SHP Jadi Sumber Baru Logam Tanah Jarang, Ichwan Azwardi Sebut Potensi Besarnya Belum Tergarap
December 19, 2025 08:03 PM

BANGKAPOS.COM, BANDUNG - Institut Teknologi Bandung (ITB), Bidang Keahlian Metalurgi, menggelar Focus Group Discussion (FGD) membahas Konsep Geometalurgi Logam Tanah Jarang dalam Pengolahan Sumberdaya Sekunder dari Hasil Pengolahan–Pemurnian Bijih Timah dan Nikel, Sabtu (13/12/2025).

Praktisi pertambangan Dr Ichwan Azwardi, S.T., M.T yang turut menjadi narasumber dalam FGD tersebut memaparkan bagaimana endapan sekunder dari pengolahan timah dan nikel dapat menjadi sumber penting LTJ untuk industri teknologi masa depan.

Konsep dibahas merupakan bagian dari pelaksanaan Program Hilirisasi Riset yang bertujuan mendukung keberlanjutan hasil penelitian serta membuka wawasan baru terkait pemanfaatan sumber daya mineral strategis.

Forum diskusi difokuskan pada pengembangan konsep geometalurgi LTJ yang bersumber dari endapan sekunder, khususnya Sisa Hasil Pengolahan (SHP) hasil pengolahan bijih timah dan nikel.

Dalam paparannya, Ichwan Azwardi menjelaskan proses geologi terbentuknya mineral ikutan timah, termasuk Logam Tanah Jarang, sejak tahap pembentukan awal hingga mengalami perubahan menjadi endapan sekunder.

“Endapan sekunder yang dimaksud dalam konteks ini adalah SHP, yaitu material hasil pengolahan yang masih memiliki potensi mineral bernilai, termasuk mineral ikutan timah (MIT) dan Logam Tanah Jarang,” jelas Ichwan.

Ia memaparkan karakteristik endapan SHP sebagai endapan sekunder dan membandingkannya dengan endapan in-situ atau primer.

Berdasarkan data-data riset yang ada, Ichwan menilai endapan sekunder tersebut masih memiliki peluang besar untuk menghasilkan mineral MIT dan LTJ melalui pendekatan dan teknologi pengolahan mineral yang tepat.

Ichwan juga menjelaskan bahwa mineral ikutan timah yang mengandung unsur LTJ antara lain monazite dan xenotime. Secara geologi, mineral-mineral tersebut terbentuk bersamaan dengan cassiterite, mineral utama pembawa timah.

“Pengendapan mineral ini terjadi secara primer dan aluvial. Primer berasal langsung dari magma dan belum mengalami pelapukan, sementara aluvial merupakan endapan yang telah terlapukan dan terkonsentrasi di endapan sungai purba,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa mineral LTJ memiliki berat jenis yang hampir sama dengan mineral timah. Oleh karena itu, dalam kegiatan penambangan timah, mineral LTJ sejatinya ikut tertambang secara bersamaan.

Proses pemisahan mineral dilakukan berdasarkan sifat fisik. Monazite bersifat non-konduktor, sedangkan cassiterite bersifat konduktor, sehingga pemisahan dapat dilakukan menggunakan peralatan berbasis kelistrikan seperti High Tension Separator (HTS).

Menurut Ichwan, pengembangan Logam Tanah Jarang ke depan menuntut perubahan paradigma dalam penambangan timah.

“Untuk mendapatkan mineral ikutan timah termasuk LTJ, penambangan timah perlu dilakukan pada kadar yang lebih rendah. Dengan demikian, potensi mineral ikutan yang selama ini terabaikan dapat dimanfaatkan secara optimal,” ungkapnya.(*/E88)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.