Terkait Kasus Penembakan yang Menewaskan 3 Penambang di Ratatotok, Pihak Korban: Kami Diserang
December 22, 2025 03:22 AM

 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus penembakan yang terjadi di kawasan pertambangan emas area Kebun Raya, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) belum ada penetapan tersangka. 

Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Mitra, berjarak sekitar 98,4 kilometer dari Manado, Sulawesi Utara, atau ditempuh selama 2 jam 58 menit.

Berdasarkan kesaksian pihak korban, terungkap bahwa mereka memang diserang oleh sekelompok orang. 

Peristiwa berdarah itu terjadi pada Sabtu, 20 Desember 2025.

Empat orang jadi korban. Tiga meninggal. Satu kritis hingga dilarikan ke RS Prof Kandou kesokan harinya, Minggu (21/12/2025). 

Korban meninggal yakni Safrudin Makalalag warga Borgo Satu, Mawandi Lakamunte, warga Basaan Satu, dan Fathan Kalipe warga Belang. 

Korban kritis, seorang perempuan bernama Anisa Mamonto (57), warga Belang, Kabupaten Mitra.

Yamin, suami dari Anisa Mamonto, saat diwawancarai wartawan Tribun Manado di RS Kandouw menuturkan kronologis penembakan hingga menyebabkan tiga rekannya meninggal dan istrinya kritis. 

Ia mengaku sudah dapat ancaman sehari sebelumnya. 

"Ada yang katakan nanti ada kado," katanya. 

Pada Sabtu siang, datang sekelompok orang menyerang daseng tempat mereka. 

Melihat tembakan deras dan rekan-rekannya diburu, ia sempat keluar dan mengangkat tangan. 

"Saya katakan di sini ada perempuan," kata dia. 

Tapi tembakan terus berdatangan. Saat tengah berlindung, dirinya mendengar suara seorang rekannya. 

"Dia katakan saya kena, dan dia akhirnya wafat," kata dia. 

Sibuk mengurus rekannya, Yamin belakangan sadar sang istri tertembak. Dibekapnya sang istri.

"Saya lantas teriak, istri saya kena dan mereka pun teriak bawa saja," katanya. 

Hujan turun tak berapa lama setelah serangan itu. 

Dia pun menggendong sang istri yang  sudah terluka di tengah hujan deras. 

Mengenai para penyerang, ia melihat ada di antara mereka bawa semacam tabung dan benda mirip teleskop. 

Ia mengaku juga tertembak di dada.

"Tapi tak luka serius," kata dia. 

Ia mengatakan, Bupati Mitra membantu biaya pengobatan istrinya. 

"Dari pak Bupati membantu biaya pengobatan istri saya," katanya. 

Dirinya berharap para pelaku penembakan dapat ditangkap untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka. 

Sebanyak tiga orang tewas. Semuanya adalah kerabatnya. 

Sang istri Anisa Mamonto mengalami luka di kaki dan dagu. 

"Sekarang lagi tunggu operasi," kata dia kepada Tribun manado di lobi RS Prof Kandou di Kelurahan Malalayang, Kecamatan Malalayang, kota Manado, provinsi Sulut, Minggu (21/12/2025). 

Ia berharap operasi tersebut sukses dan sang istri sembuh. 

Tujuh Orang Ditangkap

RICUH - Tiga orang korban ricuh di pertambangan emas tanpa izin (PETI) kebun raya, kecamatan Ratatotok, Kabupaten Mitra, Sabtu 20 Desember 2025. Pengakuan korban penembakan di tambang Ratatotok, sebut sempat ada ancaman sebelum ditembak.
RICUH - Tiga orang korban ricuh di pertambangan emas tanpa izin (PETI) kebun raya, kecamatan Ratatotok, Kabupaten Mitra, Sabtu 20 Desember 2025. Pengakuan korban penembakan di tambang Ratatotok, sebut sempat ada ancaman sebelum ditembak. (Dok. Polres Mitra)

Polres Minahasa Tenggara (Mitra) telah menangkap tujuh orang terkait kasus penembakan yang merenggut nyawa orang ini. 

Hal tersebut diungkapkan Kasat Reskrim Polres Mitra AKP Lutfi Arinugraha Pratama, Minggu 21 Desember 2025 via telepon.

"Iya sudah ada tujuh penambang yang kami tangkap," kata dia.

Meski demikian, ia mengatakan belum ada tersangka dalam kasus tersebut.

Menurutnya, ketujuh penambang yang diamankan masihlah berstatus sebagai saksi.

"Belum ada yang jadi tersangka. Mereka ini masihlah saksi," tegasnya.

