TRIBUNSUMSEL.COM - Sambut peringatan Hari Ibu Nasional dengan ragam Puisi Hari Ibu yang berkesan dan penuh makna untuk bagikan sebagai Caption di Medsos.
Diketahui Hari Ibu Nasional bertepatan dengan hari ini, Senin 22 Desember 2025 sehingga tak ada salahnya untuk berbagai ucapan selamat sebagai ungkapan rasa cinta kepada Ibu.
Berikut akan disajikan selengkapnya contoh ucapan Hari Ibu Nasional 2025 dalam bentuk puisi yang bermakna untuk bagikan di media sosial.
Di kedalaman matamu, Ibu, Aku menemukan samudera yang tak pernah pasang. Tempat segala keluh kesahku tenggelam, Dan segala kegagalanku dimaafkan tanpa bincang. Engkau adalah satu-satunya manusia, Yang tetap berdiri memelukku, Saat seluruh dunia memutuskan untuk beranjak pergi.
Ketika seluruh penghuni bumi terlelap, Aku mendengar bisikan lirih di kamar sebelah. Itu suaramu, mengadu pada Sang Pemilik Hidup, Menyebut namaku dalam rangkaian doa yang basah. Kini aku sadar, langkahku yang tegap hari ini, Bukan karena hebatnya kakiku berlari, Melainkan karena kuatnya pintamu pada Ilahi.
Pundakmu mungkin tak lagi sekokoh dulu, Namun di atasnya, kau panggul beban duniaku. Engkau merelakan mimpimu terhenti di tengah jalan, Hanya agar aku bisa melangkah ke seberang harapan. Ibu, engkau adalah jembatan yang rela terinjak, Demi melihat anakmu sampai ke puncak yang tegak.
Ada ribuan kilometer yang memisahkan kita, Namun tak ada sedetik pun doa yang terjeda. Di perantauan ini, suaramu adalah rumah, Yang menyembuhkan lelah dan membasuh resah. Meski raga ini tak bisa memelukmu hari ini, Yakinlah, kasihmu adalah detak di dadaku setiap hari.
Aku tak pernah melihatmu memakai mahkota, Atau jubah emas yang berkilauan permata. Namun di mataku, engkau adalah ratu sejati, Yang memerintah dengan kasih dan kelembutan hati. Engkau sembunyikan sayapmu di balik daster yang usang, Demi menjagaku agar tetap merasa tenang.
Ibu, engkau adalah lisan yang paling jujur, Dan pelukan yang membuat amarahku luntur. Jika dunia adalah tempat pencarian yang buntu, Maka padamu lah aku menemukan pintu. Pintu menuju rida, pintu menuju ketenangan, Dan pintu menuju surga yang Tuhan janjikan.
Di lengkung alismu, Ibu, Ada peta yang tak pernah selesai kubaca. Sebuah garis panjang yang bermula dari rahim, Tempat aku pertama kali meminjam detak jantungmu, Untuk belajar bagaimana rasanya menjadi hidup.
Sembilan bulan kau bawa aku dalam payah, Namun tak pernah kudengar kau mengutuk lelah. Engkau menukar tidurmu dengan tangis bayiku, Engkau menukar masa mudamu dengan masa depanku, Menyulap air susu menjadi darah dan tulang yang menguatkanku.
Aku ingat tanganmu yang dulu halus, Kini mulai kasar oleh sabun dan gesekan waktu. Tangan yang tak pernah berhenti bergerak, Menanak nasi agar perutku tak lapar, Menjahit luka saat hatiku sedang memar.
Engkau adalah sekolah tanpa dinding, Tempatku belajar bahwa kasih tak butuh tanding. Engkau adalah pelita yang tak pernah padam, Tetap menyala meski duniaku sedang kelam. Seringkali aku menjadi badai yang bising, Namun engkau tetap menjadi dermaga yang hening.
Maafkan aku, Ibu... Jika suksesku hanya kau dengar dari kabar, Jika hadirku hanya sebentar di hari yang lebar. Namun ketahuilah, di setiap sujud yang kulakukan, Namamu adalah kalimat pertama yang kulangitkan. Sebab aku tahu, tak ada tangga menuju surga, Tanpa melewati rida yang ada di senyummu yang bersahaja.
Ibu, di Hari Ibu ini, Aku tak punya emas atau permata untuk dipersembahkan. Hanya sebait doa yang dipenuhi ketulusan: Semoga Tuhan memelukmu dengan kesehatan, Menjagamu dari segala kesedihan, Dan mengabadikan namamu dalam kemuliaan.
Karena bagiku, Ibu... Engkau adalah puisi terindah yang pernah dituliskan Tuhan, Dalam lembaran sejarah hidupku yang penuh kekurangan.
(Tribunsumsel.com/Putri Kusuma Rinjani)
***
Ikuti dan bergabung disaluran WhatsApp Tribunsumsel.com