SURYA.co.id – Sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai yang terparah dalam hampir 30 tahun terakhir terjadi di Arab Saudi. Peristiwa cuaca tak biasa setelah hujan salju lebat menyelimuti wilayah gurun di bagian utara negara itu.
Mengutip laporan The Print, kawasan Tabuk dan Al-Jawf yang identik dengan hamparan pasir keemasan belakangan ini berubah putih, ketika suhu udara turun drastis hingga di bawah titik beku.
Pemandangan langka unta berjalan di atas pasir bersalju pun viral di media sosial, memicu perhatian publik internasional.
Gelombang dingin tersebut tidak hanya terjadi di wilayah utara. Sejumlah daerah di Arab Saudi bagian tengah dan timur, termasuk Al-Ahsa yang dikenal dengan cuaca panas, turut mengalami hujan es dan salju ringan.
Fenomena salju langka yang menyelimuti gurun Arab Saudi terjadi akibat kombinasi kondisi atmosfer ekstrem yang jarang bertemu di kawasan tersebut.
Baca juga: 10 Hari Tersesat di Gunung Salju, Pendaki China Ini Bertahan Hidup Dengan Makan Pasta Gigi
Wilayah Arab Saudi yang identik dengan iklim panas dan kering sesekali memang dapat mengalami musim dingin, namun peristiwa salju kali ini dinilai luar biasa.
Penyebab utama fenomena ini adalah masuknya massa udara dingin yang sangat kuat dari wilayah utara, terutama dari Eropa Timur dan Asia Tengah.
Massa udara dingin tersebut terdorong ke selatan akibat pergerakan sistem tekanan rendah yang dalam dari Laut Mediterania.
Ketika udara dingin ini bertemu dengan awan pembawa hujan yang sarat uap air, terjadilah penurunan suhu drastis hingga di bawah titik beku, memungkinkan hujan berubah menjadi salju.
Selain faktor cuaca regional, perubahan iklim global turut berperan.
Para ahli meteorologi menjelaskan bahwa kawasan Timur Tengah mengalami pemanasan lebih cepat dibanding rata-rata global.
Baca juga: Angin Puting Beliung dan Hujan Es Terjang 5 Desa di Bondowoso, Dapur SPPG di Jambesari Kena Dampak
Kondisi ini menciptakan apa yang disebut sebagai paradoks pemanasan, dimana atmosfer yang lebih hangat mampu menampung lebih banyak uap air.
Saat sistem cuaca ekstrem terjadi, uap air tersebut dilepaskan dalam bentuk hujan atau salju yang lebih intens dari biasanya.
Kombinasi udara dingin ekstrem, kelembaban tinggi, serta pola tekanan udara yang tidak lazim inilah yang menyebabkan salju turun hingga ke wilayah gurun datar, bukan hanya di pegunungan.
Karena kondisi tersebut jarang terjadi secara bersamaan, peristiwa ini dinilai sebagai kejadian langka yang terakhir kali tercatat puluhan tahun lalu.
Fenomena ini sekaligus menjadi pengingat bahwa perubahan pola iklim global dapat memicu cuaca ekstrem di wilayah yang sebelumnya dianggap mustahil, termasuk turunnya salju di tengah gurun Arab Saudi.
Di tengah kekhawatiran global terhadap cuaca ekstrem, Arab Saudi justru melihat peluang strategis yang dapat dimanfaatkan untuk transformasi ekonomi dan pariwisata.
Pemerintah Saudi menilai bahwa perubahan pola iklim, termasuk meningkatnya frekuensi suhu dingin ekstrem di wilayah utara dan dataran tinggi, membuka ruang bagi pengembangan sektor wisata nontradisional.
Dalam konteks inilah proyek Trojena dikembangkan sebagai bagian dari program ambisius Visi 2030 yang digagas Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Trojena dirancang sebagai destinasi wisata musim dingin di kawasan Pegunungan Sarawat, wilayah yang secara geografis memungkinkan terbentuknya suhu dingin dan presipitasi salju.
Proyek Trojena menjadi bagian integral dari megaproyek Neom yang bernilai sekitar 1,5 triliun dolar AS, sebuah kawasan futuristik yang diproyeksikan menjadi pusat inovasi, teknologi, dan pariwisata global.
Pemerintah Saudi menegaskan bahwa pembangunan Trojena tidak semata bergantung pada fenomena cuaca sesaat, melainkan pada tren iklim jangka panjang yang menunjukkan potensi musim dingin lebih ekstrem di kawasan tertentu.
Penetapan Trojena sebagai tuan rumah Asian Winter Games 2029 mempertegas keseriusan Arab Saudi dalam mengubah citra negaranya dari wilayah gurun panas menjadi destinasi wisata empat musim.
Salju langka yang turun baru-baru ini dinilai memperkuat narasi bahwa wilayah tersebut secara alami memiliki potensi iklim yang mendukung konsep wisata musim dingin.
Dengan demikian, peristiwa cuaca ekstrem ini bukan hanya menjadi catatan meteorologis.
Tetapi juga sejalan dengan strategi besar Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonomi, mengurangi ketergantungan pada minyak, serta menempatkan diri sebagai pemain baru dalam industri pariwisata global berbasis iklim dan olahraga musim dingin.