TRIBUNTRENDS.COM - Setelah tiga pekan bencana banjir Sumatera, bendera putih dikibarkan warga di sejumlah wilayah Aceh.
Warga Aceh mengibarkan bendera putih di jalan-jalan yang diibaratkan sebagai tanda darurat.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul memberikan tanggapannya.
Ia menegaskan pemerintah tengah mengerahkan upaya maksimal untuk memulihkan kondisi di tiga provinsi yang terdampak banjir bandang dan tanah longsor.
"Ini kan lagi bekerja keras ya, itu saja itu.
(Kami) lagi bekerja keras," kata Gus Ipul saat ditemui di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Rabu (17/12/2025), dikutip dari KOMPAS.COM.
Gus Ipul turut merespons polemik surat permintaan bantuan penanganan bencana Aceh yang dialamatkan kepada dua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations Children's Fund (UNICEF).
Ia menegaskan seluruh langkah penanganan yang dilakukan pemerintah saat ini berjalan sesuai arahan Presiden RI Prabowo Subianto.
"Pedoman kita kan arahan Presiden ya.
Kalau ada usulan-usulan bisa nanti lewat Mendagri ya, kalau memang itu dari pemerintah daerah nanti akan disampaikan ke Presiden.
Tapi sementara arahan, pedoman kita adalah arahan Presiden," papar Gus Ipul.
Sebelumnya, Bendera putih dikibarkan di berbagai ruas jalan di Aceh sebagai simbol kondisi darurat dan keputusasaan warga menghadapi bencana banjir Sumatera.
”Masyarakat menyerah dan butuh bantuan.
Kami tidak sanggup lagi,” ujar Bahtiar, warga Alue Nibong, Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Minggu (14/12/2025), dikutip dari KOMPAS.COM.
Masyarakat menilai penanganan bencana oleh pemerintah pusat berjalan lambat, khususnya di wilayah Aceh yang terdampak parah.
Di Aceh Timur hingga sepanjang jalur nasional Banda Aceh–Medan sampai Kabupaten Aceh Tamiang, bendera putih terlihat menghiasi jalanan.
Tiga pekan pascabanjir, bantuan dinilai masih minim sehingga warga terpaksa saling menolong dan mendirikan dapur umum secara mandiri.
Namun, persediaan bahan makanan semakin menipis dan banyak warga mengalami kelaparan.
”Masyarakat di sini sudah tidak sanggup.
Bendera putih ini tanda kami menyerah oleh keadaan,” ujar Zamzami, warga lainnya.
Juru bicara Gerakan Rakyat Aceh Bersatu, Masri, menyatakan masyarakat sudah tidak mampu lagi menanggung dampak bencana yang besar ini.
Mereka mendesak Presiden Prabowo Subianto menetapkan status bencana nasional agar penanganan darurat dilakukan secara terpadu.
Penetapan tersebut diharapkan membuka akses tambahan bantuan logistik, tenaga medis, alat berat, serta kebutuhan penting lain yang tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah.
Selain itu, masyarakat meminta pemerintah pusat segera melakukan pendataan kerusakan secara menyeluruh sebagai dasar relokasi, rekonstruksi, dan rehabilitasi.
Warga juga berharap adanya jaminan pemulihan ekonomi, khususnya bagi masyarakat kecil yang kehilangan rumah, lahan, dan sumber mata pencaharian.
Baca juga: Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih Usai Banjir Sumatera, Gubernur Mualem: Tidak Ada Kata Menyerah!
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total korban meninggal akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor mencapai 1.059 orang, per Rabu (17/12/2025).
Sebelumnya, jumlah korban meninggal mencapai 1.053 jiwa.
Jumlah itu bertambah dengan ditemukannya enam jasad, dua jiwa ditemukan di Aceh Utara, sementara empat jiwa ditemukan di Tapanuli Tengah.
Sementara itu, untuk jumlah korban hilang kini berkurang menjadi 192 jiwa di tiga provinsi.
Sebelumnya, jumlah korban hilang mencapai 200 jiwa.
Total pengungsi yang sebelumnya mencapai 606.040 jiwa berkurang 28.440 jiwa.
Sehingga total pengungsi kini menjadi 577.600 jiwa.
(TribunTrends/ Amr)