Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta membedah buku "Refleksi 75 Hari Perjalanan Terjal Logistik Pemilu 2024" untuk melihat proses pelaksanaan pemilu jauh sebelum pemungutan suara.
“Buku ini memperlihatkan sisi keunikan proses distribusi logistik di Pemilu 2024,” kata Ketua KPU DKI Jakarta Wahyu Dinata di Jakarta, Jumat.
Selama ini masyarakat beranggapan bahwa kegiatan Pemilu itu hanya pada hari pemungutan suara saja. Namun, melalui buku ini menggambarkan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses persiapan dan distribusi logistik yang menyukseskan agenda politik lima tahunan tersebut.
Menurut dia, banyak pihak yang terlibat, termasuk para petugas di lapangan yang bekerja menyiapkan logistik pemilu baik melakukan sortir surat suara, melipat hingga mendistribusikan logistik sampai di Tempat Pemungutan Suara (TPS), sehingga dapat digunakan di hari pemungutan suara.
"Buku ini memperlihatkan sisi humanis dalam proses pelaksanaan, bukan hanya fokus pada kontestasi politik pada hari pemungutan atau pasca pemungutan suara. Tapi, beragam hal yang sebelumnya tidak terangkat ke publik disampaikan di buku ini,” kata Wahyu.
Ia mencontohkan saat Pilkada DKI Jakarta juga tercatat bahwa pengelolaan logistik pemilu harus dilakukan dengan profesional sehingga dapat tersebar sesuai dengan kebutuhan pemilu,
Menurut dia Jakarta ini unik dibandingkan daerah lain karena memiliki kecamatan yang sedikit dan kelurahan yang sedikit dibandingkan provinsi lain, tetapi jumlah TPS banyak.
Hal ini membuat KPU DKI membutuhkan lokasi penyimpanan logistik pemilu yang cukup banyak, bahkan harus menggunakan rumah susun yang difasilitasi oleh Pemprov DKI untuk menyimpan logistik pemilu.
"Ini juga berdampak bagi masyarakat yang kala itu akan nikah atau khitan di gedung pemerintah, sehingga mereka terpaksa memindahkan hajatannya atau menunda karena gedungnya digunakan sebagai tempat penyimpanan,” ujarnya.
Dia mencontohkan Kecamatan Cakung memiliki 1.700 lebih TPS, sehingga berdampak pada logistik. “Ini menjadi evaluasi ke depan bahwa tempat penyimpanan logistik ini harus menjadi perhatian dan disiapkan lebih baik,” kata Wahyu.
Selain itu, untuk pendistribusian logistik juga memiliki kenangan saat mengantarkan logistik pemilu ke Kabupaten Kepulauan Seribu.
Meski memiliki pemilih hanya mencapai sekitar 17 ribu orang, namun pihaknya memastikan logistik sampai ke TPS dengan aman dan selamat.
“Kendalanya adalah transportasi antar pulau yang butuh perhatian serius. Kami mengantar logistik sampai ke Pulau Sabira yang sangat dekat dengan provinsi lain,” ujarnya.
Dirinya berharap buku ini dapat menjadi peta jalan pelaksanaan pemilu dan tantangan yang akan dihadapi untuk menyukseskan pelaksanaan Pemilu atau pesta rakyat agar berjalan sesuai dengan regulasi yang ada.
“Ini tentu akan jadi pembelajaran bagi penyelenggara pemilu ke depan,” kata dia







