Ida Ngamuk karena Cuma Dapat Bantuan Beras 10 Kg, Kades Potong Tanpa Konfirmasi: Bukan Disembunyikan
December 25, 2025 08:03 PM

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial video warga marah karena dapat bantuan beras 10 kg padahal harusnya 20 kg.

Peristiwa ini terjadi di Kepenghuluan (Desa) Bagan Batu Barat, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, Rabu (24/12/2025).

Warga yang merupakan ibu-ibu bernama Ida.

Ida tak terima terima bantuan beras untuknya dipotong oleh pihak kepenghuluan.

Baca juga: Nenek Wahbah sampai Digendong untuk Ambil Bantuan Beras di Kelurahan, Camat: Ada Miskomunikasi

Ida mendatangi Kantor Penghulu untuk mempertanyakan pemotongan itu.

Dia bahkan terlibat adu mulut dengan aparat kepenghuluan.

Dalam video tersebut, warga itu menyebut penghulu menyembunyikan beras bantuan.

Penjabat (Pj) Penghulu atau Kepala Desa (Kades) Bagan Batu Barat, Markis saat dikonfirmasi membenarkan kejadian viral itu.

Markis membantah tudingan itu.

"Kalau menyembunyikan itu tidak ada. Tapi kalau dipotong memang iya. Tujuan saya supaya warga yang layak menerima juga kebagian beras bulog ini," ujar Markis saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Rabu, melansir dari Kompas.com.

Bantuan Beras Dibagi Agar Merata

Markis menyampaikan, warganya mendapat bantuan beras bulog sebanyak 24 kepala keluarga, di satu dusun, yakni Dusun Simpang Martabak.

Lantaran warga tiga dusun lainnya tidak dapat bantuan, Markis berinisiatif untuk membagi beras tersebut, agar bantuan merata.

"Yang dapat bantuan cuma satu dusun 24 KK. Masing-masing dapat 20 kilogram. Di sini kan ada empat dusun, jadi saya bagi dua 10 kilogram jadi warga yang dapat 48 orang," kata Markis.

Semua warga penerima bantuan mengambil beras dan membawanya pulang, termasuk Ida.

Namun, keesokannya Ida kembali ke kantor Penghulu malah protes dan menyebut beras disembunyikan.

"Dia sendiri yang protes. Padahal dia sudah bawa pulang beras 10 kilogram itu. Kalau 23 KK ini mereka menerima dibagi, supaya yang lain merasakan juga beras bantuannya. Terus dia viralkan dengan narasi saya menyembunyikan beras. Padahal niat saya supaya yang lain dapat," ucap dia. 

Markis mengakui ada kesalahan dalam hal ini, karena tidak mengonfirmasi kepada warga tersebut.

"Kesalahan saya karena tidak konfirmasi sama yang ada undangan. Jadi bukan disembunyikan, tapi dibagikan kepada yang layak menerima. Yang 23 orang itu mereka menerima setelah saya kasih tahu, dia (Ida) sendiri yang tidak menerima," kata Markis.

Di video lain, Ida terlihat bersitegang dengan staf Kepenghuluan Bagan Batu Barat.

Staf tersebut sempat berkata kasar kepada Ida. Namun, Markis menyebut bahwa yang memulai adalah keluarga dari Ida.

"Dia datang lagi bawa keluarganya ke kantor soal beras itu juga. Terus ada satu keluarganya bilang lon** ke staf saya, dari situlah mulai ributnya. Dan video yang diviralkan itu dipotong," kata Markis.

Markis telah menyampaikan permohonan maaf kepada Ida melalui stafnya, tetapi tidak diterima.

Markis juga meminta stafnya untuk memberikan beras yang dipotong 10 kilogram, tetapi Ida malah meminta sang penghulu yang mengantarkan.

"Saya sudah mau ganti yang dipotong itu, tetapi dia minta saya sendiri yang antarkan ke rumahnya. Di situlah saya bilang hebat kali lah warga ku yang satu ini," ujar Markis.

