Anggota Komisi VI DPR Dorong Modernisasi Pabrik Gula untuk Tingkatkan Produktivitas Petani
December 18, 2025 02:29 AM

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan menegaskan perlunya modernisasi pabrik gula di berbagai daerah untuk meningkatkan produktivitas petani tebu dan memperkuat ekosistem industri gula nasional.

Memasuki musim tanam tebu 2026, DPR mendorong pemerintah segera melakukan perbaikan menyeluruh pada ekosistem gula nasional.

Nasim Khan dari Fraksi PKB menilai penguatan industri gula bukan hanya soal target swasembada, melainkan kepentingan jangka panjang bagi ketahanan pangan, keberlanjutan ekonomi pedesaan, dan daya saing industri nasional.

“Perbaikan ekosistem gula nasional bukan hanya soal mengejar target swasembada. Ini adalah kepentingan besar dan jangka panjang bagi ketahanan pangan serta keberlangsungan industri nasional. Tanpa pembenahan menyeluruh, masalah gula akan terus berulang,” kata Nasim kepada wartawan, Rabu (17/12/2025).

Produksi Defisit, Impor Gula Membengkak

Gula merupakan komoditas strategis bagi rumah tangga dan industri makanan-minuman, namun produksi nasional masih jauh dari mencukupi kebutuhan.

Dikutip Kompas.com 20 Juli 2025, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi gula konsumsi sempat fluktuatif, dari 2,23 juta ton pada 2019 turun menjadi 2,12 juta ton pada 2020, lalu meningkat menjadi 2,40 juta ton pada 2022. Jawa Timur menjadi penyumbang terbesar dengan 1,14 juta ton atau 47 persen dari total produksi nasional. Rendahnya produktivitas tebu petani dan minimnya revitalisasi pabrik gula membuat kesenjangan produksi semakin lebar.

Akibat defisit tersebut, Indonesia masih bergantung pada impor besar setiap tahun. Dalam lima tahun terakhir, impor gula selalu di atas 5 juta ton, bahkan mencapai rekor 6,01 juta ton pada 2022.

Indonesia pun tercatat sebagai salah satu importir gula terbesar dunia, hanya kalah dari China. Pemerintah menargetkan swasembada gula pada 2028 melalui revitalisasi pabrik, ekspansi lahan tebu rakyat, penguatan kemitraan petani-pabrik, serta introduksi varietas unggul, meski hambatan seperti pabrik tua, lahan sempit, dan harga tebu rendah masih membayangi.

Baca juga: Kerugian Penipuan Siber Tembus Rp 8,2 Triliun, Ini Modus yang Paling Sering Menjerat Korban

DPR Desak Langkah Luar Biasa

Nasim menekankan perlunya investasi untuk modernisasi di dua sisi, yakni perkebunan dan pabrik gula.

Menurutnya, mayoritas pabrik gula di Indonesia masih menggunakan peralatan tua sejak era kolonial sehingga tidak mampu menghasilkan rendemen tinggi.

Modernisasi di tingkat petani akan memudahkan proses tanam dan meningkatkan kualitas tebu, sementara pembaruan mesin pabrik akan memperbaiki efisiensi produksi.

Dengan produktivitas yang meningkat, tata niaga gula dapat dijalankan lebih efektif, sehingga gula hasil produksi petani nasional lebih berdaya saing baik dari sisi harga maupun kualitas.

Petani Tebu Merugi

Belajar dari musim giling 2025, ketidakpastian produksi sempat membuat puluhan ribu petani tebu di Jawa Timur resah dan mengancam mogok tanam.

Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sundari Edy Sukamto menegaskan banyak petani mengalami kerugian pada musim giling tersebut.

“Sehingga persoalan-persoalan seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari, dan petani memiliki kepastian dan semakin bergairah menanam tebu di musim berikutnya,” ujar Sundari.
 
Dorongan modernisasi pabrik gula dan perbaikan ekosistem bukan sekadar target swasembada, melainkan jalan keluar dari ketergantungan impor jutaan ton setiap tahun. Tanpa pembenahan menyeluruh, industri gula akan terus rapuh. Dengan modernisasi, petani punya harapan baru dan ketahanan pangan nasional lebih terjamin.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.