TRIBUNMATARAMAN.COM, PACITAN - Warga Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, menggelar ritual Thetek Melek, Minggu (21/12/2025).
Ritual adat tahunan ini digelar di hamparan sawah desa setempat.
Dan untuk kesekian kalinya, hamparan sawah Desa Sukoharjo, Pacitan menjadi ruang doa dan ekspresi seni.
Ritual adat Thetek Melek yang digelar setahun sekali ini mempertemukan warga, seniman, dan pemimpin daerah dalam satu prosesi sakral.
Dalam ritual tersebut, warga membawa opyak-opyakan hama dan menaruh tumpeng.
Opyak-opyakan merupakan Bahasa Jawa yang maksudnya alat pengusir, dalam hal ini untuk mengusir hama.
Diiringi tetabuhan unik muncul serombongan warga lain dipimpin Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji melewati pematang sawah sambil membawa bongkok (pelepah Kelapa) bolong.
Baca juga: Viral, Tiga Boks Hydrant Raib di Jembatan Suramadu, Satu Ditemukan dan Dua Buah Masih Misteri
Bongkok bolong tersebut selanjutnya diserahkan kepada Mbah Lurah (Kades Sukoharjo) untuk ditancapkan di tanah.
Aktivitas ini diikuti oleh warga lain yang juga turut menancapkan bongkok di seluruh pematang sawah.
Selanjutnya, sebuah seni pertunjukan Kiblat Papat Limo Pancer dan tari orang-orangan sawah tersaji.
Ya, inilah gambaran pertunjukan karya dari Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji dalam rangkaian ritual Thetek Melek.
Diketahui bahwa ritual Thetek Melek sendiri adalah praktik adat yang berfungsi menjaga harmoni antara manusia dan alam agraris.
Sebuah ruang simbolik yang menyimpan potensi kreatif dan sosial.
Diketahui juga Thetek Melek merupakan tradisi turun menurun di Pacitan untuk mengusir pagebluk.
Dan kembali digelar 2022 lalu setelah sempat terhenti karena wabah Covid 19. Setelah pandemi reda, ritual ini kembali digelar setiap tahun.
Dari ritual Thetek melek ini diharapkan akan tumbuh nilai-nilai kosmologis dan praktik komunal yang melekat pada ritual tersebut melalui pendekatan seni partisipatif.
"Mudah-mudahan semua yang kita lakukan ini bisa memberi manfaat kepada kita semua dan apa yang kita tanam akan berkah," ungkap Mas Aji—sapaan akrab—Bupati Pacitan, Minggu (21/12/2025).
Mas Aji mengatakan bahwa ritual ini bukan sekadar seremonial. Namun juga wujud doa dan ikhtiar bersama. Tujuannya, alam senantiasa bersahabat dengan petani.
“Ini bukan sekadar seremonial. Tetapi bagian doa dan ikhitiar kita bersama untuk Kabupaten Pacitan,” papar Mas Aji kepada wartawan TribunMataraman.com.
Selain prosesi inti instalasi hama, gelaran Thethek Melek tahun ini berbeda.
Lantaran juga ada kegiatan pendukung seperti festival budaya, jagong tani, aksi melukis seribu bongkok, serta pasar UMKM yang turut menggerakkan roda perekonomian warga sekitar selama acara berlangsung.
Pun, puncaknya ketika ada doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa setempat. Lalu warga yang hadir makan bersama.
(Pramita Kusumaningrum/TribunMataraman.com)
Editor : Sri Wahyunik