TRIBUNBATAM.id - Kepedihan dirasakan korban selamat bernama Purwoko (49) dalam kecelakaan maut bus PO Cahaya Trans di Simpang Susun Krapyak Jalan Tol Dalam Kota Semarang, Senin (22/12/2025) dini hari.
Purwoko menangis ketika dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Tugu Semarang.
Ternyata Purwoko kehilangan istrinya yang meninggal dalam kecelakaan maut bus PO Cahaya Trans tersebut.
Purwoko tak menyangka istri yang berada di sampingnya malah tewas akibat kecelakaan bus berpenumpang 33 orang itu.
"Yang jelek saya malah yang diambil (meninggal) istri saya," ujarnya sembari menangis di ruangan IGD Tugu Semarang.
Kedua kerabat berusaha menenangkan Purwoko yang menangis sesenggukan.
Purwoko mengaku bersama istrinya naik bus PO Cahaya Trans setelah mengunjungi orang tuanya di Bogor.
"Saya habis dari Bogor jenguk orang tua. Mereka baru keluar dari rumah sakit bapak stroke, ibu paru-paru," ungkapnya kepada Tribun.
Korban lain kecelakaan Bus Cahaya Trans, Sutiadi Sarwono (67) mengaku, hanya bisa tertegun selepas kecelakaan terjadi.
"Saya hanya bisa tertegun saat bus guling," ujarnya kepada Tribun di ruang IGD RS Tugu Semarang.
Sutiadi masih teringat betul kecelakaan itu terjadi karena ketika kejadian ia sedetik pun tak memejamkan mata.
"Kebiasaan kalau perjalanan saya tidak pernah tidur," paparnya.
Ia pun paham betul lokasi kecelakaan karena sudah berulang kali melintasi jalan tersebut untuk menjenguk anak dan cucunya di Bogor.
"Saya 2 Minggu di Boyolali dan 2 Minggu di Bogor untuk bantu anak di sana. Jadi sangat mengenal jalan itu," ujarnya.
Tidak seperti biasanya, Sutiadi yang biasanya duduk di bangku tengah atau belakang setiap naik bus tersebut.
Kali ini, ia mendapatkan jatah nomor kursi 1 A.
"Saya paling depan, tapi dekat pintu masuk," katanya.
Baca juga: Identitas Lengkap 33 Korban Kecelakaan Maut Bus PO Cahaya Trans di Semarang, Sopir Sudah Diamankan
Dari kondisi itu, Sutiadi bisa menyimpulkan terkait kecelakaan tersebut.
Ia menilai, bus ketika melaju di Simpang Susun Krapyak dengan kontur jalan menurun dan membelok justru sopir menambah kecepatan.
Padahal biasanya sopir bus akan mengurangi kecepatan di jalur tersebut.
"Bus melaju dari arah Jakarta, turun ke Simpang Krapyak biasanya ketika mau sampai di lokasi itu ada proses perlambatan ini bus malah tambah kenceng. Saya heran, ini jalan mau nikung malah kenceng," terangnya.
Ia yang merasa ada yang aneh lantas tersentak kaget karena tiba-tiba bus miring ketika berbelok.
Bus warna kuning itu lantas terbalik sebanyak satu kali.
"Bus melaju kenceng langsung miring ambruk satu kali terus nabrak pembatas jalan," tuturnya yang mengaku sudah naik Bus Cahaya Trans sudah dua tahun terakhir.
Ketika peristiwa kecelakaan terjadi, Sutiadi menyebut tubuhnya oleng lalu terjerembab di kabin dengan tubuh membentur bodi bus.
"Saya memejamkan mata, tubuh seperti terbang terawang-awang lalu jatuh," bebernya.
Selepas bus terbalik, ia berada di posisi atas.
Ia melihat kaca bus bagian depan pecah. Ia pun merangkak keluar dari bus melalui kaca itu.
"Saya lihat ada beberapa orang selamat, ada Ibu yang tidak tahu namanya, Pak purwoko (korban lain dengan istri meninggal) dan yang satu kernet," terangnya.
