TRIBUNMANADO.CO.ID,MITRA - Perawatan panjang harus dilalui Anisa Mamonto (57), warga Belang, Kabupaten Mitra, Sulawesi Utara.
Ia menjadi satu dari empat korban kericuhan di PETI Ratatotok, Minahasa Tenggara.
Namun tiga korban lainnya meninggal dunia.
Baca juga: Polisi Tangkap 7 Penambang Usai Ricuh di PETI Ratatotok Mitra, Masih Saksi
Ia selamat, namun kritis dan sempat dirawat di RS Ratarotok, Buyat.
Ia kemudian dilarikan ke RS Prof Kandou, Manado.
Jarak dari Kecamatan Ratatotok Minahasa Tenggara ke Manado Sulawesi Utara mencapai 98,4 kilometer, atau 2 jam 58 menit.
Kini ia mendapatkan perawatan RS Prof Kandou, bahkan kabarnya harus menjalani operasi.
Cukup parah luka yang dialami, Anisa terkena dua tembakan.
Tribun manado berjumpa dengan Nuraini, adik ipar dari Anisa di lobi IGD RS Kandou, Minggu (21/12/2025) sore.
Ia berada di sana karena pengunjung dibatasi.
Tampak raut wajahnya menunjukkan kecemasan.
Sering kali ia menengok ke pintu UGD yang tertutup dan dijaga Satpam.
"Rencananya Anisa akan dioperasi sore ini, tapi ini belum juga dimulai," katanya.
Ia menuturkan, Anisa mengalami dua luka tembak.
Satu di kaki dan satu di dagu.
"Yang di dagu itulah yang cukup parah," katanya.
Ungkap dia, Anisa dirujuk ke RS Kandou sejak Minggu subuh.
Begitu mendapat kabar penembakan itu, ia langsung bergegas ke rumah sakit.
"Saya sampai totofore (gemetar)," kata dia.
Ia mengaku melihat Anisa dalam keadaan yang prihatin.
Dia sering menahan sakit.
"Ia tampak kesakitan," katanya.
Dirinya berharap operasi bisa berjalan lancar dan Anisa dapat sembuh.
Ia bercerita, Anisa sudah menambang sekitar empat tahun.
Profesinya sebelum menambang adalah jualan kue di pasar.
"Mungkin tertarik mengubah hidup, ia lantas jadi penambang," katanya.
Menariknya, tak hanya Anisa seorang keluarga Nuraini yang jadi korban.
Sang kakak juga terkena tembakan.
"Tapi ia tak apa apa," katanya. (ART)