Kejanggalan Sikap Ibu di Medan yang Dibunuh Anaknya Kelas 6 SD, Ogah Cerai Tapi Enggan Bareng Suami
December 20, 2025 05:54 PM

TRIBUNBENGKULU.COM - Janggal sikap Faizah Soraya, ibu di medan yang diduga dibunuh oleh anaknya sendiri yang masing berusia 12 tahun, duduk di bangku kelas 6 SD. 

Meski banyak yang tak percaya bahwa siswi Kelas 6 SD nekat menusuk ibunya sendiri, namun berdasarkan keterangan KPAI dan KPAD Medan, remaja tersebut kesal karena ibunya kerap marah-marah. 

Melalui curhatannya remaja berinisial AI tersebut mengaku dendam karena kakak dan ibunya sering dimarahi. 

Sementara pihak keluarga korban masih tetap tak terima dengan pengakuan AI, mereka tetap meminta agar suami Faizah Soraya diselidiki lebih lanjut. 

Sebab mereka menaruh curiga dengan Alham suami Faizah Soraya, karena rumah tangga mereka sudah tidak harmonis lagi. 

Bahkan Alham pernah meminta cerai namun Faizah Soraya justru menolak mentah-mentah untuk bercerai. 

Faizah mengatakan enggan bercerai karena memikirkan nasib kedua anaknya. 

Kendati demikian, Faizah yang ogah bercerai justru janggal sikapnya. 

Dirinya selalu menghabiskan waktu hanya bersama kedua anaknya, Shamikha Alzena Siagian anak pertama dan SAS atau AI (12) anak kedua. 

Faizah terlihat rutin mengantar dan menjemput mereka sekolah. 

Selain itu, Faizah juga sering mengajak keduanya berjalan-jalan. 

Namun, dalam rutinitas tersebut, warga jarang melihat kebersamaan Faizah dengan suaminya, Alham Humala Siagian. 

“Kami sering melihat korban pergi bertiga dengan kedua anaknya. Mengantar sekolah atau jalan-jalan selalu bertiga, hampir tidak pernah bersama suaminya,” ungkap N. 

Faizah juga terlihat tidak pernah mengunggah sosok suami di Instagram pribadinya.

Bahkan di hari-hari penting seperti ulang tahun anak, sosok Alham tidak pernah tampak. 

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa pasangan suami istri tersebut telah lama pisah ranjang. 

Faizah tidur bersama kedua anaknya di lantai satu, sementara sang suami menempati kamar di lantai dua. 

Meski dari luar terlihat baik-baik saja, warga mengaku kerap mendengar pertengkaran hebat. 

Suara cekcok hingga bunyi barang dibanting sering terdengar dari dalam rumah. 

“Korban juga sering memarahi anak pertamanya sampai suaranya terdengar ke luar rumah,” lanjut warga. 

Keretakan ini dikonfirmasi oleh kerabat korban, Dimas. Ia menyebut hubungan rumah tangga Alham dan Faizah sudah tidak harmonis selama lima tahun terakhir. 

"Dalam 5 tahun terakhir suami korban doyan selingkuh dan diduga ada hutang (mungkin akibat judol)," tulis Dimas dalam postingan yang telah diizinkan untuk dikutip. 

Curhatan Pelaku

Awalnya isu yang berkembang adalah alasan Al menusuk Faizah karena kesal kakaknya dimarahi pada Selasa malam.

Belakangan diungkap KPAI, ternyata Al bukan cuma ingin membela sang kakak saja.

Al mengaku ia juga ingin membela sang ayah yang sering dimarahi korban.

"Anak ini sebenarnya membela kakaknya, yang mungkin sering diiniin ibunya. Kemudian juga membela ayahnya. Jadi yang kami dapatkan informasi, anak ini merasa tidak nyaman dengan perilaku ibunya yang kadang sering marah-marah kepada kakaknya dan ayahnya, terutama kakaknya," ungkap Diyah.

Kepada KPAD Medan, Al mengaku sakit hati kepada sang ibu.

"Jadi lebih ke motif utama (pelaku membunuh) mungkin dendam atau sakit hati (kepada ibu)," ujar Diyah.

Rasa sakit hati itu menggelayuti perasaan Al karena melihat perangai sang ibu yang temperamen.

"Iya, informasi yang kami dapatkan juga demikian (si ibu sering temperamen)," imbuh Diyah.

Adapun penyebab tindakan parisida yang dilakukan Al, KPAI menganalisa pemicunya adalah karena faktor emosi.

"Emosional ini karena si anak belum bisa meregulasi kondisi emosinya. Mungkin dia semacam protes melihat perilaku ibunya. Dia bingung 'saya ingin membela tapi saya juga tidak terima dengan kondisi ini'," kata Diyah.

Keluarga Tak Percaya

Sementara Al telah mengurai pengakuan soal pembunuhan, keluarganya justru tak percaya.

Salah seorang anggota keluarga korban Faizah yakni Dimas menyebut kasus pembunuhan Faizah tak wajar.

Dimas ragu kalah Al lah yang menghabisi nyawa ibunya sendiri.

Karenanya Dimas pun menjabarkan temuannya perihal kejanggalan kematian Faizah tersebut.

