TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bengkulu - Seorang adik hanya bisa menangis menerima kabar kakaknya Nurhalizah (36) meninggal dunia di Malaysia.
Pasalnya sampai saat ini mereka tidak sanggup menanggung biaya pemulangan jenazah sang kakak.
Nurhalizah warga Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu meninggal karena kecelakaan di Malaysia.
Menurut keterangan adiknya, Tika, Nurhalizah merupakan tulang punggung keluarga setelah ayah dan ibu mereka tiada.
Selama ini, Nurhalizah yang menyokong ekonomi adik-adiknya dengan bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia ( TKI).
Ironisnya kini adik-adiknya tidak dapat berbuat banyak setelah mendapat kabar sang kakak meninggal.
Hingga kini jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ini belum bisa dibawa pulang ke daerah asalnya di Bengkulu yang berjarak sekitar 1.749 km dari Malaysia.
Keluarga tak sanggup menanggung biaya pemulangan jenazah yang ditaksir berkisar antara Rp 130 juta hingga Rp 150 juta.
"Biaya pemulangan almarhum itu sekitar Rp130 juta-Rp150 juta, kami tak bisa berbuat apa-apa untuk soal biaya itu, kami aja dapat uang untuk makan besok Alhamdulillah, mau pasrah gimana lagi keadaan kami seperti ini, harapannya ada bantuan dari Pemerintah," kata Tika, adik keempat Nurhalizah sambil menangis dikutip dari Tribunnews.com.
Tika berharap jenazah kakaknya bisa dikuburkan di sebelah makam orang tua mereka di Pagar Dewa.
Nurhalizah merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Dia lahir di Medan pada 18 Agustus 1989.
Setelah ayahnya meninggal dunia pada 2012 dan disusul ibunya yang wafat pada 2020, Nurhalizah mengambil peran dan tanggung jawab besar terhadap 4 adiknya.
Dia pun merantau ke Malaysia sejak 2023 untuk membantu perekonomian adik-adiknya.
Keluarganya di Bengkulu mengaku tidak mengetahui keberangkatan Nurhalizah untuk bekerja ke luar negeri.
"Kami tak ada yang tahu kalau kakak bekerja di Malaysia, tiba-tiba sudah di Malaysia kasih kabarnya," ungkap Lili Sumiarti Sirait, adik Nurhalizah di rumah kayu sederhana berukuran 4x6 meter, Kamis (18/12/2025).
Rumah kayu ini berdiri di atas tanah milik sepupunya.
Setelah adik-adiknya memiliki keluarga masing-masing, Nurhalizah tinggal sendirian di rumah ini.
Di Malaysia dia bekerja sebagai pekerja migran di salah satu rumah makan.
Kartika Yuni Sirait adik keempat Nurhalizah, menceritakan bagaimana sosok kakaknya selama masih hidup.
"Kakak itu dulu sempat kuliah, tapi dia ambil cuti, karena waktu kami masih bersekolah ada yang SD ada yang SMP, karena biaya jadi kakak pilih cuti kuliah," ungkap Kartika dikutip dari TribunBengkulu.com, Kamis (18/12/2025.
Nurhalizah tidak memilih menikah lebih dahulu, karena masih memikirkan adik-adiknya.
Dia ingin adik-adiknya bahagia terlebih dahulu, dari ke lima saudara ini, anak ke dua atau adik pertama Nurhalizah yang belum menikah.
"Kakak kami yang laki-laki ini ingin menikah, nanti rencana kak Nurhalizah yang menikah, beliau belum mau menikah karena ingin kami bahagia dulu," tutur Kartika.
Kartika juga menceritakan, Nurhalizah ini tipikal kakak yang banting tulang untuk membahagiakan adik-adiknya.
Nurhalizah bekerja serabutan untuk mendapatkan penghasilan, agar bisa membahagiakan adik-adiknya setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya.
"Rajin kalau kakak kerja itu, apa saja ia kerjakan asal adik-adiknya bahagia, dia seperti itu setelah bapak meninggal," jelas Kartika.
Nurhalizah sempat berencana pulang membawa hadiah dan berkumpul bersama adik-adiknya.
Lili menjelaskan, dirinya kerap berkomunikasi dengan kakaknya selama Nurhalizah berada di perantauan.
Terakhir, Lili mendapatkan kabar bahwa kakaknya berencana pulang ke Bengkulu pada 14 Februari 2026.
"Kakak selama ini belum pulang, jadi rencana mau pulang, Februari tahun depan, tanggal 14," tutur Lili saat menceritakan kakaknya di rumah kayu tersebut.
Dalam komunikasi terakhir, Nurhalizah menyampaikan keinginannya untuk menjalani ibadah puasa di Kota Bengkulu bersama keluarga.
Nurhalizah bahkan meminta adik-adiknya pulang ke rumah kayu itu agar dapat berkumpul saat bulan Ramadan.
"Kakak ada memang mengajak kami semua untuk pulang ke sini (rumah kayu, red) rencana mau berpuasa di Bengkulu," jelas Lili.
Selain itu, Nurhalizah juga sempat menitipkan pesan mengenai keinginannya menikmati durian saat pulang ke Bengkulu.
Pasalnya, di tempat tinggal keluarganya nanti akan memasuki musim durian.
Nurhalizah juga berniat memberikan hadiah berupa handphone baru kepada Lili karena ponsel milik adiknya tersebut rusak.
Selain handphone, Nurhalizah juga ingin membelikan jam tangan sebagai hadiah untuk adiknya.
"Kakak itu waktu ngabari mau makan durian kalau pulang ke Bengkulu, kakak juga sempat ingin memberikan handphone kepada saya, sama jam tangan karena handphone saya rusak," jelas Lili.
Menurut Lili, Nurhalizah merupakan sosok kakak yang bertanggung jawab dan penyayang terhadap adik-adiknya.(*)