Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Indonesia dikabarkan mengembalikan bantuan 30 ton beras dari Uni Emirat Arab untuk korban banjir di Medan.
Menurut Pakar Manajemen Bencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rahmawati Husein, setiap negara memiliki prosedur penerimaan bantuan asing. Indonesia pun sudah membuat kebijakan dan sudah disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri.
“Jadi niat baik itu harus dengan tata cara yang baik juga kan, artinya menghormati masing-masing negara. Seperti kalau Indonesia mau membantu ke Nepal, Filipina, semua tetap ada prosedurnya,” katanya, Jumat (19/12/2025).
“Sebetulnya kebijakan bantuan luar negeri Indonesia itu sudah disampaikan Kemlu ke semua negara, bahwa Indonesia itu tidak meminta atau request dan menerima offer. Jadi negara (lain) hanya akan membantu kalau sudah ada jawaban dari pemerintah Indonesia,” sambungnya.
Selain prosedur, bantuan juga sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Saat ini, bantuan berupa beras dan persediaan makanan sudah banyak. Artinya, jika bantuan yang diberikan tidak berbasis kebutuhan justru tidak efektif.
Ia pun menekankan pentingnya standar minimum pelayanan bantuan kemanusiaan dalam bencana Sumatra. Dengan kondisi saat ini, ia justru khawatir jika bantuan disalahgunakan, yang justru menambah masalah baru.
Ia menilai prosedur memang harus dipatuhi, tujuannya untuk melindungi masyarakat terdampak.
“Saya kebetulan di lembaga penanggulangan bencana Muhammadiyah (MDMC), kadang-kadang menerima (bantuan) asal ada pernyataan darurat. Pernah kami satu bulan untuk mendapatkan surat. Kami dapat bantuan obat-obatan, tidak mudah ngurusnya,” terangnya.
“Menurut peraturan WHO obat itu harus dua tahun expired-nya. Ada yang cuma satu tahun, nah nanti jadi tempat pembuangan obat kan. Ini kadang tidak diketahui masyarakat, dalam hubungan negara ada banyak latar belakang untuk menentukan,” sambungnya.
Saat ini, Rahmawati sedang berada di Sumatra Utara untuk menjalankan misi kemanusiaan. Ia berkeliling dari Aceh hingga Sumatra Barat.
Saat ini bantuan yang paling dibutuhkan korban banjir bandang adalah air bersih, alat kebersihan seperti cangkul, sekop, dan lain-lain untuk membersihkan endapan lumpur.
Bantuan hygiene kit seperti handuk, sabun, dan lain-lain juga dibutuhkan. Masyarakat di Sumatra juga membutuhkan peralatan memasak hingga alat tulis dan seragam sekolah bagi siswa.
“Sebaiknya jangan baju pantas pakai, karena di sini cuma jadi sampah. Sebaiknya baju baru, karena baju pantas pakai di sini ada yang robek, resleting rusak. Sarung dibutuhkan, alat ibadah dibutuhkan juga. Kalau untuk bayi sebaiknya biskuit bayi, makanan lunak. Tidak disarankan memberikan susu formula, meskipun dibutuhkan. Karena di sini tidak ada airnya untuk mencuci botol,” imbuhnya. (maw)