TRIBUNJAKARTA.COM - Tongkat Nabi Musa hingga bendera putih menjadi gambaran soal rusaknya kondisi pascabencana Sumatra.
Istilah mukjizat dalam Islam itu digunakan Presiden Prabowo Subianto saat berbicara kepada para pengungsi di Aceh.
Sementara, bendera putih menjadi simbol pernyataan masyarakat Aceh setelah berhari-hari menjalani sulitnya bertahan hidup pasca mengalami dahsyatnya banjir bandang.
Bukan tanpa makna, dua simbol itu menjadi gambaran dari pihak pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab dalam penanggulangan, hingga pihak masyarakat Aceh yang merasakan penderitaannya tertimpa bencana ekologi.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per hari ini, Rabu (18/12/2025), mencatat jumlah korban jiwa bencana di Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Utara sebanyak 1.068 orang.
Pada Jumat (12/12/2025), Presiden Prabowo mengunjungi Takengon, Aceh, dan berbicara langsung dengan para korban.
Prabowo memastikan pemerintah akan membantu masyarakat dan memenuhi kebutuhannya.
"Tadi saya sudah sampaikan bahwa pasti pemerintah akan turun dan bantu. Tentunya ini adalah musibah, kami tidak punya tongkat Nabi Musa," ujar Prabowo, dikutip dari Kompas.com.
Prabowo menyampaikan, pemerintah akan menyiapkan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) bagi para korban.
Hanya saja, Prabowo menegaskan bahwa pekerjaan pemerintah juga butuh waktu, sehingga dia memohon kesabaran para korban.
"Tapi butuh waktu. Jadi kami mohon kesabaran, saya tidak bisa mengerjakan semua begitu cepat. Kita sudah bekerja dengan sebaik-baiknya," ucap Prabowo.
"Saya minta ketabahan dan kesabaran semua. Pasti kita akan bantu. Tenang saja," imbuh dia.
Sementara itu, bendera putih berkibar di sejumlah ruas jalan di Aceh sebagai simbol kondisi darurat yang kian parah.
Di tengah dampak banjir Aceh yang kian parah dan berkepanjangan, warga mengaku kehabisan daya dan memilih menyerah karena keterbatasan bantuan.
“Masyarakat sudah tidak sanggup lagi dan sangat membutuhkan pertolongan,” ujar Bahtiar, warga Alue Nibong, Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, dikutip dari Kompas.com, Minggu (14/12/2025).
Hampir tiga pekan sejak banjir melanda, bantuan dinilai belum mencukupi. Bendera putih terlihat terbentang di Aceh Timur, bahkan memanjang di sepanjang jalur nasional Banda Aceh–Medan hingga Kabupaten Aceh Tamiang.
Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Humam Hamim, menerjemahkan makna dari tongkat nabi musa ala Prabowo dan bendera putih masyarakat Aceh.
Menurut Humam, bendera putih dikibarkan lantaran masyarakat Aceh ingin mengatakan negara belum benar-benar hadir untuk mereka yang sedang kesusahan.
"Sebenarnya gampang sekali, itu kan orang-orang yang bukan putus asa, tapi itu isyarat darurat."
"Jadi masyarakat Aceh itu dalam bacaan saya mengibarkan bendera putih itu menyebutkan bahwa negara belum sepenuhnya hadir dengan mereka," kata Humam pada program Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Selasa (17/12/2025).
Di sisi lainn, Humam membaca kalimat Prabowo yang menyinggung mukjizat Nabi Musa itu sebagai ekspresi kekagetan atas beratnya kerusakan yang harus dibenahi imbas bencana yang menerjang sekitar tiga pekan lalu.
"Ada seorang Prabowo yang begitu kua begitu sampai ke melihat kenyataan di lapangan itu dengan spontan keluar, 'Saya
tidak punya tongkat Nabi Musa'."
"Itu artinya apa? dia secara enggak sadar sudah melihat beban yang amat sangat besar," lanjut papar Humam.
Terlebih, kata Humam, ada sejumlah pihak yang melihat bencana banjir bandang akibat siklon senyar itu lebih parah dampak kehancurannya dibandingkan tsunami 2004 silam.
"Beberapa asesmen mengatakan bahwa tsunami, apa namanya, siklon kali ini itu senyar ini itu lebih dahsyat dari tsunami."
"Itu aja persoalannya dan negara, maaf saja, sampai hari ini belum mampu melayani kebutuhan, belum sangat mampu begitu," jelasnya.