Perwira tiga balok tersebut mengatakan Polres Mitra sangat serius menangani kasus ini.

"Sangat serius, dan pengembangan kasus ini terus dilakukan," ucapnya.

Konflik Lahan

EVAKUASI - Petugas saat mengevakuasi korban kericuhan di PETI, Ratatotok, Minahasa Tenggara, Sabtu (20/122025).
EVAKUASI - Petugas saat mengevakuasi korban kericuhan di PETI, Ratatotok, Minahasa Tenggara, Sabtu (20/122025). (Dok. Polres Mitra/-)

Berdasarkan informasi yang diterima TribunManado.co.id dari sumber terpercaya, peristiwa penembakan tersebut dipicu karena konflik lahan PETI.

Sengketa batas lahan ini melibatkan dua cukong, yakni SM dan pengusaha tambang ilegal lainnya.

"Bentrokan dipicu sengketa batas lokasi tambang yang diklaim milik SM dan seorang penambang ilegal lain," ujar sumber berinisi DL, Minggu 21 Desember 2024.

Sumber menuturkan, konflik batas lahan ini sudah terjadi sejak beberapa hari sebelumnya.

"Memang sudah beberapa hari ini terjadi gesekan ini," ungkapnya.

"Mereka juga sudah saling sindir di facebook," tutur dia.

Sempat Ditertibkan

Ricuh - PETI yang ada di Kebun Raya, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), kembali ricuh.
Ricuh - PETI yang ada di Kebun Raya, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), kembali ricuh. (Dok. Polres Mitra/Tidak Ada)

Polda Sulut dan Polres Mitra sempat melakukan penertiban aktivitas PETI di Kebun Raya Ratatotok.

Namun meski sudah dilakukan penertiban, aktivitas PETI masih terus berlangsung secara diam-diam.

Bahkan alat berat yang sempat diturunkan kembali dinaikkan ke Kebun Raya Ratatotok Mitra.

Kawasan ini sendiri sejatinya tidak boleh ada aktivitas penambangan lantaran merupakan kawasan konservasi.

Luas kawasan ini sekitar 150 hektare, merupakan reklamasi yang dibangun di atas lahan bekas pertambangan emas PT Newmont Minahasa Raya.

Tanggapan Anggota DPRD Sulut

Anggota DPRD Sulawesi Utara Amir Liputo.
Anggota DPRD Sulawesi Utara Amir Liputo. (Tribun Manado)

Amir Liputo, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memberikan tanggap terkait peristiwa ini. 

Sebagai Wakil Rakyat yang bermitra dengan pihak Pertambangan dan Energi Sulut, Amir Liputo mengatakan dirinya turut merasa prihatin atas jatuhnya korban akibat konflik yang terjadi di area pertambangan Ratatotok.

"Di samping merasa prihatin tentu sangat menyesalkan ini terjadi," ujar dia saat dihubungi Tribun Manado melalui sambungan Whatsapp, Minggu (21/12/2025) sekitar pukul 14.30 Wita.

Oleh sebab itu, dirinya meminta kepada semua pihak yang terlibat pertikaian agar dapat menahan diri. 

Ia juga meminta aparat agar merespon kasus ini dengan tegas.
 
"Kalau memang ini tambang ilegal, maka diatur sesuai ketentuan peraturan perundangan yang ada," ujar dia.

Pihaknya memahami saat ini keadaan ekonomi memang agak sulit, akan tetapi kalau sampai muncul pertikaian antar penambang apalagi ada korban jiwa, maka menurutnya itu sudah melewati batas-batas toleransi dari pemerintah.

"Oleh sebab itu kami harap pemerintah tegas untuk menangani ini terutama aparat kepolisian untuk usus tuntas sehingga kejadian ini jangan terjadi lagi dan ini yang terakhir," terang dia.

Ia pun meminta agar Dinas ESDM dapat mengkaji hal ini dengan Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus Komaling soal bagaimana menyikapi pertambangan tersebut.

Pasalnya, kasus seperti ini sudah berulang kali terjadi di area pertambangan Ratatotok.

Untuk itu dirinya berharap pemerintah dapat bertindak tegas terkait keberadaan tambang tersebut. 

"Kalau memang ini hanya menimbulkan peritikaian dan kemudian timbul korban di antara sesama warga, saya kira selayaknya tambang ini ditinggalkan untuk kita tutup permanen," ujar dia.

Kata dia, kalau tambang tersebut membawa kemasalahan bagi rakyat, maka tidak ada masalah, tapi kalau hanya membawa kezaliman hingga ada korban jiwa maka perlu ada langkah tegas dari pemerintah. (Nie/Art/Riz)

WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.