TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kecelakaan maut yang melibatkan Bus PP Cahaya Trans, di Simpang Susun Exit Tol Krapyak, Semarang, pada Senin (22/12/2025) dini hari, menyisakan duka mendalam bagi warga di Kabupaten Sleman.
Dari total 16 korban jiwa dalam insiden kecelakaan tersebut, satu keluarga asal Kebur Lor, Argomulyo, Cangkringan turut menjadi korban.
Ibu dan anak dinyatakan meninggal dunia, sedangkan sang Ayah selamat dengan luka-luka.
Satu keluarga di Cangkringan yang menjadi korban bernama Mutiara Citra Dwi Purwita (19), Endah (48) dan Purwoko (50).
Mutiara dan Endah, ibu dan anak, keduanya meninggal dunia.
Sedangkan Purwoko, mengalami luka dan dirawat di rumah sakit.
Pantauan di rumah duka, di dusun Kebur Lor, Argomulyo, dua tenda duka telah terpasang.
Sejumlah kerabat dan tetangga terus berdatangan ke rumah duka untuk mengungkapkan rasa belasungkawa.
Sejumlah orang duduk sepanjang jalan menuju rumah bercat putih dan hijau, tempat di mana satu keluarga kecil itu tinggal.
Alunan suara ayat Alquran nengalun lirih. Suasana duka sangat terasa.
Baca juga: Daftar Lengkap Korban Tewas Kecelakaan Bus PO Cahaya Trans, 2 Asal Sleman, 4 Asal Klaten
Sepupu Korban, Miftakhul Ma'rifah terlihat meneteskan air mata.
Ia tidak menyangka, keponakan dan bibinya tersebut meninggal dunia dalam kecelakaan Bus di Semarang, Jateng.
Ia bercerita, kabar duka tersebut sampai sekira pukul 07.00 WIB ketika dirinya sedang bekerja.
Ia kemudian langsung pulang dan menuju rumah duka.
"Katanya Mutia dan Bu Endah mengalami kecelakaan Bus di Semarang. Kemudian Mutia meninggal di tempat, dan ibu Endah meninggal di perjalanan. Sedangkan Pak Pur luka dan masih di rumah sakit," ujarnya, di rumah duka, Senin (22/12/2025).
Endah, Mutiara dan Purwoko, saat peristiwa kecelakaan itu sedang perjalanan pulang ke Sleman, Yogyakarta, setelah berkunjung ke rumah keluarga besar Endah di Bogor, Jawa Barat.
Keluarga Purwoko ini berangkat dari Sleman ke Bogor pada Jumat dua pekan lalu, atau lebih kurang 10 hari yang lalu.
Ma'rifah tampak berkaca-kaca. Ia mengenang Mutiara, sang keponakan, yang dikenal ceria.
Ia mengaku sempat bertemu dengan almarhumah sehari sebelum berangkat ke Bogor.
Saat itu tidak ada firasat apapun. Bahkan selama di Bogor juga sempat mengirimkan kabar.
"Sempat ngabari kalau mau balik ke sini. Setelah itu tidak ada kabar," ujarnya.
Ia tidak menyangka, kabar terakhir justru mengejutkan.
Mutiara dan Endah meninggal dunia dalam kecelakaan bus yang ditumpangi dari Bogor menuju Sleman, DI Yogyakarta.
Mutiara merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Purwoko dan Endah.
Sedangkan kakaknya kini bekerja dan tinggal di Jepang.
Binoko Wawan, tetangga korban juga tampak berduka.
Menurut dia, keluarga Purwoko dan Endah, dikenal sebagai keluarga yang baik.
Meskipun Endah asal Bogor, Jawa Barat namun sudah sangat dekat dengan masyarakat dusun setempat.
Anaknya, Mutiara, juga dikenal sebagai sosok yang periang dan mudah bergaul.
"Mutia dengan anak-anak muda ya humble, entengan. sesulit apapun waktu dan ketika ada kegiatan kepemudaan ya selalu aktif. Srawungnya bagus," kata Binoko.
"Pak Pur juga srawung bagus untuk masyarakat. Kebetulan beliau mengampu urusan pupuk petani. Karena beliau juga kebetulan kerja di toko pertanian jadi ada juga memahami soal pupuk," Imbuh dia.(*)