Giwo Rubianto: Hari Ibu Adalah Napas Perjuangan Perempuan yang Tetap Menyala di Tengah Bencana
December 23, 2025 12:35 AM

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan tonggak sejarah perjuangan perempuan Indonesia.

Hari Ibu lahir dari Kongres Perempuan Indonesia 1928, saat perempuan dari berbagai penjuru Nusantara bersatu menyuarakan hak, martabat, dan peran strategis dalam perjalanan bangsa.

Makna itulah yang kembali ditegaskan oleh Dr. Ir. Giwo Rubianto, M.Pd, Presiden Federasi Bisnis Profesional Wanita Indonesia (BPW Indonesia) sekaligus UN Standing Committee BPW International.

Baca juga: 20 Ucapan Hari Ibu Nasional 22 Desember 2025, Penuh Doa dan Cinta untuk Ibu

Menurutnya, Hari Ibu adalah refleksi nilai perjuangan, persatuan, dan kepedulian sosial yang diwariskan para founding mothers bangsa.

“Hari Ibu adalah penghormatan atas keberanian perempuan Indonesia yang sejak awal sejarah telah berdiri sejajar dalam memperjuangkan kemerdekaan dan masa depan generasi,” ujar Giwo Rubianto.

Baca juga: Transjakarta Rayakan Hari Ibu Lewat Parade Inklusif Anak Disabilitas di Halte Tosari Jakarta Pusat

Namun, peringatan Hari Ibu tahun ini hadir di tengah duka. Bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Sumatra, kembali memperlihatkan wajah ketangguhan perempuan. Dalam situasi darurat, para ibu berada di garis terdepan menjaga keselamatan anak-anak, memastikan kebutuhan dasar terpenuhi, sekaligus menjadi penopang kekuatan keluarga dan komunitas.

Tak hanya di ruang domestik, perempuan juga mendominasi barisan tenaga medis dan perawat yang bekerja tanpa lelah di lokasi bencana. Mereka memberikan pelayanan kesehatan, pendampingan psikologis, hingga perawatan bagi korban, sering kali di tengah keterbatasan fasilitas dan risiko yang tinggi.

Menurut Giwo Rubianto, ketangguhan perempuan di tengah bencana adalah kelanjutan dari semangat perjuangan perempuan Indonesia yang telah teruji oleh sejarah.

“Perempuan bukan hanya korban bencana, tetapi aktor penting dalam respons kemanusiaan dan pemulihan sosial. Ketahanan bangsa sering kali bertumpu pada kekuatan perempuan,” tegasnya.

Baca juga: Dari Dapur Ibu ke Hati Keluarga, Mahsuri dan FOI Rayakan Hari Ibu dengan Aksi Pangan Lokal

Di sisi lain, ia mengapresiasi peran Generasi Z dan Milenial yang menunjukkan solidaritas nyata. Anak-anak muda bergerak cepat memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menggalang bantuan, menyebarkan informasi yang akurat, hingga turun langsung membantu para korban.

“Gen Z dan Milenial hari ini adalah wajah solidaritas baru. Mereka berani, empatik, dan sigap—nilai-nilai yang tumbuh dari keteladanan perempuan dan ibu,” ujar Giwo.

Menutup pernyataannya, Giwo Rubianto berharap Hari Ibu dimaknai lebih dari sekadar simbol perayaan. Ia mendorong penguatan perlindungan perempuan, dukungan nyata terhadap peran mereka dalam situasi krisis, serta kolaborasi lintas generasi sebagai fondasi ketahanan bangsa.

“Ketika perempuan diperkuat dan generasi muda bergerak bersama, Indonesia memiliki modal sosial yang besar untuk bangkit dan bertahan menghadapi tantangan apa pun,” tutupnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.