"Adek Al mengaku dia yang membunuh mamanya tapi semua kejanggalan mulai tampak dan kita hanya bisa nunggu laporan resmi dari kepolisian dan saya harap penyidik bisa mengungkap kebenarannya karena ini terlalu banyak kejanggalan," tulis Dimas dalam postingannya di Instagram, Selasa (16/12/2025).

Terkait dengan pengakuan Al tersebut, keluarga besar korban mencium kejanggalan.

Salah satu kejanggalan yang diurai Dimas adalah perihal jumlah luka tikaman di tubuh korban.

Dimas ragu keponakannya itu, Al bisa tega menusuk ibu kandungnya sebanyak puluhan kali.

"Logika, ini adek masih kelas 6 SD bukan SMP ya kawan2 dan luka tusuk ada 20 tusukan logika aja gak teriak mamaknya klo gak dibekap," pungkas Dimas.

"Penikaman lebih dari 20 tusukan di punggung, perut, tangan, kaki dan kepala korban," sambungnya.

Lantaran hal tersebut, Dimas meminta agar polisi mengusut tuntas kasus kematian Faizah.

Pelaku Dikenal Beprestasi

Selain itu, warga mengaku terkejut, sebab SAS dikenal sebagai anak yang baik, pendiam, ramah, dan juga berprestasi di sekolahnya.

"Kami tidak menyangka anaknya bisa melakukan itu. Ia adalah anak yang paling ramah, baik saat bertemu dengan orang. Tak hanya itu, ia juga berprestasi dalam mengikuti lomba di sekolahnya," ujar warga tersebut.

Warga juga mengungkapkan bahwa keluarga korban termasuk tertutup dan jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Korban hampir tidak pernah bergaul dengan tetangga dan sangat jarang keluar rumah.

"Mereka itu orangnya tertutup, jadi satu keluarga itu jarang keluar rumah. Hanya saja, ketika berpapasan barulah mereka menegur kami. Korban memang tidak pernah bergaul dengan tetangga dan tidak pernah keluar," lanjutnya.

Jarangnya interaksi ini membuat warga tidak mengetahui masalah internal di dalam rumah tangga tersebut, hingga akhirnya warga dikejutkan dengan adanya pembunuhan di dalam rumah.

"Kita tidak tahu permasalahan keluarganya. Yang kami tahu itu saat kejadian lah ada pembunuhan," ucapnya.

Namun, warga menduga kuat bahwa motif pembunuhan berawal dari masalah rumah tangga.

"Mungkin karena emaknya itu cerewet, jadi mungkin sakit hati. Padahal, sudah mau tamat sekolah pelaku ini. Dalam agama, keluarga mereka kuat," katanya.

Siswi SD Bunuh ibu Kandung

Peristiwa insiden maut ini terjadi pada Rabu (10/12/2025) sekitar pukul 05.00 WIB, di mana ibu rumah tangga bernama Faizah Soraya (42) bersimbah darah di sekujur tubuhnya di dalam kamar tidur.

Sedangkan pelaku pembunuhan ialah seorang anak perempuan yakni anak kandungnya berinisal A (12) masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). 

Praktisi hukum dan Ketua Peradi Kota Medan, Dwi Ngai Sinaga, menyampaikan pandangannya atas kasus tragis seorang anak berinisial SAS (12) yang membunuh ibu kandungnya, Faizah Soraya (42). 

Ia menekankan agar penyidikan kasus ini dilakukan dengan ekstrak kehati-hatian dan ketelitian yang tinggi.

Dalam pernyataannya, Dwi Ngai Sinaga meminta agar Tim Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Medan yang menangani kasus ini harus melibatkan secara penuh polisi wanita (Polwan) dan didampingi oleh tim psikolog.

“Kita turut prihatin atas peristiwa ini. Kita minta agar dalam proses pemeriksaan hanya ditangani oleh Polwan dengan didampingi tim psikolog. Kasus ini harus ditangani secara jeli, teliti, dan ekstra hati-hati karena masih rawan dan dapat mengguncang jiwa si anak,” ucap Dwi Ngai Sinaga saat ditemui awak media, Jumat (12/12/2025).

Ia juga menyoroti fakta bahwa korban dilaporkan menerima 20 luka tusukan.

Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang kemampuan fisik seorang anak untuk melakukan serangan sebanyak itu dengan kekuatan layaknya orang dewasa.

“Kami sangat meragukan bagaimana kemampuan seorang anak bisa melakukan hal ini dengan kekuatan tenaga orang dewasa. Maka, diperlukan ketelitian dan kejelian tim penyidik,” tegasnya.

Lebih lanjut, Dwi Ngai Sinaga menyampaikan kepercayaannya kepada pimpinan Polrestabes Medan untuk mengungkap tuntas kasus ini. 

“Di bawah kepemimpinan Kapolrestabes Medan Kombes Pol. Calvijn Simanjuntak, proses penyelidikan kasus pasti akan tuntas dilakukan,” lanjutnya.

Dwi Ngai Sinaga mengimbau kepada media massa dan masyarakat luas untuk menjaga etika dalam menyikapi kasus ini.

 

“Kami minta kepada teman-teman media agar kaidah jurnalistik untuk anak dijunjung, dengan tidak menampilkan foto atau identitas sang anak. Kami juga imbau masyarakat dan netizen untuk tidak menyebarkan konten serupa dan melakukan penghakiman sepihak,” tuturnya.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.