TRIBUNNEWS.COM - Luciano Spalletti mulai melihat hasil nyata dari strategi yang ia bangun bersama Juventus. Kemenangan atas Roma pada giornata ke-16 Liga Italia jadi tolok ukurnya.
Juventus meraih kemenangan kandang 2-1 saat menjamu AS Roma, Minggu (21/12/2025). Kemenangan itu membuat Bianconeri yang kini menempati posisi kelima, memangkas jarak dengan empat tim di atasnya.
Termasuk dengan Gialarossi, Juve kini hanya berjarak satu poin. Sementara jarak dengan Inter Milan di capolista hanya empat poin kendati rivalnya itu belum memainkan pekan ke-16.
Tapi kemenangan atas Roma lebih sekadar tiga poin. Kemenangan itu jadi tolok ukur penting, bukan hanya karena lawan yang dihadapi, tetapi juga karena cara Juventus mengelola pertandingan melawan salah satu tim terkuat di liga.
Juventus membuka laga dengan percaya diri. Tekanan tinggi dan sirkulasi bola cepat membuat Roma tidak leluasa berkembang, meski tim tamu tetap berbahaya setiap kali masuk ke area berbahaya.
Kembalinya Gleison Bremer di lini belakang memberi ketenangan ekstra, dan ketekunan Juventus akhirnya terbayar jelang turun minum lewat gol Francisco Conceicao yang memberi keuntungan psikologis besar.
Memasuki babak kedua, Juventus tetap tampil solid meski harus kehilangan Bremer karena cedera. Pergantian pemain tidak mengganggu ritme, bahkan Lois Openda sukses menggandakan keunggulan.
Roma terus mencoba mencari celah, dan kelengahan sesaat di sisi belakang membuat Tommaso Baldanzi memperkecil kedudukan, memaksa Juventus bertahan di menit-menit akhir.
Baca juga: Hasil Klasemen Liga Italia: Kalahkan AS Roma, Juventus Bikin Zona 5 Besar Kian Sesak
Spalletti menilai laga ini sebagai ujian penting bagi mental timnya.
"Sepak bola itu seperti kotak kosong. Kita tidak bisa hanya mengisinya dengan kualitas yang kita punya, tapi juga dengan pekerjaan-pekerjaan sulit yang sebenarnya tidak selalu kita nikmati," ujar Spalletti dikutip dari Football Italia.
Ia secara khusus menyoroti peran Kenan Yildiz dan Francisco Conceicao dalam membantu pertahanan.
"Di babak kedua, Yildiz turun menutup sisi lapangan. Lawan-lawan sudah tahu betapa bagusnya dia, tapi mungkin dia sendiri belum sepenuhnya menyadari seberapa besar pengaruhnya di mata pemain lain," jelasnya.
"Saat menghadapi tim seperti Roma yang agresif dan datang berlapis, tanpa bantuan Yildiz dan Conceicao di sisi pertahanan, kami akan mudah ditembus," kata Spalleti yang pernah menangani AS Roma ini.
Meski puas dengan kemenangan, Spalletti tak menutup mata terhadap kelemahan, terutama pada proses terjadinya gol Roma yang berawal dari kesalahan Edon Zhegrova.
"Zhegrova adalah pemain yang sangat berbahaya saat menyerang, tapi bertahan bukan kekuatannya. Ketika harus bertahan, permainannya menjadi rapuh," kata Spalletti.
"Dia bisa kembali ke posisi, tetapi dalam situasi tertentu kamu harus mau berduel fisik dan menempel lawan. Itu bukan karakter permainannya," terangnya.
Spalletti juga memberi respek pada Roma asuhan Gian Piero Gasperini yang dinilainya sangat menguras energi.
"Tim Gasperini terus menekan tanpa henti. Mereka seperti membuat jebakan-jebakan kecil di lapangan, selalu ada pemain di punggungmu. Kalau tidak diarahkan ke satu sisi, kita akan kehabisan tenaga hanya untuk mengejar mereka," ujarnya.
Baca juga: Jadwal Liga Italia Pekan Ini: Duo Milan Libur, Juventus Diuntungkan
Kemenangan ini menjadi hasil besar kedua Juventus secara beruntun dan memperpanjang tren positif mereka.
Dari tujuh laga terakhir, Juventus meraih enam kemenangan dan hanya sekali kalah, yakni saat melawan Napoli.
Saat ditanya soal peluang mendekati papan atas, Spalletti menjawab dengan nada bercanda.
"Kalau ditanya begitu rasanya ingin menggigit. Sekarang tidak ada lagi pertandingan mudah, semuanya sulit," ucapnya sambil tertawa.
Mantan pelatih Timnas Italia ini lalu menutup dengan makna kemenangan yang dirasakannya.
"Menang sambil belajar dari lawan yang kita kalahkan adalah kemenangan ganda. Itu memberi kepercayaan diri dan keyakinan bahwa kita bisa bersaing dengan siapa pun," kata dia.
(Tribunnews.com/Tio)