Belajar dari Ibu Oki Merefleksikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
December 23, 2025 10:52 AM

TRIBUNAMBON.COM - Hari Ibu sering kali dirayakan sebagai bentuk penghormatan simbolis, tapi bagi Ni Luh Sri Maryawati alias Ibu Oki, pemilik Warung Nasi Ayam Ibu Oki, momen ini adalah cermin dari tanggung jawab nyata perempuan dalam menjaga masa depan melalui kemandirian ekonomi.

Di warungnya yang berlokasi di Nusa Dua, Minggu (21/12), Maryawati menunjukkan perannya sebagai ibu di era modern yang bisa meluas hingga ke garis depan penggerak ekonomi melalui kemandirian usaha yang berdampak bagi masyarakat luas.

Antrean panjang wisatawan dan warga lokal sudah terlihat di depan warung Ibu Oki sejak pukul 07.00 WITA. Mereka menanti seporsi nasi campur ayam dengan cita rasa Bali yang terdiri dari nasi putih, sayur lawar kacang panjang, ayam betutu, ayam suwir, ayam goreng khas Bali, sate lilit, dan sambal matah.

Bagi perempuan asal Gianyar itu, melihat pelanggan menghabiskan makanannya adalah bentuk apresiasi paling jujur terhadap dedikasinya di balik dapur.

"Momen mengharukan itu saat mereka makan, terus yang di piring itu sampai habis," kata Maryawati. Kepuasan pelanggan baginya merupakan hasil dari pola manajemen produksi yang disiplin dan bervisi jangka panjang.

Konsistensi dan Inovasi

Konsistensi layanan di tengah lonjakan pembeli menuntut inovasi pada manajemen produksi. Dalam sejarah perjalanan bisnisnya, Maryawati sempat mengoperasikan dapur pusat di kawasan Sunset Road untuk memastikan operasional cabang-cabang lainnya tetap stabil.

"Dulu ada dapur juga di Sunset Road. Di situ kita bikin dapur untuk cabang-cabang yang lain," jelasnya.

Langkah membuat dapur terpisah dari warung diambil agar arus pesanan daring tidak mengganggu kenyamanan pelanggan yang makan di tempat, inilah bagian dari strategi menjaga konsistensi layanan yang diterapkan oleh perempuan kelahiran tahun 1977 itu.

Selain itu, sistem produksi menu makanan mengandalkan ketangkasan sumber daya manusia secara langsung, alih-alih kecanggihan mesin. Maryawati menegaskan bahwa kecanggihan operasionalnya bukan pada mesin, melainkan pada kemampuan alami timnya.

"Selama ini kami melayani customer makan di tempat sama online-online secara langsung, kami masih bisa. Kepegang. Karena dapurnya cukup canggih. Orangnya maksudnya ya. Orangnya," kata Maryawati.

Pengembangan kapasitas manusia ini sejalan dengan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), di mana kecakapan sumber daya manusia menjadi penentu utama dalam mengolah bahan baku produksi.

Kecakapan tim dapur Ibu Oki paling teruji saat mengolah ayam petelur merah yang sudah tidak produktif atau ayam afkir. Ayam ini berasal dari peternakan yang siklus bertelurnya sudah selesai.

Secara industri, jenis ayam ini sering dikesampingkan untuk memasak daging karena memiliki serat otot yang sangat liat dan aroma tajam saat direbus biasa.

"Ini adalah ayam petelur yang sudah tidak produktif. Umurnya pun sudah lama. Kalau dimasaknya pun dia butuh waktu berjam-jam," kata Maryawati menjelaskan tantangan tim dapurnya.

Daging yang liat tersebut diolah sedemikian rupa untuk menciptakan kedalaman rasa yang maksimal. Melalui proses memasak berdurasi panjang, serat daging mampu bertahan tanpa hancur, sehingga bumbu rempah meresap hingga ke tulang.

Strategi itu juga menjadi implementasi nyata dari SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Dengan mengubah sumber daya protein yang sering dikesampingkan oleh industri peternakan, menjadi hidangan bernilai ekonomi yang digemari pelanggan. Maryawati menerapkan prinsip ekonomi sirkular dan manajemen sumber daya yang mendukung penghidupan 50 orang pegawai tetapnya.

Kesehatan Konsumen

Seperti kepedulian yang ditunjukkan seorang ibu terhadap kesehatan anaknya, Maryawati berpedoman pada penggunaan rempah alami dalam bumbu masakan.

Ini merupakan kontribusi nyata pada SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) melalui jaminan keamanan pangan.

Integritas inilah yang menjadi fondasi utama Warung Nasi Ayam Ibu Oki dalam menjaga loyalitas pelanggan selama belasan tahun.

