SURYA.CO.ID, JOMBANG - Fenomena tanah retak kembali terlihat di beberapa titik di kawasan perbukitan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Bukannya terjadi mendadak, kejadian ini justru dianggap sebagai peristiwa berulang yang telah dikenal masyarakat setempat selama puluhan tahun.
Begitulah kata Suparman, seorang warga Desa Sambirejo, Wonosalam, Kabupaten Jombang. Ia menyatakan bahwa pergerakan tanah merupakan hal yang wajar di wilayah dengan kontur berbukit seperti tempat tinggalnya.
"Tanah di sini memang aktif bergerak, itu proses alam yang sudah kami amati sejak lama," kata Suparman saat dikonfirmasi SURYA, Kamis (18/12/2025).
Secara alami, lapisan tanah di kawasan tersebut terbentuk dari endapan material yang dibawa aliran air, terdiri dari campuran lumpur, sisa organik, dan humus. Lapisan yang cenderung lunak inilah yang dinilai rentan mengalami perubahan bentuk seiring waktu.
Catatan warga menunjukkan, pergeseran tanah serupa pernah terjadi di beberapa lokasi pada tahun lalu.
"Itu pernah terjadi juga (tanah retak) seperti di Dukuh Jumok, Dusun Sumberlamong, Kecamatan Wonosalam. Akibatnya sama, retak di sejumlah rumah warga," Suparman melanjutkan.
Fenomena juga teramati di wilayah Banturejo dan Balikambang, di mana satu hektare lebih lahan persawahan terdampak.
Untuk retakan terbaru di Desa Sambirejo, area terdampak diperkirakan mencapai setengah hektare, dengan retakan umumnya tidak sampai merusak badan jalan utama.
"Warga di sini menilai pergerakan saat ini masih berlangsung lambat dan terkendali, tanpa diikuti tanda-tanda longsoran besar yang mengancam jiwa," ungkapnya.
Suparman juga menekankan bahwa lahan yang terdampak saat ini berstatus milik pribadi warga, dengan bukti kepemilikan administratif dan pembayaran pajak yang telah berjalan bertahun-tahun, bukan lagi area Hak Guna Usaha (HGU).
Di sisi lain, upaya mitigasi terus dilakukan BPBD Jombang bersama BPBD Jawa Timur. Pemetaan wilayah rawan bencana dan pemasangan alat peringatan dini longsor di titik-titik strategis dekat permukiman telah dijalankan.
Pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk tetap siaga, terutama pada musim hujan sembari menunggu hasil kajian teknis lebih lanjut guna menentukan langkah pencegahan yang tepat.
Bupati Jombang, Warsubi, dalam pernyataannya menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam penanganan awal potensi bencana.
"Kami telah mengerahkan tim teknis untuk mempelajari situasi dan menyiapkan langkah-langkah strategis. Anggaran tak terduga (BTT) siap dialokasikan jika diperlukan tindakan darurat," ucap Warsubi pekan lalu.
Pemerintah setempat juga telah memberikan imbauan kesiapsiagaan kepada masyarakat, terutama yang bermukim di zona terdampak.
Warga di sekitar lokasi retakan telah diedukasi untuk mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman guna menghindari resiko bila terjadi pergerakan tanah lebih lanjut.
"Kewaspadaan kolektif sangat krusial. Kami mendorong warga untuk aktif melaporkan perubahan kondisi di sekitar mereka," kata Warsubi. *****