah kerusakan sendi akibat usia atau pengapuran.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan nyeri yang menetap dan bahu terasa kaku.
"Jika sudah berat, dokter dapat merekomendasikan penggantian sendi bahu agar pasien kembali bisa beraktivitas dengan nyaman," katanya.
Masalah kedua adalah bahu yang mudah terlepas atau sering keseleo.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang aktif secara fisik atau pernah mengalami cedera sebelumnya.
Kabar baiknya, berkat teknologi kedokteran saat ini, perbaikan bahu bisa dilakukan tanpa operasi besar.
“Dulu sendi harus dibuka dan dijahit secara langsung. Sekarang, tanpa membuka sendi, bagian yang robek atau kendor bisa diperbaiki dengan teknik endoskopi,” kata Dr. Lafosse.
Masalah ketiga adalah robekan otot bahu, yang sering disangka sebagai frozen shoulder.
Banyak pasien mengira bahunya kaku biasa, padahal sebenarnya terjadi robekan otot yang membuat tangan sulit diangkat.
“Bukan frozen shoulder. Pasien merasa sakit dan tidak bisa mengangkat tangan. Itu karena ototnya robek. Awalnya kecil, tapi kalau tidak ditangani bisa menjadi robekan besar,” katanya.
Dr. Lafosse mengingatkan bahwa menunda pemeriksaan justru dapat memperparah kondisi.
Jika robekan kecil dibiarkan, proses penyembuhan akan semakin sulit dan waktu pemulihan menjadi lebih lama.
Sebagai pelopor teknik bedah bahu modern yang minim sayatan, Lafosse dikenal mengembangkan metode yang membuat nyeri pascaoperasi lebih ringan dan pemulihan lebih cepat, sehingga pasien dapat kembali beraktivitas dengan aman.
Kehadirannya di Indonesia juga membuka kesempatan bagi dokter-dokter ortopedi dalam negeri untuk mempelajari teknik terbaru tanpa harus ke luar negeri.
Dampaknya diharapkan dapat langsung dirasakan pasien melalui peningkatan kualitas layanan kesehatan bahu di Tanah Air.
Executive Director Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Inge Samadi mengatakan, menghadirkan Dr. Laurent Lafosse merupakan langkah nyata agar pasien di Indonesia mendapatkan penanganan nyeri bahu yang lebih aman, modern, dan sesuai standar global.
"Melalui edukasi dokter yang berkelanjutan dan pengembangan pusat layanan khusus bedah bahu, kami berharap masyarakat semakin sadar bahwa nyeri bahu bukan keluhan sepele dan dapat ditangani dengan tepat jika ditangani sejak dini," katanya.