TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso memberikan penjelasan soal kebutuhan gizi untuk balita saat masa bencana.
Di wilayah Pulau Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pada akhir November lalu dilanda bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Kejadian ini membuat lebih dari seribu orang meninggal dunia dan warga terdampak harus kehilangan rumah tinggal mereka.
Selama bencana berlangsung, anak-anak perlu mendapatkan perhatian khusus tentang asupan gizi.
Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga harus mendapatkan makanan bergizi seimbang untuk mencegah malnutrisi.
"Khususnya balita butuh nutrisi protein hewani, lemak, karbohidrat, vitamin yang cukup. Kalau tidak, tentu akan mengganggu masalah status nutrisi mereka," kata dia saat ditemui di kantor IDAI Salemba, Jakarta Pusat, Senin (22/12/2025).
Lebih jauh tentang pemberian mi instan pada balita, ia menegaskan pemberian mi instan kepada balita saat bencana hanya boleh dilakukan pada fase darurat awal.
Saat darurat awal, kondisi di lapangan sering kali sangat terbatas. Jika tidak tersedia pilihan selain makanan instan, pemberian mi instan diperbolehkan sebatas untuk bertahan hidup (survival).
Lebih dari tiga hari, balita harus mengonsumsi asupan gizi seimbang yang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.
"Mi instan yang hanya tinggi karbohidrat dan garam tidak ideal jika dikonsumsi berhari-hari," ujar Piprim.
Ia pun menyarankan penggunaan dapur khusus MP-ASI dan makanan awet bernutrisi tinggi sebagai alternatif.
Baca juga: Masa Reses DPR RI Sosialisasikan Subsidi, Pendidikan, dan Program Gizi
Lagi-lagi kondisi fase awal pascabencana tidak ideal. Sebagai alternatif, IDAI merekomendasikan penggunaan makanan awetan dengan teknologi retort, yaitu makanan yang dikemas vakum dan disterilisasi tanpa bahan kimia.
Jenis makanan ini dapat mengandung protein hewani, karbohidrat, dan lemak yang cukup, serta siap santap tanpa proses pengolahan yang rumit.
Contohnya termasuk makanan seperti rendang atau olahan lain yang awet namun tetap memiliki nilai gizi tinggi.
"Kalau belum ada yang baiknya diawetkan teknologi retort. Lengkap gizinya, bisa siap santap tanpa proses yang lebih ribet," kata dia.
Dia berharap agar penanganan logistik bencana ke depan lebih memperhatikan kebutuhan khusus bayi dan balita.
Pemenuhan gizi yang tepat sejak dini dinilai sangat penting untuk mencegah dampak kesehatan jangka panjang pada anak-anak korban bencana.