Sutiadi merasa saat kejadian kecelakaan suasana terasa hening.
Tidak ada teriakan atau suara apapun. Ia pun sempat syok atas kejadian itu dan sempat tertegun.
"Tidak ada teriakan, saya hanya duduk di pinggir jalan. Diam di situ," ungkapnya.
Selang beberapa waktu kemudian, Sutiadi dan beberapa korban lainnya dievakuasi ke rumah sakit.
Sutiadi tiba di RS Tugu Semarang sekitar pukul 02.00 WIB. Ia kini masih berupaya pulang ke rumahnya di Boyolali.
Namun, ia enggan diantar oleh siapapun karena takut menimbulkan keramaian di kampungnya.
Ia memang sakit di mata kanan, tangan kakan dan kaki kanannnya. Tapi, menurutnya sakit itu tidak seberapa.
Keluarganya sendiri tidak ada yang menjenguknya ke rumah sakit karena mereka baru pulang dari Bogor ke Boyolali pada tanggal 31 Desember 2025.
"Katanya akan diantar oleh jasa Raharja. Misal tidak diantar nanti pesan taksi online.
Masalahnya kalau diantar Jasa Raharja takut nanti ramai di desa," bebernya.
Baca juga: 15 Orang Tewas Kecelakaan Maut Bus PO Cahaya Trans di Tol Semarang, Banyak Penumpang Terlempar
Penjelasan Polisi
Polda Jawa Tengah masih melakukan proses penyelidikan kasus kecelakaan PO Cahaya Trans yang menewaskan 16 orang.
Polisi fokus terhadap penyebab kecelakaan bus yang melakukan perjalanan Bogor-Yogyakarta itu.
"Penyebab kecelakaan masih dalam proses penyelidikan," jelas Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo.
Menurut Kapolda, sopir tersebut merupakan pengemudi cadangan. Sopir ini dalam kondisi selamat.
"Iya, kami ini pengemudi telah diamankan petugas untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut," jelasnya.
Kapolda menyebut, penanganan kecelakaan dilakukan oleh Unit Laka Polrestabes Semarang dibantu oleh Ditlantas Polda Jateng.
"Tim sudah diterjunkan ke lokais kecelakaan Simpang Susun Krapyak," ujarnya.
Ribut mengatakan, kecelakaan bus PO Cahaya Trans merupakan kecelakaan tunggal pada Senin (22/12/2025) dinihari pukul 00.45 WIB.
Kecelakaan tersebut terjadi saat bus melaju tak terkendali dan menabrak pagar pembatas di Simpang Susun Krapyak Jalan Tol Dalam Kota Semarang.
Insiden ini menewaskan 16 penumpang dengan rincian 15 orang tewas di lokasi dan 1 orang meninggal dunia di rumah sakit.
Korban sisanya 17 dirawat di RS Tugu, RS Colombia, dan RS Elisabeth Semarang. "Para korban saat ini dalam proses pemulasaraan jenazah dan identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Biddokkes Polda Jawa Tengah di kamar jenazah RSUD Kariadi Kota Semarang," terang Kapolda.
Tim DVI juga mendirikan posko pelayanan bagi keluarga korban meninggal dunia di RSUD dr Kariadi sebagai pusat informasi dan pendampingan selama proses identifikasi berlangsung.
Tim DVI sedang melakukan proses identifikasi secara menyeluruh melalui metode post mortem dan ante mortem secara cermat dan profesional.
"Hal ini untuk memastikan ketepatan identitas sebelum jenazah diserahkan kepada pihak keluarga," bebernya.
Untuk korban selamat, lanjut Ribut, biaya perawatan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pihaknya bersama pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pihak rumah sakit berkomitmen membantu proses identifikasi hingga pemulangan jenazah ke kediaman masing-masing.
"Kami juga berkoordinasi dengan Jasa Raharja untuk memastikan seluruh korban mendapatkan santunan sesuai ketentuan,” terangnya.
(TribunBatam.id)