Menteri Agama Nilai Konflik PBNU Bukan Krisis: “Pagi Berkelahi, Malam Pengantin Baru Lagi”
December 24, 2025 12:38 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai dinamika internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bukanlah krisis, melainkan bagian dari proses peningkatan kualitas organisasi.

Dalam Dialog Media bertajuk Refleksi Kinerja 2025 Kementerian Agama di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (23/12/2025), Nasaruddin menyebut perbedaan pandangan di tubuh PBNU menunjukkan adanya kompetisi sehat untuk memperbaiki organisasi.

“Kalau saya melihat itu suatu bukti bahwa NU sedang panen pemekaran kualitas, maka satu sama lain berebutan untuk mencoba memperbaiki PBNU. Jadi kita harus melihat sisi-sisi yang lain,” kata Nasaruddin.

Ia menilai internal PBNU tengah berlomba memberikan kontribusi terbaik. Menurutnya, NU memiliki mekanisme sendiri untuk menyelesaikan persoalan internal tanpa campur tangan pihak luar.

“NU itu punya caranya sendiri menyelesaikan setiap persoalan, seperti rumah tangga. Jangan ada yang mencampuri urusan rumah tangganya orang,” ujarnya.

Nasaruddin kemudian mengibaratkan dinamika tersebut dengan kehidupan rumah tangga. “Pagi-pagi berkelahi dengan suaminya, istrinya, tapi nanti malam pengantin baru lagi,” tambahnya.

Menteri Agama juga mengingatkan bahaya jika negara terlalu masuk secara kaku (rigid) ke dalam urusan keagamaan.

Menurutnya, hal itu dapat menghilangkan independensi agama dan melemahkan fungsi kritisnya terhadap kekuasaan.

“Kalau negara terlalu masuk secara rigid kepada urusan keagamaan orang, itu artinya tidak terjadi independensi dalam dunia keagamaan dan itu sangat berbahaya untuk pemerintah juga,” tuturnya.

Ia menekankan bahwa agama harus tetap memiliki hak kritis sebagai penyeimbang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, negara tetap memiliki kewenangan jika konflik keagamaan sudah mengarah pada pelanggaran hukum pidana.

“Jadi antara pimpinan agama dan pimpinan negara ini memang harus punya jarak sosial yang seimbang. Jangan tokoh agama terlalu masuk ke wilayah birokrasi pemerintahan, tapi juga sebaliknya jangan negara terlalu masuk mengurus urusan kepercayaan umatnya,” pungkasnya.

Akar Konflik di PBNU

Konflik internal PBNU pada 2025 berakar pada isu kepemimpinan dan konsesi tambang yang diberikan pemerintah.

Polemik mencuat sejak Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyatakan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum, berdasarkan Rapat Harian Syuriyah PBNU pada 20 November 2025.

PBNU kemudian menggelar rapat pleno pada 9 Desember 2025 di Jakarta dan menetapkan KH Zulfa Mustofa sebagai Penjabat Ketua Umum. Namun, kubu Gus Yahya menilai keputusan itu tidak sah karena pergantian Ketua Umum hanya bisa dilakukan melalui muktamar.

Hingga kini, kedua pihak belum mencapai solusi.

Rais Aam menegaskan kepemimpinan berada di tangan Syuriyah dan muktamar segera digelar, sementara Gus Yahya menegaskan dirinya tetap sah sebagai Ketua Umum dan menyerukan rekonsiliasi.

Pengamat politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menilai konflik berpotensi meruncing antar faksi dan merembet ke akar rumput NU, sehingga dapat mengganggu stabilitas politik nasional.

Ia menekankan pentingnya penyelesaian melalui mekanisme internal agar friksi tidak meluas.

NU Minta Pemerintah Tak Ikut Campur

PBNU dan Dinamika Organisasinya - Sejumlah tokoh dan warga Nahdlatul Ulama menggelar musyawarah bertajuk  Musyawarah Besar Warga Nahdlatul Ulama (NU) 2025 di rumah Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di kawasan Jakagakarsa, Jakarta Selatan pada Minggu (21/12/2025).
PBNU dan Dinamika Organisasinya - Sejumlah tokoh dan warga Nahdlatul Ulama menggelar musyawarah bertajuk  Musyawarah Besar Warga Nahdlatul Ulama (NU) 2025 di rumah Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di kawasan Jakagakarsa, Jakarta Selatan pada Minggu (21/12/2025). (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Sejumlah tokoh dan warga NU menyerukan agar pemerintah tidak mencampuri polemik internal organisasi PBNU.

Seruan itu muncul dalam Musyawarah Besar Warga NU 2025 di rumah Gus Dur, Ciganjur, Jakarta Selatan, Minggu (21/12/2025), yang menghasilkan sembilan rekomendasi moral, termasuk penegasan bahwa NU memiliki mekanisme historis untuk menyelesaikan masalah secara mandiri.

Mantan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin menegaskan NU cukup kuat menyelesaikan konflik internal tanpa campur tangan negara.

“Karena itu kami memohon kepada pihak-pihak di luar NU, termasuk pemerintah dan negara, untuk menahan diri agar tidak melakukan intervensi atas kekisruhan yang sedang terjadi,” ujarnya.

Forum yang diikuti sejumlah tokoh dan 213 warga NU juga merekomendasikan percepatan Muktamar ke-35 atau Muktamar Luar Biasa, pengembalian konsesi tambang ke negara, serta menjaga ukhuwah nahdliyyah di akar rumput.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.