Kasus Lain

Seorang buruh cuci di Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum Kota Baubau, Sulawesi Tenggara bernama Wa Muna tak menyangka bantuan sosial yang diterimanya mendadak diminta kembali oleh aparat kelurahan.

Bantuan sosial berupa beras dan minyak goreng tersebu ditarik dengan alasan ketidaksesuaian data penerima.

Selama delapan tahun terakhir, Wa Muna menjadi tulang punggung keluarga setelah suaminya, Jafar, terserang stroke dan tak lagi mampu bekerja.

Dengan penghasilan harian yang pas-pasan, Wa Muna mengaku kaget sekaligus malu ketika bantuan pangan yang sudah dibawanya pulang harus dikembalikan.

Baca juga: Nasib Wa Muna Buruh Cuci usai Bansosnya Ditarik Kelurahan, Kini Dapat Bantuan Beras 250 Kg

Dalam video yang viral di media sosial, Wa Muna menuturkan, awalnya ia dipanggil ke kantor kelurahan untuk mengambil bantuan pangan.

Ia menerima beberapa kilogram beras dan empat liter minyak goreng, lalu pulang sesuai arahan petugas.

Namun keesokan harinya, ia kembali dipanggil dengan diminta membawa KTP.

“Katanya data yang diinput tidak bisa terkirim. Setelah dicek ulang, disebutkan data saya tidak sesuai dengan penerima bansos Bulog,” ujar Wa Muna dalam video tersebut, dikutip dari Tribun Gorontalo pada Minggu (14/12/2025).

Karena dianggap tidak cocok dengan data, beras dan minyak goreng yang sudah ia terima diminta kembali.

Wa Muna mempertanyakan proses penyaluran bantuan yang menurutnya tidak sejak awal memeriksa Nomor Induk Kependudukan (NIK) secara teliti.

“Kenapa waktu dibagikan tidak dicek dulu NIK-nya? Kita dipanggil, ambil beras, sudah sampai rumah malah diambil lagi,” keluhnya.

Peristiwa itu membuat Wa Muna merasa dipermalukan di hadapan tetangga.

Ia bahkan mengaku bersyukur karena beras tersebut belum sempat dimasak, sementara satu bungkus minyak goreng sudah terpakai.

“Kalau sudah dimasak, mau bagaimana? Masa kita bawa periuk juga,” katanya dengan nada kecewa.

Baca juga: Penyaluran Bantuan Beras di Jember Dimulai, Keluarga Penerima Dapat 20 Kg

Wa Muna juga mengaku saat bantuan itu diambil kembali, dirinya sedang bekerja sebagai buruh cuci di rumah sakit.

Ia merasa diperlakukan seolah-olah melakukan kesalahan besar.

“Saya marah, seperti saya ini koruptor saja. Padahal suami saya sakit stroke dan tidak bisa apa-apa,” ucapnya.

Kisah tersebut menuai simpati publik dan mendorong pihak kelurahan turun tangan.

Lurah Baadia, La Ode Baharuddin, bersama petugas kelurahan mendatangi langsung rumah Wa Muna pada Kamis (11/12/2025) untuk menyampaikan permohonan maaf.

“Kami mohon maaf atas kelalaian dalam penyaluran bantuan. Ini murni kesalahan administrasi,” kata Baharuddin.

Ia menjelaskan, di wilayah Baadia terdapat dua warga dengan nama yang sama, Wa Muna.

Kekeliruan itulah yang menyebabkan bantuan salah sasaran dan sempat ditarik kembali.

Sebagai bentuk tanggung jawab, Baharuddin mengaku berinisiatif secara pribadi mengganti bantuan yang sempat diambil.

“Saya berikan kembali beras 20 kilogram dan empat liter minyak goreng. Ini inisiatif kami karena merasa bersalah dan iba,” ujarnya.

Ia menegaskan Wa Muna sejatinya layak menerima bantuan sosial.

Pihak kelurahan, kata dia, telah memperbaiki data agar kejadian serupa tidak terulang.

“Nama suaminya sudah dimasukkan dalam data pendamping. Mudah-mudahan ke depan sudah tercatat sebagai penerima bantuan,” tutup Baharuddin.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.