TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON-Enam hari berlalu, Maman Suherman, anggota Dewan Pakar Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Cilegon, masih berduka atas kepergian anaknya MAMH.
Pelajar kelas 4 SD itu tewas dibunuh, ditemukan dalam kondisi banyak luka tusuk di rumahnya, Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) III, Blok C5 Nomor 8, Ciwaduk, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (16/12/2025) lalu.
"Ayah korban tentu saja masih berduka karena kehilangan anaknya," ujar Ketua DPP PKS Bidang Advokasi Partai Nurul Amalia dalam acara Sapa Indonesia Pagi yang tayang di Kompas TV, Senin (22/12/2025).
PKS kata Nurul, akan terus mengawal dan mempercayakan penanganan kasus kepada pihak kepolisian.
"Kami masih mempercayakan kepada penyidik ya, kepolisian yang sudah melakukan penyelidikan sesuai dengan mekanisme."
Kepergian MAMH bukan hanya membuat keluarga sedih. Teman dan guru-gurunya di sekolah juga ikut berduka.
Kepala SD Islam Al Azhar 40 Cilegon, Ridwan Arifin, mengenang MAMH sebagai murid yang berperilaku baik, ceria, mudah bergaul, dan aktif mengikuti kegiatan sekolah.
“Kesehariannya itu, alhamdulillah Ananda itu termasuk alim ya, perilakunya juga bagus, akhlaknya bagus, kemudian ceria, kemudian main bersama dengan teman-temannya,” ujar Ridwan
Sempat muncul isu MAMH diduga korban perampokan. Namun belakangan polisi mengatakan kasus ini diduga pembunuhan karena tidak ada barang yang hilang dari rumah mewah itu.
Baca juga: Kasus Anak 9 Tahun Tewas di Rumah Mewah di Cilegon Bukan Perampokan, Tidak Ada Barang Hilang
Enam hari berlalu, misteri kasus ini belum terpecahkan. Berdasarkan peliputan tim Tribun, berikut ini sejumlah fakta baru yang terungkap setelah korban diitemukan tewas.
Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Dermawan mengatakan rumah besar itu tidak memiliki satpam pribadi.
Petugas keamanan di kompleks perumahan itu bernama Sukir mengatakan ada dua asisten rumah tangga (ART) yang bekerja di rumah Maman Suherman.
Dua ART itu pulang sebelum kejadian.
"Ada dua pembantunya (ART). Pembantunya ada yang pulang jam 11.00 (WIB). Dan katanya ada satunya lagi (ART) pulang sekitar jam 2 (14.00 WIB)," ujar Sukir dikutip dari video Kompas.TV.
2. Maman Suherman di Tempat Kerja
Awal mula terungkapnya kasus pembunuhan ini saat sekitar pukul 14.20 WIB , ayah korban yakni Maman Suherman menerima telepon dari anak keduanya bernama D.
Mendapat kabar tersebut, Maman Suherman yang saat itu berada di tempat kerjanya langsung pulang ke rumah.
Tiba di rumah dan membuka pintu, Haji Maman demikian dia disapa, mendapati anaknya dalam kondisi tengkurap dengan luka serius dan pendarahan hebat.
"Saat kejadian hanya 2 orang (di rumah itu) yakni korban adiknya dan kakaknya," kata Kapolres Cilegon, AKBP Marua Raja Silitonga.
Ibu dan ayahnya saat itu berada di luar rumah karena sama-sama bekerja.
3. CCTV di Rumah Mati
Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Dermawan mengakui CCTV di rumah mati saat kasus pembunuhan terjadi.
"Iya kita akan mencari CCTV ya. Kemarin tuh menurut informasi 2 minggu itu CCTV rusak," beber AKP Sigit Dermawan.
Polisi akan mengecek rekaman CCTV milik tetangga rumah mewah tersebut untuk mencari petunjuk.
Sigit mengatakan pihaknya juga terus memeriksa sejumlah saksi untuk nantinya bisa membongkar kasus tewasnya bocah tersebut.
"Untuk saksi ya yang saat ini, hari ini, yang sudah dimintai keterangannya oleh Polres Cilegon sebanyak 7 saksi. Itu dari pihak keluarga dan pihak lain ya," tuturnya.
4. Tidak Ada Barang Hilang
AKP Sigit Dermawan mengatakan dari hasil olah TKP, polisi tidak menemukan adanya barang yang hilang di rumah itu.
Sigit mengatakan pihak kepolisian belum bisa menyimpulkan peristiwa yang merenggut nyawa korban akibat perampokan atau bukan.
Komisaris Jenderal Purnawirawan Polisi Susno Duadji, Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, menjawab soal tidak ada barang yang hilang dari rumah itu.
"Kalau pencurian kepergok bisa beralibi membunuh. Nah ini sasarannya ingin ciderai anak dan keluarga yang lain. Si pelaku tidak langsung ujuk-ujuk langsung berbuat pasti sudah mengintai rumah dan siapa sasarannya sudah dipantau," kata Susno.
5. Saat Kejadian Hujan Deras
Menurut laporan Kompas.TV, pembunuhan itu terjadi saat hujan deras di kompleks perumahan itu.
Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia Prof. Adrianus Meliala, menyatakan bisa saja pelaku berniat melakukan perampokan namun aksinya diketahui korban yang berada di rumah.
Kata dia pelaku bisa saja merupakan orang dekat seperti asisten rumah tangga, satpam, atau tamu yang tidak termonitor.
Adrianus Meliala kurang setuju dengan narasi adanya motif politik lantaran ayah korban menduduki jabatan yang tidak vital.
Meski tak ada rekaman CCTV, pelaku dapat dilacak melalui DNA yang tertinggal seperti rambut atau bekas kuku.
6. Empat orang dipecat Maman Suherman
Kapolres Cilegon AKBP Marua Raja Silitonga polisi masih terus mendalami kasus itu.
Staf Ahli Kapolri Hermawan Sulistyo mengatakan polisi harus memeriksa semua orang yang berhubungan dengan keluarga korban.
Mulai dari lingkungan pekerjaan orang tua, teman-teman korban, ART, satpam, dan sebagainya.
"Kejahatan tidak boleh ada orang yang dikecualikan dari sangkaan. Jadi kalau dugaan pembunuhaan dari keluarga, dari 4 orang yang dipecat oleh bapaknya almarhum, semua tidak boleh ada yag dikecualikan dari dugaan sebagai pelaku," kata Hermawan Sulistyo dikutip dari TribunNewsmaker.com
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menduga korban bukan target utama pelaku.
MAHM diduga kuat hanya merupakan pengganti bagi pelaku untuk menyasar target lainnya, misal orang tua korban.
"Boleh jadi pelaku mengincar pihak lain yang punya keterkaitan dengan korban, misal orang tua korban," kata Reza, dikutip dari YouTube KompasTV, Sabtu (20/12/2025).
Serangan itu, lanjut Reza, dilakukan sebab pelaku merasa tak mungkin menargetkan orang tua korban secara frontal.