Ketua IDAI Jelaskan Gizi Balita saat Masa Bencana, Mi Instan Boleh Dikonsumsi?
December 23, 2025 01:38 AM

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso memberikan penjelasan soal kebutuhan gizi untuk balita saat masa bencana.

Di wilayah Pulau Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pada akhir November lalu dilanda bencana banjir bandang dan tanah longsor.

Kejadian ini membuat lebih dari seribu orang meninggal dunia dan warga terdampak harus kehilangan rumah tinggal mereka.

Selama bencana berlangsung, anak-anak perlu mendapatkan perhatian khusus tentang asupan gizi.

Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga harus mendapatkan makanan bergizi seimbang untuk mencegah malnutrisi.

"Khususnya balita butuh nutrisi protein hewani, lemak, karbohidrat, vitamin yang cukup. Kalau tidak, tentu akan mengganggu masalah status nutrisi mereka," kata dia saat ditemui di kantor IDAI Salemba, Jakarta Pusat, Senin (22/12/2025).

BANTUAN UNTUK KORBAN BANJIR - Menteri Pertanian yang juga Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andi Amran Sulaiman, kembali melepas bantuan untuk korban bencana banjir Sumatera.
Pelepasan bantuan dilakukan di Mako Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (5/12/2025). Kementerian Pertanian menggandeng TNI untuk pengiriman bantuan menggunakan kapal KRI Banda Aceh 593.
Dok: Endrapta Pramudhiaz
BANTUAN UNTUK KORBAN BANJIR - Menteri Pertanian yang juga Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andi Amran Sulaiman, kembali melepas bantuan untuk korban bencana banjir Sumatera. Pelepasan bantuan dilakukan di Mako Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (5/12/2025). Kementerian Pertanian menggandeng TNI untuk pengiriman bantuan menggunakan kapal KRI Banda Aceh 593. Dok: Endrapta Pramudhiaz (Tribunnews.com/Endrapta Ibrahim Pramudhiaz)

Lebih jauh tentang pemberian mi instan pada balita, ia menegaskan pemberian mi instan kepada balita saat bencana hanya boleh dilakukan pada fase darurat awal.

Saat darurat awal, kondisi di lapangan sering kali sangat terbatas. Jika tidak tersedia pilihan selain makanan instan, pemberian mi instan diperbolehkan sebatas untuk bertahan hidup (survival). 

Lebih dari tiga hari, balita harus mengonsumsi asupan gizi seimbang yang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.

"Mi instan yang hanya tinggi karbohidrat dan garam tidak ideal jika dikonsumsi berhari-hari," ujar Piprim.

Ia pun menyarankan penggunaan dapur khusus MP-ASI dan makanan awet bernutrisi tinggi sebagai alternatif.

Baca juga: Masa Reses DPR RI Sosialisasikan Subsidi, Pendidikan, dan Program Gizi

Lagi-lagi kondisi fase awal pascabencana tidak ideal. Sebagai alternatif, IDAI merekomendasikan penggunaan makanan awetan dengan teknologi retort, yaitu makanan yang dikemas vakum dan disterilisasi tanpa bahan kimia.

Jenis makanan ini dapat mengandung protein hewani, karbohidrat, dan lemak yang cukup, serta siap santap tanpa proses pengolahan yang rumit. 

Contohnya termasuk makanan seperti rendang atau olahan lain yang awet namun tetap memiliki nilai gizi tinggi.

"Kalau belum ada yang baiknya diawetkan  teknologi retort. Lengkap gizinya, bisa siap santap tanpa proses yang lebih ribet," kata dia.

Dia berharap agar penanganan logistik bencana ke depan lebih memperhatikan kebutuhan khusus bayi dan balita. 

Pemenuhan gizi yang tepat sejak dini dinilai sangat penting untuk mencegah dampak kesehatan jangka panjang pada anak-anak korban bencana.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.