TRIBUNSUMSEL.COM -- Motif Bripka Agus Sulaeman (AS) nekat melakukan pembunuhan terhadap adik iparnya Faradila Amalia Najwa alias FAN mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diduga karena sakit hati.
Hal tersebut disampaikan Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur melansir Surya.co.id, Rabu (24/12/2025).
"Keterangan ya sementara bilang sakit hati ada juga terkait ingin memiliki barang gitu. Makanya kita ini masih mencari keterangannya supaya pas gitu motifnya," ujarnya.
Sementara itu, paman korban, Agus Airlangga, mengatakan Bripka AS diduga kuat berusaha menguasai harta dari keluarga besar kekerabatannya.
Agus mengungkapkan beberapa anggota keluarga besar korban diperlakukan secara tidak baik oleh pelaku selama ini.
Memang Bripka AS menikahi Husna (36) kakak kedua dari korban.
Usia pernikahannya baru empat tahun, dan sudah dikaruniai satu anak.
"Tapi yang pasti dari rentetan kejadian tersebut ada beberapa yang kami keluarga sudah paham, dengan cara-cara oknum ini masuk kepada keluarga kami, sehingga sedikit ingin menguasai harta yang ada di keluarga kami, Pak Haji Ramli. Dugaanya seperti itu," katanya di halaman depan Gedung Ditreskrimum Mapolda Jatim.
Agus menduga kuat bahwa pelaku tersebut sudah mempersiapkan pembunuhan itu secara matang.
Oleh karena itu, ia tak menampik bahwa pihak keluarga menghendaki agar para pelaku dapat dikenakan Pasal 340 KUHP Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dengan ancaman pidana hukuman mati.
Nasib pilu Faradila Amalia Najwa atau FAN (21) mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Tiris Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur jadi korban pembunuhan oleh kakak iparnya sendiri.
Bripka AS, oknum anggota Polsek Krucil sekaligus kakak ipar Faradila Amalia Najwa itu telah diamankan tim Jatanras Polda Jawa Timur.
Penangkapan itu dikuatkan dengan adanya rekaman CCTV di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) penemuan tubuh korban.
Jasad Faradila Amalia Najwa ditemukan dalam kondisi telentang di dasar sungai yang kering dengan posisi lutut kaki tertekuk dan pakaian masih lengkap di pinggiran sungai Jalan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Selasa (16/12/2025).
Dari hasil autoposi jasad Faradila menunjukkan sejumlah lebam dan memar ditubuh mengindikasikan tindakan kekerasan yang dilakukan Bripka AS.
Hal tersebut disampaikan Samsul (40) selaku sopir pribadi keluarga korban usai menerima hasil tersebut dari rumah sakit Bhayangkara, Watukosek, Sidoarjo.
"Saya biasanya yang jemput dia (Korban) kalau mau pulang ke Probolinggo dan yang ngantarkan juga kalau mau balik. Jadi sama abah (Ayah korban) yang disuruh ke rumah sakit itu saya," ungkap Samsul, Rabu (17/12/2025) melansir dari Surya.co.id.
Samsul menyebut dibagian leher ada bekas cekikan, bagian dahi ada bekas pukulan, di bagian nadi ada bekas tekanan dan di bagian paha ada bekas cubitan.
Cara sadis itu dilakukan Bripka AS kepada adik iparnya sendiri yang disebut tidak memiliki hubungan harmonis.
Dari keterangan pihak kepolisian, lanjut Samsul, ada kejanggalan saat korban ditemukan.
Hal itu diketahui saat helm korban dibuka dan ternyata rambut hingga pipinya berlumuran lumpur, sedangkan helm yang dikenakan seperti baru beli.
Pihak keluarga menduga jika pembunuhan Faradila sengaja ditutupi Bripka AS dengan dalih jadi korban begal.
"Kalau helm nya sendiri masih ada di kos nya sama sepeda motornya. Mungkin, dipakaikan biar dikira jadi korban begal, terlebih lagi HP dan tas nya juga hilang,"ujarnya.
Korban, menurut Samsul, juga memiliki sifat pendiam dan perhatian. Bahkan jika berada di rumahnya, korban jarang keluar rumah kecuali ingin membeli sesuatu di toko.
"Orangnya pendiam, tapi pemberani. Jarang sekali keluar rumah, paling cuma beli di toko dekat rumah. Kalau saya antarkan balik ke Malang, pasti selalu bertanya rokok saya ada apa tidak, dan sudah makan apa tidak," pungkasnya.
Berdasarkan rekaman CCTV di tempat kos korban, sebelum ditemukan tewas FAN dijemput oleh ojek online pada Selasa malam sekitar pukul 08.14 WIB.
Sementara itu, dari CCTV di sekitar tempat kejadian perkara, terlihat sebuah mobil Strada Triton double cabin milik terduga pelaku mondar-mandir di lokasi.
Hal ini diungkap ayah korban, Ramlan.
"Bahkan mobil double cabin itu saya sendiri yang membelikannya,” kata Ramlan.
Ramlan mengaku mendapat informasi awal dari Kapolres Pasuruan terkait penemuan jasad putrinya.
Sebelum ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim, Bripka AS ternyata sempat ke Rumah Sakit Bhayangkarra, Watukosek, Pasuruan tempat jasad Faradila di autopsi.
Bripka AS mendatangi rumah sakit itu setelah diminta orangtua korban yang juga mertuanya, H Ramlan.
Saat itu Bripka AS datang bersama dua sopir pribadi keluarga korban, yakni Samsul (40) dan Abdul (48). Namun, ketiganya pergi menggunakan kendaraan masing-masing.
Setiba di RS Bhayangkara, sambil menunggu hasil autopsi, Samsul sempat pergi ke warung sekitar untuk makan.
Tak berselang lama, datang Bripka AS bersama beberapa orang dari Polda Jatim.
"Ke saya bilangnya pergi sebentar karena masih ada urusan di Polda. Setelah makan, baru lah saya dapat kabar kalau dia (Bripka AS) ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim," kata Samsul, Rabu (17/12/2025).
Penangkapan itu dikuatkan dengan adanya rekaman CCTV di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) penemuan tubuh korban di Desa/Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
"Di rekaman CCTV yang tak jauh dari lokasi korban ditemukan itu menampilkan ada mobil tryton double kabin warna merah dop yang mondar mandir. Mobil itu memang milik yang bersangkutan karena dibelikan oleh abah (Ayah korban)," terang Samsul.
Samsul mengaku sempat bertanya kepada petugas kamar jenazah tentang gerak-gerik Bripka SA sebelum ditangkap.
Ternyata Bripka SA sempat masuk ke kamar jenazah namun tidak melihat tubuh korban.
"Cuma masuk ke kamar jenazah saja, tapi tidak sampai lihat atau buka kantong jenazah korban," pungkasnya.
(*)