WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai menanggapi kritik yang disampaikan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal terhadap Menteri Luar Negeri Sugiono.
Pigai menilai kritik tersebut tidak mencerminkan kondisi diplomasi Indonesia saat ini.
Pigai mengatakan, ia menghargai kritik sebagai bagian dari demokrasi.
Namun, menurutnya, kritik Dino terhadap Sugiono tidak berdasar.
Alasannya karena kinerja diplomasi Indonesia justru menunjukkan peningkatan yang signifikan.
"Saya hargai kritik, namun kritik Pak Dino Patti Jalal kepada Menlu Sugiono, itu isinya semua ZONK karena saat ini Indonesia on going to high performance level class then previous when Dino led!" tulis Pigai lewat twitternya @NataliusPigai2 pada Senin (22/12/2025) malam.
“Saat ini Indonesia berada pada level dan kelas yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya," bebernya.
Pigai mengaku memperoleh banyak pandangan positif dari para diplomat asing selama kunjungannya ke luar negeri.
Saat berada di Qatar, ia bertemu dengan Duta Besar Qatar di Doha serta sejumlah diplomat dari berbagai negara.
Menurut Pigai, para diplomat tersebut menyampaikan posisi Indonesia di mata dunia kini lebih diperhitungkan.
Ia menyebut, sebelumnya Indonesia cenderung berada di pinggiran dalam percaturan global.
Baca juga: Arumi Bachsin Cerita Perjuangan Jadi Ibu, Relakan Pendidikan dan Karier di Usia Muda
"Saat ini saya di Qatar dengan Dubes Qatar di Doha. Jujur semua Dubes & Diplomat di banyak negara yang saya temui mengatakan 'Pak Menteri, baru kali ini Indonesia dipandang dunia, sebelumnya kami dipinggiran'," ungkap Pigai.
"Artinya Menlu Sugiono Berprestasi dan Luar Biasa dibandingkan waktu Kemlu dipimpin Pak Dino Patti Jalal," tegasnya.
Pigai juga menilai kritik yang disampaikan Dino mencerminkan sikap elitis.
Ia mengingatkan latar belakang atau posisi seseorang di masa lalu tidak otomatis menjadi jaminan kebenaran dalam menilai kebijakan saat ini.
"Pak Dino you never thought about where you are come from, they (world leaders) don’t care, and this is not give you a warranty that you a the right person, diplomacy just a game’s. (Pak Dino, kau tak pernah memikirkan dari mana asalmu, mereka (para pemimpin dunia) tidak peduli, dan ini bukan jaminan bahwa kau adalah orang yang tepat, diplomasi hanyalah permainan)," ungkap Pigai.
"Pak Dino sedang tunjukkan perilaku dan arogansi kaum elit Indonesia," tutupnya.
Ia juga menyoroti minimnya arahan strategis kepada perwakilan Indonesia di luar negeri.
Dino menyebut sejumlah kedutaan besar belum memperoleh panduan jelas dari pusat, sementara rapat koordinasi duta besar sempat tertunda hampir setahun dan dinilai kurang memberikan arah kebijakan.
Selain itu, Dino menyinggung pemotongan anggaran yang berdampak pada menurunnya kinerja dan moral diplomat.
Menurut dia, kondisi tersebut berisiko membuat diplomasi Indonesia berjalan tanpa tindak lanjut yang memadai dan berpotensi menciptakan hubungan bilateral yang tidak seimbang.
"Dewasa ini banyak sekali KBRI yang tidak mendapatkan arahan dari pusat, rapat koordinasi para duta besar terpunda hampir setahun, dan ketika terjadi pun, para kepala perwakilan tidak banyak mendapat strategic direction," jelas Dino.
"Banyak diplomat yang kinerjanya drop karena anggaran dipotong drastis, dan banyak diplomat yang mengalami demoralisasi dan merasa tidak terdorong untuk berinisiatif karena merasa tidak akan direspon dari atas. Bahkan kabarnya banyak duta besar kita yang sulit menemui Menlu kalau mereka pulang di tanah air, dan resikonya banyak kesempatan di tingkat tinggi yang tidak akan ada follow up-nya atau tidak ter-follow up dengan baik, dan juga ada resiko hubungan bilateral Indonesia dengan negara sahabat menjadi tidak berimbang dan lebih banyak dikendarai oleh mitra kita," bebernya.
"Dan kalau ini terus berlangsung, maka Kemlu yang selama ini dikenal sebagai center of excellence, lambat lalu akan menjadi island of mediocrity," paparnya.
Bandingkan dengan Purbaya
Dino juga mengkritik minimnya komunikasi publik Menlu Sugiono.
Ia mengingatkan prinsip yang diajarkan mantan Menlu Ali Alatas bahwa kebijakan luar negeri harus dipahami dan didukung publik di dalam negeri.
Namun, menurut Dino, dalam setahun terakhir Sugiono belum pernah menyampaikan pidato kebijakan atau wawancara mendalam terkait politik luar negeri.
"Mohon Menlu Sugiono dapat berkomunikasi dengan publik mengenai langkah-langkah politik luar negeri Indonesia. Ada ilmu dari Menlu Ali Alatas bahwa foreign policy begins at home, yang berarti segala langkah diplomasi luar negeri akan percuma kalau tidak dijelaskan, dipahami, dan didukung publik di dalam negeri."
"Lihat saja bagaimana Menteri Keuangan Purbaya dalam waktu singkat menjadi sangat populer dan dihormati publik karena ia rajin sekali memberikan penjelasan mengenai kebijakan keuangan negara."
"Dalam satu tahun terakhir, Menlu Sugiono belum pernah sekalipun memberikan policy speech baik di dalam maupun di luar negeri. Juga tidak pernah melakukan wawancara khusus dengan media mengenai substansi politik luar negeri, baik di dalam maupun di luar negeri. Dan dalam satu tahun terakhir, jarang sekali ada penjelasan publik dari Menlu mengenai langkah-langkah politik luar negeri Indonesia. Selain pidato awal tahun yang telah menjadi tradisi Kementerian Luar Negeri," jelasnya.
Ia menilai Menlu saat ini terkesan jauh, tidak komunikatif, dan sulit diakses oleh pemangku kepentingan, termasuk organisasi masyarakat bidang hubungan internasional.
Undangan dialog, kata Dino, kerap tidak mendapat respons.
Dino berharap Sugiono tidak hanya berperan sebagai pembantu presiden, tetapi juga menjadi narator utama yang mengorkestrasi kebijakan luar negeri Indonesia. Ia mengingatkan agar tidak terjadi perbedaan antara pesan kerja sama yang disampaikan di forum internasional dengan praktik sehari-hari di dalam negeri.
"Saya paham tugas utama Menlu adalah untuk membantu presiden, tapi ini tidak berarti mengunggungi rakyat. Bahkan dua hal ini sebetulnya saling mendukung. Jangan sampai ada kontradiksi gimana Menlu di forum internasional selalu menyerukan pentingnya kerjasama tapi dalam kenyataannya sangat susah sekali diajak kerjasama," jelas Dino.
"Dalam dunia diplomasi, inisiatif bisa datang dari pemerintah, dari atas, tapi juga bisa dari bawah. Dari ormas dan dari akar rumput," ungkap Dino.
"Alangkah indahnya kalau kita semua bisa bekerjasama dan bergotong royong. Jujurnya dari pengalaman saya berdiplomasi gotong royong antara pemerintah dan ormas hubungan internasional inilah resep sukses dari politik luar negeri. Demikian saya membuat pesan ini karena kami ingin melihat Menlu Sugiono sukses," ujarnya.