TRIBUNTRENDS.COM - Niat sederhana untuk membolos sekolah berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah dibayangkan.
Sejumlah pelajar SMP di Kabupaten Karanganyar harus menghadapi konsekuensi tragis dari keputusan yang mereka anggap sepele.
Tawa dan kebebasan sesaat di tepi sungai berakhir dengan duka mendalam.
Peristiwa memilukan itu terjadi di Sungai Klegung Jlantah, Desa Jatikuwung, Kecamatan Jatipuro, pada Rabu (17/12/2025).
Dua remaja dilaporkan tenggelam saat bermain air, dan satu di antaranya akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Baca juga: Sederet Dampak Banjir Bekasi, Rumah Tenggelam Warga Terjebak, Siklus 5 Tahunan atau Kelalaian?
Kisah tragis ini bermula dari rencana para pelajar untuk tidak masuk sekolah pada hari tersebut. PS Kapolsek Jatipuro, Iptu Widada, memaparkan bahwa para korban sejak awal memang telah merencanakan untuk membolos.
Salah satu teman mereka, Adha Orie Fadliansah, pelajar SMPN 2 Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, mengajak korban bersama Yosa Desa, pelajar SMPN 1 Jatipuro, untuk berkumpul.
"Mereka janjian untuk bolos sekolah dan berkumpul di warung di Desa Jatiharjo, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar menunggu kedatangan para korban," kata Widada.
Setelah seluruh rombongan berkumpul di warung tersebut, mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Sungai Klegung Jlantah yang berada di Dusun Ngluwak, Desa Jatikuwung.
Setibanya di lokasi, para pelajar itu menghabiskan waktu dengan bermain air dan berenang di bagian atas area irigasi sawah Pepe.
Namun, kondisi sungai yang cukup dalam serta kemampuan berenang yang terbatas menjadi ancaman nyata.
Iptu Widada menjelaskan bahwa dua pelajar dari SMPN 1 Jatipuro tidak memiliki kemampuan berenang yang memadai.
"Karena tidak bisa berenang dua pelajar SMPN 1 Jatipuro itu tenggelam," ungkap Widada.
Dalam hitungan detik, situasi berubah panik. Air sungai yang tampak tenang justru menyeret tubuh para remaja itu ke kedalaman.
Baca juga: 3 Permintaan Siswa SMP 7 Mojokerto Sebelum Tenggelam di Pantai Drini, Sandal Putih dan Potong Rambut
Melihat kejadian tersebut, dua teman korban berusaha secepat mungkin mencari bantuan. Mereka berlari dan meminta pertolongan kepada Mandar (40) dan Sudaryati (38), penjual soto yang berada di seberang jalan.
Mendengar teriakan panik minta tolong, keduanya tanpa ragu langsung terjun ke sungai untuk membantu melakukan pencarian.
Iptu Widada mengungkapkan hasil dari proses evakuasi awal tersebut.
"Dalam proses evakuasi, salah satu korban bernama Fandy Aditya Firmansyah berhasil dievakuasi dengan selamat dalam kondisi pingsan.
Sedangkan satu korban bernama Latif Arrafi Yatnatimur tidak bisa ketemu karena sungai terlalu dalam dan warga memanggil relawan untuk proses evakuasi," jelas Widada.
Situasi semakin genting ketika salah satu korban tak kunjung ditemukan. Warga kemudian memanggil tim relawan yang datang membawa peralatan keselamatan, termasuk pelampung, untuk menyisir aliran sungai.
Upaya pencarian dilakukan dengan penuh kehati-hatian di tengah arus sungai yang cukup dalam. Setelah pencarian intensif, korban akhirnya berhasil ditemukan.
Namun, kabar yang dinantikan dengan harapan itu berubah menjadi duka mendalam.
"Setelah dilakukan pencarian, akhirnya berhasil ditemukan namun dalam keadaan sudah meninggal dunia," kata Widada.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa satu keputusan kecil dapat membawa dampak yang sangat besar.
Niat membolos sekolah demi kesenangan sesaat harus dibayar dengan kehilangan nyawa dan trauma mendalam bagi keluarga serta teman-teman yang ditinggalkan.
Peristiwa di Sungai Klegung Jlantah kini menyisakan duka, penyesalan, dan peringatan keras akan pentingnya kewaspadaan serta tanggung jawab, terutama bagi generasi muda.
***