Gubernur Elisa Kambu Tegur Protokoler Soal Naskah Sambutan Hari Ibu ke-97, Pidato Sempat Terhenti
December 22, 2025 11:27 AM

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu menegur keras pihak protokoler karena ketidaksiapan dalam menyiapkan naskah sambutan pada peringatan Hari Ibu ke-97.

Pantauan TribunSorong.com, Elisa Kambu dijadwalkan membacakan sambutan tertulis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Ia naik ke podium sekitar pukul 10.32 WIT.

Baca juga: Kisah Jemaah Umrah Papua Barat Daya di Tanah Suci: Lawan Suhu Dingin 11 Derajat demi Ibadah Khusyuk 

Saat membacakan sambutan, Gubernur Elisa menghentikan pidatonya karena mendapati isi naskah tidak sesuai dengan teks asli.

“Kenapa sambutan ini tidak sesuai dengan naskah asli?” ujar Elisa Kambu dari podium dalam acara peringatan Hari Ibu ke-97 di Papua Barat Daya, Senin (22/12/2025).

Sambil mengoreksi naskah, ia menoleh ke arah protokol dan menegaskan agar isi sambutan tidak dikurangi maupun ditambahkan.

“Kamu jangan mengurangi atau melebihkan, karena ini amanat resmi dari Menteri dan harus disampaikan secara lengkap,” tegasnya.

Baca juga: Daftar Lengkap Pengurus Kwarda Pramuka Papua Barat Daya Periode 2025–2030 

Tak lama kemudian, seorang petugas protokol naik ke podium untuk memberikan penjelasan terkait naskah sambutan tersebut.

Setelah mendengar penjelasan, Gubernur Elisa Kambu memberikan peringatan agar kesalahan serupa tidak terulang kembali.

KemenPPPA menetapkan tema Hari Ibu 2025 adalah Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam rangkaian peringatan tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah menerbitkan naskah resmi pidato amanat pembina upacara yang ditandatangani langsung oleh Menteri PPPA, Arifatul Fauzi.

Baca juga: Lantik Pengurus Kwarda Papua Barat Daya, Gubernur: Pramuka Adalah Investasi Masa Depan Papua

Amanat ini menjadi panduan utama bagi para pembina upacara dalam menyampaikan pesan nasional mengenai peran strategis perempuan dan ibu dalam pembangunan bangsa.

Pidato Lengkap Menteri PPPA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Salam Harmoni, dan Salam Sehat untuk kita semua.

Peserta upacara yang saya hormati, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, ridho, dan karunia-Nya, hari ini kita dapat bersama-sama memperingati Hari Ibu Ke-97, sebuah momentum bersejarah yang lahir dari perjalanan panjang perjuangan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak, kesetaraan, dan kebebasan untuk bergerak bersama laki-laki dalam membangun bangsa.

Peringatan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember merupakan wujud penghargaan bangsa Indonesia terhadap perjuangan dan pengabdian perempuan dalam merebut serta mengisi kemerdekaan.

Peringatan ini bukan sekadar seremonial dan bukan pula perayaan "Mother’s Day " sebagaimana dipahami di beberapa budaya, namun merupakan apresiasi mendalam bagi seluruh perempuan Indonesia dalam semua peran dan kapasitasnya—baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

Sejarah Hari Ibu berakar pada Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 di Yogyakarta, yang menjadi momentum lahirnya gerakan perempuan secara nasional. Melalui kongres tersebut, perempuan Indonesia berkumpul, bersuara, dan menetapkan arah perjuangan bersama.

Komitmen para perempuan pejuang kala itu mengantarkan Indonesia pada tonggak penting yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Sejak itu, hari ini menjadi pengingat bahwa perempuan telah, sedang, dan akan terus menjadi bagian strategis dalam pembangunan bangsa.