Maryawati menerapkan standar ketat dalam pemilihan bahan. Salah satu rahasia kelezatan dan keamanan makanannya terletak pada penggunaan minyak masak yang berbeda dari standar warung pada umumnya.

"Minyaknya sudah berupa ramuan," ungkapnya. Minyak ramuan ini memastikan kualitas nutrisi masakan terjaga dan aman dikonsumsi.

Prinsip kesehatan ini diperkuat dengan pengolahan bumbu segar tanpa bahan kimia tambahan. Seni memasak Bali baginya adalah keseimbangan takaran rempah atau Base Genep.

"Semua bumbu Bali. Tapi untuk bikin lawar, apanya dibanyakkan, apanya dikurangi. Untuk betutu, apanya dibanyakkan, apanya dikurang. Ayam suwir juga kayak gitu. Apanya dibanyakkan," katanya sambil tersenyum menyiratkan bahwa takaran tersebut dijaga ketat guna mempertahankan identitas rasa.

Adaptasi Teknologi: Penyelamat di Masa Pandemi

Ketangkasan Maryawati dalam memimpin terbukti krusial saat ia menjalankan visi mengadopsi teknologi digital tepat sebelum pandemi.

Keputusan itu, kata dia, didasari pengamatan atas perubahan perilaku konsumen.

"Untungnya saya gabung [dengan ekosistem Grab] itu sebelum Corona [COVID-19] karena melihat ke depannya harus seperti apa. Kadang kita harus berubah loh," kata Maryawati. Ketika pembatasan mobilitas berlaku, platform daring seperti Grab menjadi penyelamat bisnisnya.

Pada masa pandemi, pesanan daring menyumbang pendapatan secara masif. "Saat itu kita gila-gilaan dapat customer dari online. Booming-nya di situ. 80 persen lah dari Grab, 80 persen sampai 70 persen," kenangnya.

Adaptasi teknologi ini merupakan instrumen pertahanan yang memastikan keberlanjutan mata pencaharian karyawannya di saat banyak sektor pariwisata lain lumpuh.

Langkah itu mencerminkan upaya penyediaan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif sebagaimana amanat SDG 8.

Seluruh keputusan bisnis yang diambil Maryawati sebagai pemimpin berangkat dari filosofi kemandirian perempuan sebagai tanggung jawab moral terhadap keluarga dan lingkungan sekitar.

"Filosofinya ya kemandirian sih. Kemandirian wanita, perempuan. Itu yang selalu menguji saya untuk tetap ada di sini," ungkap Maryawati.

Kemandirian itu diuji saat harga bahan baku di pasar bergejolak, terutama harga cabai yang sering melambung tinggi.

Maryawati mengatakan ingin menjaga kualitas rasa yang digemari pelanggan dengan mempertahankan takaran porsi meskipun biaya produksinya meningkat.

"Kami tidak akan pernah mengurangi porsi bahan baku. Terutama cabai... Kami tidak pernah mengurangi cabainya supaya harganya sama (seperti sebelum kenaikan harga bahan baku). Prinsipnya menjaga kualitas," kata Maryawati. Sikap itu ia tunjukkan sebagai cerminan kemandirian yang menjamin stabilitas usaha jangka panjang.

Saat ini, ia sudah memiliki tiga gerai utama di Bali yaitu di Nusa Dua, Sanur, dan Tuban.

"Sementara ada tiga... nanti kita bikin lagi cabang usahanya yang banyak," kata Maryawati.

Menghadapi masa depan, Maryawati menerapkan strategi ekspansi yang lebih ramping namun efisien. Ia berencana membangun lebih banyak gerai dengan konsep "versi kecil" untuk menjangkau pasar tanpa membebani biaya operasional yang besar.

Salah satu upaya ekspansinya dengan menyediakan produk makanan beku dan sambal dalam kemasan untuk menjangkau lebih banyak konsumen.

"Kami sekarang merencanakan jualan ayam betutu frozen dan sedang siapkan sambal kemasan supaya pelanggan bisa bawa pulang untuk oleh-oleh," kata Maryawati.

Refleksi Hari Ibu bagi Maryawati ditutup dengan pesan semangat bagi pengusaha perempuan lainnya untuk tetap tangguh bertahan di masa sulit. "Tetap semangat, karena saya yakin di antara sekian hari ada beberapa hari yang pasti akan menguntungkan," pesan Maryawati.

Keberhasilan membutuhkan ketangguhan mental untuk tetap bertahan di hari-hari sulit. Bagi Maryawati, perempuan akan selalu berpedoman pada tujuan pembangunan berkelanjutan demi menjaga tradisi kepemimpinannya tetap relevan di zaman manapun.

Perempuan harus memimpin di depan agar dunia usaha di Indonesia mau terus belajar dan berdaya demi masa depan generasi yang lebih baik. (*)

 

(Antara/ Abdu Faisal/ 23 Desember 2025)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.