Tribunlampung.co.id, Jateng - 4 warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, jadi korban tewas kecelakaan bus Cahaya Trans di Tol Krapyak Semarang pada Senin (22/12/2025) dini hari. Adapun total korban meninggal mencapai 16 orang.
Melansir Tribun Jateng, keempatnya yakni: Sadimin (57) warga Bantengan RT 01 RW 14, Kelurahan Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten; Srihono (53) warga Gatak RT 03 RW 03, Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten; Listiana (44) warga Dosaran RT 18 RW 05, Desa Kalikebo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, dan Yanto (47) warga Dosaran RT 18 RW 05, Desa Kalikebo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten
Suasana Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten mendadak hening begitu mendengar kabar duka.
Bahkan Kades Pundungan, Danang Setiawan sempat tidak percaya jika salah satu warganya merupakan korban tewas dalam kecelakaan maut bus Cahaya Trans.
Bus tersebut mengalami kecelakaan di Tol Krapyak Semarang pada Senin (22/12/2025) dini hari arah menuju Yogyakarta.
Karena tak percaya, Danang bahkan sempat mengecek langsung ke rumah korban.
Ternyata benar adanya, rumah itu kosong karena beberapa hari terakhir ditinggal penghuninya.
Setelah dinyatakan seluruh informasi benar, Danang lantas menginformasikan kepada warga setempat untuk membantu segala persiapan penyambutan jenazah hingga pemakaman korban.
Sosok korban tewas asal Desa Pundungan yang dimaksud Danang itu adalah Srihono.
Srihono yang kini berusia 53 itu dikenal sebagai anggota Linmas Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.
Dia menjadi salah satu korban meninggal dalam kecelakaan bus Cahaya Trans di Tol Krapyak Semarang pada Senin (22/12/2025) dini hari.
“Beliau petugas Linmas,” ujar Kepala Desa Pundungan, Danang Setiawan seperti dilansir dari TribunSolo.com, Senin (22/12/2025).
Selain bertugas sebagai Linmas, Srihono dikenal memiliki pribadi yang baik dan ringan tangan.
“Orangnya entengan, sering membantu. Dia juga aktif sebagai Linmas,” jelas Danang.
Srihono diketahui aktif menjadi anggota Linmas selama sekira tiga tahun.
“Sosoknya juga ramah,” imbuhnya.
Danang awalnya juga tidak percaya saat menerima informasi meninggalnya Srihono.
“Saya sempat tidak percaya waktu dikabari. Maksudnya, orangnya di rumah,” kata Danang.
Pihak desa kemudian mengecek langsung ke kediaman korban untuk memastikan kabar tersebut.
“Setelah dipastikan, ternyata rumahnya memang kosong,” ucapnya.
Srihono juga sebelumnya sempat membantu sebagai tukang dalam pembangunan di sekitar kediaman Kepala Desa.
Setelah informasi tersebut dipastikan, pihak desa bersama warga sekitar rumah duka langsung membantu menyiapkan prosesi pemakaman.
“Begitu mendengar kabar itu, kami langsung mempersiapkan segala keperluan pemakaman,” pungkasnya.
Tangis keluarga pecah saat jenazah korban kecelakaan bus Cahaya Trans di Tol Krapyak Semarang dimakamkan di Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten pada Senin (22/12/2025).
Srihono (53) merupakan satu dari 16 korban meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Jenazah almarhum tiba di rumah duka sekira pukul 14.30.
Upacara pemakaman kemudian dilakukan tidak lama setelah jenazah tiba.
Saat jenazah diberangkatkan menuju pemakaman, tangis keluarga pecah.
Salah satunya adalah istri almarhum, Rujiyanti (54).
Ekspresi duka tampak jelas di wajahnya saat melepas kepergian sang suami.
Rujiyanti diketahui menjadi salah satu korban yang selamat dalam kecelakaan nahas tersebut.
Keluarga juga memberikan penghormatan terakhir dengan melakukan tradisi brobosan.
Brobosan merupakan tradisi adat Jawa dalam upacara kematian, dimana keluarga almarhum, terutama anak dan cucu, berjalan menerobos atau merunduk di bawah keranda jenazah sebanyak tiga atau tujuh kali sebelum dimakamkan.
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir, pelepasan emosional, serta harapan agar sifat baik atau berkah almarhum seperti ilmu dan keteladanan, dapat menurun kepada keluarga yang ditinggalkan.
Brobosan berasal dari bahasa Jawa, yang berarti menerobos atau melewati.
Jenazah Srihono kemudian dimakamkan di pemakaman umum yang berjarak sekira 150 meter dari rumah duka.
Salah satu keluarga korban, Susanto yang merupakan adik Srihono mengatakan, kakaknya berangkat ke Jakarta bersama sang istri, Rujianti untuk menjenguk keluarga.
“Mereka berangkat bersama untuk menengok keluarga yang habis melahirkan di Cikarang,” ujarnya, Senin (22/12/2025).
Menurut Susanto, Srihono dan istrinya berangkat dalam satu rombongan keluarga.
“Berangkatnya rombongan, bersama keluarga dari Boyolali,” jelasnya.
Adapun keluarga dari Boyolali yang turut berangkat yakni Ngatiyem (48), Anis Munandar (36), dan Sugimo (62).
Susanto menambahkan, kabar duka mengenai meninggalnya sang kakak pertama kali diterima keluarga dari Kepala Desa.
“Keluarga di sini tahu setelah dikabari Pak Kepala Desa,” ucapnya.
Baca juga: Wagub Bangka Belitung Hellyana Jadi Tersangka Dugaan Ijazah Palsu