Keselamatan Jadi Prioritas Saat Liputan Bencana, GRN Gelar Workshop Emergency Reporting Jurnalis
December 23, 2025 09:45 PM

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Keselamatan jurnalis serta pemahaman terhadap prinsip emergency and crisis reporting dinilai semakin mendesak, seiring meningkatnya intensitas bencana dan situasi darurat di berbagai daerah.

Menjawab tantangan tersebut, Garuda Rescue Nusantara (GRN) yang dibentuk oleh PT Putra Perkasa Abadi (PPA) menggelar Workshop Media Safety, Emergency and Crisis Reporting. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam meningkatkan kemampuan tanggap darurat sekaligus membangun budaya keselamatan di Indonesia.

Workshop menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, antara lain Kepala Seksi Operasional dan Siaga Basarnas Palembang Mancarah Wanto, Jurnalis Tribun Sumsel Abriansyah Liberto, serta perwakilan dari Garuda Rescue Nusantara.

Dalam pemaparannya, Mancarah Wanto menekankan pentingnya pemahaman prosedur keselamatan bagi jurnalis saat meliput operasi pencarian dan pertolongan (SAR). Jurnalis diwajibkan melapor dan berkoordinasi dengan posko SAR, mengikuti arahan petugas berwenang, serta menggunakan identitas pers resmi.

“Keselamatan harus menjadi prioritas. Jurnalis perlu menggunakan alat pelindung diri (APD), menjaga jarak agar tidak menghambat evakuasi, serta menghentikan peliputan jika diminta petugas,” kata Mancarah dalam Workshop Media Safety, Emergency and Crisis Reporting yang digelar Garuda Rescue Nusantara (GRN) di Hotel Harper Palembang, Selasa (23/12/2025).

Selain aspek keselamatan, jurnalis juga diingatkan untuk menjunjung tinggi etika jurnalistik, menghormati privasi korban, memastikan akurasi informasi melalui sumber resmi, serta menghindari konten sensasional. Dalam situasi darurat, sikap empatik dan perhatian terhadap kondisi psikologis korban menjadi hal yang tidak kalah penting.

Workshop ini juga menyoroti peran strategis media dalam mitigasi bencana. Media memiliki tanggung jawab dalam memberikan edukasi kepada publik mengenai jenis bencana, tanda-tanda awal, serta cara penyelamatan diri. 

Selain itu, media berperan menyebarkan peringatan dini, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, menjadi penghubung informasi resmi dari pemerintah dan lembaga terkait seperti BMKG dan BNPB/BPBD, serta menekan penyebaran hoaks yang dapat memicu kepanikan.

“Penanggulangan bencana adalah urusan bersama. Keterlibatan semua sektor hingga tingkat komunitas sangat menentukan ketangguhan bangsa menghadapi bencana,” tegas Mancarah.

Baca juga: Sosok Irine Wardhanie, Jurnalis yang Menangis Laporkan Kondisi Aceh Tamiang Pasca Bencana Banjir

Baca juga: FJPI: Pengembalian Kartu Liputan Jurnalis CNN tidak Menghapus Fakta Intimidasi Kemerdekaan Pers

Sementara itu, Abriansyah Liberto menegaskan bahwa keselamatan jurnalis merupakan prinsip utama dalam liputan bencana.

Ia menekankan pentingnya mitigasi sebelum turun ke lapangan, penggunaan APD sebagai kebutuhan wajib, serta kepatuhan terhadap arahan petugas SAR, BNPB, TNI, dan Polri yang lebih memahami kondisi medan.

Sementara itu Ketua Pelaksana Kegiatan Muhajir Rodli menjelaskan bahwa Garuda Rescue Nusantara lahir dari pengalaman panjang PT Putra Perkasa Abadi dalam bidang tanggap darurat dan keselamatan kerja, khususnya di sektor berisiko tinggi seperti pertambangan.

“Budaya keselamatan tidak boleh berhenti di dalam pagar industri. Nilai ini harus dibagikan dan dikontribusikan kepada masyarakat luas, termasuk profesi jurnalis,” katanya.

Melalui workshop ini, diharapkan jurnalis semakin siap menghadapi risiko liputan bencana sekaligus berperan aktif dalam membangun budaya sadar keselamatan di tengah masyarakat.

 

 

 

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.