Riuhnya Tradisi Asatan Di Bondowoso, Warga Berebut Ikan Mabuk Usai Penggelontoran Waduk Sampean Baru
December 25, 2025 01:32 AM

 


SURYA.CO.ID, BONDOWOSO - Flushing atau penggelontoran aliran air yang bertujuan membersihkan endapan lumpur selalu dinantikan di setiap daerah. Warga akan berebut ikan-ikan mabuk dengan mudah sebagai imbas flushing itu.

Kebiasaan meraup ikan itu kemudian menjadi tradisi, dan disebut Asatan di Bendungan Sampean Baru, Desa/Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso.

Tradisi tahunan ini dilakukan Rabu (24/12/2025), dan kembali diserbu warga yang berburu ikan mabuk akibat bendungan yang disurutkan untuk pengurasan lumpur.

Ribuan warga sudah datang sejak pukul 06.00 WIB. Jalanan menuju lokasi macet luar biasa namun tidak menghalangi mereka berburu ikan di bendungan atau pun sepanjang aliran sungai Sampean Baru.

Seperti Reza, pelajar SMP asal Kecamatan Wonosari yang rela berangkat sendiri berkendara sepeda pancal dengan membawa jaring. Padahal jarak Wonosari-Tapen sekitar 5,1 KM. 

Reza mengaku tak banyak dapat ikan karena kalah cepat dengan warga lain. Reza hanya mendapatkan seplastik udang sungai. "Cuma dapat udang," katanya.

Ziker, warga Kecamatan Prajekan, justru enggan menuju Bendungan Sampean Baru. Ia menangkap ikan mabuk di aliran sungai Sampean Baru di dekat Kantor Kecamatan Prajekan.

"Saya menunggu di Prajekan karena di bendungan ramai. Dan di sepanjang sungai sampai Perbatasan Situbondo itu penuh orang," jelasnya.

Flushing 8 Hari

Wahyu Adi Nugraha, Kepala Unit Pengelola Bendungam 1 BBWS Brantas yang mengelola Bendungan Sampean Baru dan Bajul Mati mengatakan, asatan merupakan sebutan untuk menggelontor sedimentasi di tampungan waduk Sampean Baru.

Fungsinya untuk memperpanjang umur waduk. Selain itu, untuk mengoptimalkan layanan waduk sebagai saluran irigasi atau pun pembangkit listrik tenaga mikrohidro. "Flushing ini sistemnya buka tutup pintu untuk menggelontorkan sedimentasi," jelasnya.

Ia meyebut flushing dilakukan selama 8 hari hingga 31 Desember 2025 pada pukul 18.00 WIB. Target volume sedimentasi yang di-flushing yakni sekitar 300.000 meter kubik.

Karena Bendungan Sampean Baru ini merupakan saluran irigas untuk puluhan ribu hektare sawah. Maka flushing dilakulan dengan memperhatikan masa tanam. "Jadi kita koordinasi dengan seluruh Hippa, dan dinas terkait," ujarnya.

Dikatakan pula, beberapa kali Dinas Peternakan menebar benih ikan di waduk itu. Seperti ikan tawes, nila, mujaer meski juga sudah ada ikan alami dari sungai yang hidup di waduk.

Wahyu menyebut pelaksanaan asatan tahun ini meriah dengan sajian festival. Ada berbagai hiburan tarian tradisional, dan bazaar UMKM yang diikuti hampir 81 pelaku UMKM.

Ini dilakukan karena antusiasme warga di setiap asatan sangat besar. Sehingga, pihaknya juga ingin sekalian memberikam edukasi melalui Festival Asatan. Edukasinya agar masyarakat melestarikan dan lebih peduli sumber daya air.

Dibangun Hindia Belanda Tahun 1930

Sebelum dibangun, sebenarnya Kali Sampean telah dimanfaatkan untuk mengairi daerah irigasi Sampean Lama dengan areal luas lahan 10.260 hektare di Kabupaten Bondowoso.

Karena itulah Pemerintah Hindia Belanda waktu itu merencanakan pembangunan Bendungan pada tahun 1930.  Namun tak kunjung terealiasi. 

Pada masa penjajahan Jepang, proyek ini sempat dilaksanakan. Namun karena kekalahan Jepang di masa perang, tanggul penutup Kali Sampean hancur akibat banjir pada Agustsu 1945.

"Bendung dibangun Hindia Belanda. Jadi Sampean Baru ini ada bendung lamanya di sebelah hulu bendungan. Bendungan Hindia Belanda tahun 1930," jelas Wahyu.

Kemudian sejak 1970 hingga 1984 dilakukan 8 kali realisasi pembangunan. Dan diresmikan di tahun 1985 dan beroperasi hingga saat ini.

Wahyu tidak bisa menjelaskan kapan pertama kali tradisi asatan dilakukan. Dia hanya menerangkan asatan dilakukan setiap tahun sejak lama. Asatan berasal dari bahasa Madura yang berarti surut. *****

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.