TRIBUN-TIMUR.COM- Bursa calon Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel) mengerucut pada dua nama.
Yakni ketua DPD Partai Golkar Makassar Munafri Arifuddin dan mantan Bendahara DPD Partai Golkar Sulsel, Andi Ina Kartika Sari.
Pasalnya, lima kader lainnya yang disebut-sebut akan maju sebagai calon ketua tidak hadir dalam konsolidasi ini.
Mereka adalah mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, dan mantan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan.
Sementara Ketua Golkar Sulsel periode sebelumnya, Taufan Pawe, menyatakan batal maju lagi.
Dalam kondolidasi ini, mayoritas kader Golkar Sulsel telah sepakat mendorong Munafri dan Andi Ina untuk bertarung di Musyawarah Daerah (Musda) menggantikan Taufan Pawe sebagai Ketua Golkar Sulsel.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Golkar Sulsel, Muhidin M Said, menegaskan harapannya agar pemilihan ketua dilakukan melalui musyawarah mufakat, bukan dengan dinamika yang berpotensi memecah soliditas partai.
Harapan itu disampaikan Muhidin saat memimpin konsolidasi kader jelang Musda Golkar di Sekretariat DPD I Golkar Sulsel, Jalan Ammana Gappa, Kota Makassar, Selasa (23/12/2025).
Baca juga: Appi - Andi Ina Dijagokan Pimpin Golkar Sulsel
Agenda tersebut menjadi momen pertama Muhidin kembali ke Sulawesi Selatan sebagai Plt Ketua Golkar Sulsel, setelah 32 tahun berkiprah di tingkat nasional sebagai anggota DPR RI dan MPR RI.
Dalam konsolidasi itu, pria kelahiran Kabupaten Soppeng, 7 Oktober 1950 itu didampingi sejumlah senior Golkar, di antaranya Mohammad Roem dan Armin Mustamin Toputiri.
“Kita berharap penentuan Ketua Golkar Sulsel dilakukan melalui musyawarah mufakat,” ujar Muhidin.
Ia juga memastikan Taufan Pawe tidak lagi maju dalam Musda Golkar Sulsel setelah berkomunikasi langsung dengan mantan Wali Kota Parepare tersebut.
“Saya sudah menelepon Pak Taufan Pawe. Beliau sudah legowo dan memilih fokus menjalankan tugasnya sebagai anggota DPR RI,” kata Muhidin.
Terkait Ilham Arief Sirajuddin dan Adnan Purichta Ichsan, menurut Muhidin, keduanya merupakan figur eksternal partai.
Pernyataan ini sontak menjadi perhatian kader, karena itu berarti keduanya memerlukan diskresi khusus apabila ingin maju sebagai calon ketua.
Terkait jadwal Musda, Muhidin menyampaikan agenda tersebut direncanakan paling lambat digelar pada pekan ketiga Januari 2026.
Penentuan waktu ini, kata dia, sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Kristiani yang merayakan Natal dan Tahun Baru.
“Musda harus menjadi ajang konsolidasi, bukan perpecahan. Golkar Sulsel harus tetap solid menghadapi tantangan politik ke depan,” tegasnya.
Pakar Politik Universitas Hasanuddin Adi Suryadi Culla mengatakan, tipologi figur bisa diidentifikasi pada level usia.
Appi sapaan akrab Munafri Arifuddin dan Andi Ina lebih mudah dibandingkan IAS dan Taufan Pawe.
Kedua figur yang menguat, bisa saja saling berhadapan atau justru saling berkoalisi.
Sebab, sekarang pasti masih proses penjajakan semua calon.
“Figur seperti Appi dan Andi Ina punya keunggulan masing-masing yang bisa bersaing kalau saling berhadapan. Kemungkinan lain bisa berkoalisi, karena sekarang masih cair,” tuturnya.
Suryadi Culla menyebut, Appi membuat Golkar survive menjadi yang kompetitif, terutama mengembalikan posisi Golkar sebagai partai dominan kembali.
Apalagi, Appi memimpin Kota Makassar yang merupakan epicentrum Sulsel.
Parameter Makassar ini, makanya tantangan dihadapi suami Melinda Aksa itu lebih berat dibandingkan figur dari luar Kota Makassar.
“Keberhasilan sebagai wali kota menjadi patut diperhitungkan karena tidak mudah menjadi Wali Kota Makassar,” tutur dosen Pascasarjana Ilmu Politik dan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas ini.
Reputasi Andi Ina tak kalah bagusnya. Politisi berusia 50 tahun ini pernah menjadi Ketua DPRD Sulsel periode 2019-2024.
Suryadi Culla mengatakan, Andi Ina punya pengalaman politik dan birokrasi yang sudah matang.
Makanya, Ia menyebut, Appi dan Andi Ina perlu diberi peluang menuju kursi 01 Golkar.
“Sudah saatnya figur muda mendapat ruang,” sebutnya.
Namun, kata dia, faktor DPP Golkar sebagai variabel penting yang mungkin akan berpengaruh dalam suksesor di Golkar Sulsel nanti.
Lantaran suara yang paling menentukan nantinya ada pada palu dukungan DPP.
“Mengingat rule of the game yang pakem jadi rezim pemilihan di daerah kembali pada otoritas dukungan DPP terhadap calon yang terpilih,” ucapnya. (*)