Peserta upacara yang saya banggakan, Dalam lintasan sejarah bangsa ini, perempuan Indonesia telah menjadi agen perubahan—menggerakkan inovasi, memperjuangkan keadilan, dan menguatkan nilai-nilai kemanusiaan. Meski menghadapi berbagai tantangan: beban ganda, stigma, minimnya akses, serta kekerasan berbasis gender, perempuan tidak pernah berhenti berjuang.

Dengan ketangguhan, kreativitas, dan daya juang, perempuan terus menunjukkan bahwa kemajuan bangsa tidak pernah terpisah dari kemajuan perempuan. Tahun 2025 ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mengusung tema: “Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045. ”

Tema ini menjadi pengingat bahwa perempuan bukan hanya penerima manfaat pembangunan, tetapi motor utama perubahan. Perempuan Indonesia bekerja dalam berbagai keterbatasan, namun tetap menjadi pilar ekonomi keluarga, penjaga nilai budaya, pemimpin komunitas, inovator teknologi, pelaku usaha, dan penjaga keberlanjutan kehidupan.

Peserta upacara yang saya hormati, Peringatan Hari Ibu ke-97 tahun ini juga menjadi ruang refleksi dan apresiasi bagi seluruh perempuan Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial, profesi, budaya, atau wilayah.

Dari perempuan yang berkarya di daerah pesisir hingga mereka yang bekerja di perkotaan; dari perempuan pelaku UMKM, petani, buruh, tenaga kesehatan, dan pendidik, hingga mereka yang berkarya dalam pemerintahan, politik, olahraga, seni, dan teknologi—seluruhnya memiliki kontribusi nyata bagi bangsa.

Mereka adalah wajah ketangguhan bangsa ini. Dalam ruang domestik maupun publik, dalam tantangan digital maupun perubahan zaman, perempuan Indonesia hadir, bekerja, mencipta, merawat kehidupan, dan memastikan keberlangsungan generasi. Karena itu, suara mereka hari ini bukan hanya didengar—tetapi harus menjadi dasar kebijakan publik, strategi pembangunan, dan arah masa depan bangsa.

Peserta upacara yang saya hormati, Penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu ke-97 Tahun 2025 juga sejalan dengan agenda nasional, termasuk implementasi Asta Cita dan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) dalam kerangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penguatan sistem perlindungan, penghapusan diskriminasi, serta percepatan pemberdayaan perempuan di berbagai sektor.

Pemerintah terus memperkuat kerangka hukum dan kebijakan melalui Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), UndangUndang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT), implementasi CEDAW, hingga pengarusutamaan gender dalam seluruh sektor pembangunan. Semua ini kita dorong agar perempuan Indonesia memiliki kesempatan yang setara, terlindungi dari kekerasan, bebas dari diskriminasi, serta mampu berdaya dan berkarya sesuai potensi terbaiknya.

Peserta upacara yang yang saya muliakan, Sebagai bangsa yang besar, kita tidak boleh berhenti hanya pada peringatan. Kita membutuhkan langkah nyata, kolaborasi lintas sektor, dukungan publik, serta komitmen berkelanjutan untuk memastikan perempuan Indonesia dapat berpartisipasi penuh dalam pembangunan.

Oleh karena itu, saya mengajak kita semua—pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, organisasi perempuan, dunia pendidikan, media, dan seluruh elemen bangsa—untuk memperkuat kolaborasi dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.

Peserta upacara yang saya hormati, Mengakhiri amanat ini, saya menyampaikan penghargaan setinggitingginya kepada seluruh perempuan Indonesia. Terima kasih atas kekuatan, daya juang, kasih sayang, kontribusi, dan karya nyata yang selama ini mewarnai perjalanan bangsa.

Selamat Hari Ibu Ke-97 Tahun 2025. Mari kita lanjutkan komitmen bersama untuk memperkuat peran perempuan dalam pembangunan nasional demi terwujudnya Indonesia yang lebih maju, inklusif, dan berkeadilan. Perempuan Berdaya, Anak Terlindungi, Menuju Indonesia Emas 2045.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (tribunsorong.com/safwan ashari/taufik nuhuyanan)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.