TRIBUNTRENDS.COM - Seorang bocah berinisial MAHM alias A (9) ditemukan meninggal dunia di sebuah rumah mewah yang berada di kawasan Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS), Kota Cilegon, Banten, pada Selasa (16/12/2026).
Peristiwa ini sontak mengundang perhatian publik.
A diketahui merupakan putra bungsu dari Maman Suherman, anggota Dewan Pakar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Cilegon.
Hingga kini, penyebab pasti kematian A masih menjadi tanda tanya.
Meski demikian, pihak kepolisian telah memastikan bahwa peristiwa tersebut bukan disebabkan oleh aksi perampokan.
Beberapa hari sebelum ditemukan meninggal, A sempat melakukan perjalanan ke Bandung, Jawa Barat, bersama keluarganya.
Baca juga: Duka Politisi PKS, Anak jadi Korban Pembunuhan, CCTV Mati, Kondisi Maman Suherman Diungkap Rekan
Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala SD Islam di Cilegon, Ridwan Arifin.
"Sabtu-Minggu, ananda ke Bandung bersama dengan keluarga, mungkin ada acara keluarga atau apa," kata Ridwan Arifin dalam tayangan YouTube Tribunnews, dikutip Senin (22/12/2025).
Setelah kembali ke Cilegon, kondisi kesehatan A disebut menurun.
Bocah tersebut diduga mengalami kelelahan hingga sempat mengalami muntah-muntah. Akibatnya, A tidak masuk sekolah selama dua hari.
"Hari Seninnya mungkin karena kecapekan, sakit tuh muntah-muntah, ibundanya izin, anandanya sakit mungkin kecapekan muntah-muntah."
"Mungkin selasa belum pulih, informasi ke wali kelasnya masih izin, jadi izinnya izin sakit," ungkap dia.
Kematian A yang begitu tragis menyisakan duka mendalam bagi keluarga, terutama Maman dan istrinya.
Bahkan, Maman tak sanggup memandikan jasad putra sulungnya itu.
Prosesi pemandian pun diserahkan kepada tim pemandi jenazah profesional.
Ketua RT setempat, Istianto (65) menyebut, Maman dan istrinya masih syok berat sehari setelah kejadian.
“Masih kelihatan syok juga. Apalagi ibunya, istrinya Pak Maman. Kalau menangis, pasti,” ujar Istianto kepada Tribunnews.com, di Perumahan BBS, Cilegon, Banten, Kamis (18/12/2025).
Prosesi pemandian dilakukan beberapa jam sebelum pemakaman, setelah jenazah menjalani autopsi.
“Iya, yang memandikan tim pemandi jenazah. Karena itu tadi, dia enggak tahan. Saya tanya, ‘masih enggak kuat ya?’ Dia bilang, ‘iya’,” kata Istianto.
Maman dikenal dekat dengan putranya. Keduanya kerap berjalan bersama ke masjid untuk salat subuh berjamaah.
“Pak Maman itu sama anaknya sering salat subuh berjamaah di masjid. Terutama waktu anaknya masih kecil,” ujar Istianto.
Kebiasaan itu berlangsung hingga hari-hari terakhir, termasuk salat Jumat.
Baca juga: Jejak Orang Dalam di Balik Pembunuhan Anak Dewan PKS Maman Suherman, Susno Duadji: Bukti Saintifik
Peristiwa yang menewaskan A diketahui sekira pukul 14.20 WIB, saat ayah korban, Maman menerima telepon darurat dari anak keduanya berinisial D.
Di telepon itu, D berteriak meminta pertolongan kepada ayahnya, melansir TribunBanten.com.
Mendapat kabar itu, Maman langsung bergegas meninggalkan tempat kerjanya di wilayah Ciwandan menuju rumah.
Setibanya di rumah, ia mendapati kondisi anaknya sudah tergeletak tengkurap di dalam kamar dengan tubuh bersimbah darah.
Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bethsaida Kota Cilegon, namun korban dinyatakan telah meninggal dunia.
(TribunTrends/Tribunnews)