Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bibit Siklon Tropis 93S yang terpantau di Samudra Hindia barat daya Jawa Barat dipastikan berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dalam 24–72 jam ke depan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat, khususnya di Jawa Barat untuk mewaspadai dampak tidak langsung berupa cuaca ekstrem.
Berdasarkan analisis TCWC Jakarta per Minggu (21/12/2025) pukul 19.00 WIB, bibit siklon tropis 93S terpantau berada di sekitar 12,1° LS dan 103,8° BT dengan kecepatan angin maksimum 35 knot dan tekanan udara minimum 996 hPa.
Sistem ini berada dalam Area of Monitoring (AoM) dan memiliki potensi tinggi berkembang menjadi siklon tropis kategori 1 hingga kategori 2.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu menjelaskan pusat siklon bergerak menjauhi wilayah Indonesia, namun dampaknya tetap perlu diantisipasi.
“Bibit Siklon Tropis 93S memang diprakirakan bergerak ke arah barat menjauhi Indonesia, namun dampak tidak langsungnya masih berpotensi memicu hujan lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi, terutama di wilayah pesisir dan perairan selatan Jawa Barat,” ujar Rahayu, Senin (22/12/2025).
Rahayu menambahkan, kondisi atmosfer saat ini sangat mendukung penguatan sistem, mulai suhu muka laut yang hangat, kelembapan udara yang tinggi, hingga geseran angin vertikal yang lemah.
“Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, serta nelayan yang beraktivitas di laut selatan Jawa,” katanya.
BMKG mencatat, dampak tidak langsung dari Bibit Siklon 93S meliputi potensi angin kencang serta gelombang laut kategori sedang hingga 2,5 meter di perairan selatan Banten hingga Nusa Tenggara Barat, termasuk Samudra Hindia selatan Jawa Barat.
BMKG Bandung mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terbaru dan tidak mudah terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
“Kami mengimbau masyarakat selalu mengakses informasi resmi BMKG dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah serta aparat setempat demi keselamatan bersama,” kata Rahayu.(*)