BMKG Dorong Penguatan Informasi Terpadu untuk Mitigasi Bencana Hidrometeorologi
December 18, 2025 10:00 AM

 

TRIUNFLORES.COM- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menegaskan bahwa pengelolaan informasi yang andal, terintegrasi, dan berkelanjutan dari hulu ke hilir merupakan pilar utama dalam manajemen risiko bencana hidrometeorologi. 

Informasi yang kuat dinilai menjadi fondasi penting dalam mendukung sistem peringatan dini, upaya mitigasi, hingga pengambilan keputusan kebencanaan yang efektif.

Hal tersebut disampaikan Faisal saat menjadi pembicara kunci dalam webinar bertajuk “Early Warning, Early Action: Kilas Balik Bencana Hidrometeorologi sebagai Basis Rekomendasi Aksi Mendatang” yang diselenggarakan secara hybrid oleh Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (17/12/2025).

Dalam paparannya, Faisal mengungkapkan bahwa berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian bencana di Indonesia masih didominasi oleh banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem yang hampir terjadi di seluruh wilayah. 

 

Baca juga: BMKG Peringatkan Dampak Tidak Langsung Bibit Siklon Tropis 93S di NTT, Picu Hujan Sedang-Lebat

 

 

Dinamika atmosfer, termasuk pengaruh siklon tropis seperti Cempaka, Seroja, dan Senyar, turut memperparah intensitas hujan ekstrem yang memicu banjir dan longsor.

“Secara umum trennya terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus diperkuat secara berkelanjutan,” ujarnya.

Menurut Faisal, tantangan tersebut harus dijawab melalui penguatan sistem peringatan dini yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Dalam konteks ini, BMKG berperan di hulu sebagai penyedia data, informasi, dan peringatan dini berbasis sains.

“BMKG berada di hulu. Kami menyediakan data yang didukung big data dan analisis. Selanjutnya, di Disaster Management Command Center ditetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan,” kata Faisal yang mengikuti webinar secara daring.

 

Baca juga: BMKG Peringatkan Dampak Potensi Hujan Ringan- Sedang di Kawasan Gunung Lewotobi dan Sekitarnya

 

Saat ini, BMKG mengoperasikan lebih dari 191 unit pelaksana teknis (UPT) di seluruh Indonesia dengan dukungan sekitar 10.800 peralatan operasional utama. BMKG juga mengelola 44 radar cuaca berstandar World Meteorological Organization (WMO), stasiun Global Atmosphere Watch (GAW), serta dua superkomputer yang berlokasi di Jakarta dan Bali.

BMKG turut mengoperasikan berbagai sistem peringatan dini multi-bahaya, seperti Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), Meteorological Early Warning System (MEWS), dan Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), yang dirancang untuk memberikan peringatan secara cepat dan akurat.

Selain penguatan peringatan dini, BMKG juga melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sebagai bagian dari mitigasi dampak cuaca ekstrem, baik untuk mengurangi risiko banjir maupun kebakaran hutan dan lahan.

Faisal menekankan bahwa penguatan teknologi harus berjalan seiring dengan peningkatan kapasitas masyarakat. Karena itu, BMKG secara konsisten menyelenggarakan berbagai program edukasi, seperti Sekolah Lapang Cuaca bagi nelayan, literasi iklim bagi generasi muda, BMKG Goes to School, hingga kunjungan edukatif ke kantor-kantor BMKG.

“Kita terus meningkatkan pelibatan masyarakat melalui pembelajaran, pengajaran, dan edukasi yang berkelanjutan,” tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan risiko bencana. Menurutnya, pembangunan yang tangguh terhadap bencana membutuhkan sinergi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat.

Sumber: BMKG

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.