TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Angin laut berembus pelan di kawasan Pantai Kartini, Kabupaten Jepara, Jumat (26/12/2025).
Hamparan pasir yang biasanya dipenuhi tawa anak-anak dan riuh wisatawan saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), kini terasa lengang.
Tak ada antrean panjang di pintu masuk, tak terdengar teriakan pedagang menawarkan dagangan yang terlihat justru deretan mobil pribadi terparkir rapi di lapangan pantai.
Namun, sebagian besar kendaraan itu bukan milik wisatawan Pantai Kartini.
Baca juga: Sambut Lonjakan Wisatawan Karimunjawa, Pemkab Jepara Akan Tambah Fasilitas Dermaga Pantai Kartini
Mobil-mobil tersebut adalah kendaraan penumpang yang hendak menyeberang ke Karimunjawa.
Pemandangan ini menjadi kontras dengan tahun-tahun sebelumnya, ketika Pantai Kartini selalu menjadi magnet utama wisatawan lokal maupun luar daerah saat libur akhir tahun.
Manager Pantai Kartini Jepara, Edy Kandono, mengakui bahwa libur Nataru tahun ini mengalami penurunan kunjungan yang cukup signifikan.
“Liburan Natal dan Tahun Baru yang baru mulai kemarin itu terjadi penurunan yang lumayan. Kalau dibandingkan tahun kemarin, turunnya sampai 47 persen,” kata Edy kepada Tribunjateng, Jumat (26/12/2025).
Ia menyebutkan, pendapatan Pantai Kartini pada periode yang sama tahun lalu mencapai sekitar Rp 22 juta, sementara tahun ini baru berada di angka Rp 12 juta.
Padahal, target pendapatan Pantai Kartini sepanjang tahun 2025 dipatok di kisaran Rp 1,7 hingga Rp 1,8 miliar.
“Kalau dilihat dari jumlah pengunjung, minggu-minggu ini pendapatan Rp 12 juta itu artinya tidak sampai seribu orang. Tahun kemarin hampir dua ribu orang,” jelasnya.
Sebelum libur Nataru, tepatnya sejak 19 hingga 24 Desember, jumlah pengunjung harian masih berada di kisaran 400 hingga 500 orang per hari.
Bahkan sebelum libur sekolah, kunjungan rata-rata hanya sekitar 200 orang per hari.
Menurut Edy, sejumlah faktor menjadi penyebab turunnya kunjungan wisata ke Pantai Kartini.
Mulai dari bencana rob di wilayah Sayung yang terjadi dua kali, pembatasan aktivitas liburan sekolah, hingga imbauan keselamatan saat musim cuaca ekstrem.
“Waktu musim bencana ada himbauan orang tidak boleh main di pinggir pantai. Terus juga beberapa kali ada perbaikan jalan ke arah Jepara. Itu sangat berpengaruh,” ungkapnya.
Meski demikian, Edy menegaskan pihak pengelola tetap optimistis bisa mencapai target yang telah ditetapkan, meskipun dengan kondisi yang tidak ideal.
“Kalau targetnya tetap di angka sekarang, insyaallah masih optimis. Cuma memang cuaca akhir tahun ini tidak stabil. Kalau di pantai ya harus selalu waspada,” katanya.
Dari sisi fasilitas, Edy tak menampik masih ada pekerjaan rumah yang harus dibenahi.
“Kalau inovasi memang masih kurang, termasuk soal kebersihan. Kami siap menerima kunjungan wisata, tapi tentu perlu perbaikan ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, penyeberangan menuju Pulau Panjang masih berjalan normal seperti hari biasa.
Namun, demi keselamatan, penyeberangan akan dihentikan sementara jika angin kencang dan ombak tinggi.
Untuk tarif, selama libur Nataru tiket masuk Pantai Kartini dipatok Rp 10 ribu untuk anak-anak dan Rp 15 ribu untuk dewasa.
Sedangkan penyeberangan ke Pulau Panjang dikenakan biaya Rp 30 ribu per orang, ditambah tiket masuk pulau sebesar Rp 10 ribu untuk anak-anak dan Rp 15 ribu untuk dewasa.
Di tengah sepinya suasana, beberapa wisatawan tetap memilih Pantai Kartini sebagai tempat menghabiskan waktu libur.
Satu di antaranya, Kukuh (29), warga Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.
“Saya ke sini karena kebetulan keluarga dari Kudus main ke Jepara, jadi saya ajak ke Pantai Kartini,” kata Kukuh.
Ia mengaku liburan kali ini lebih karena ingin mengisi waktu luang.
Sebagai warga asli Jepara, Kukuh merasa Pantai Kartini tetap memiliki daya tarik tersendiri.
“Jujur gabut. Asli orang Jepara. Keluarga pengin ke sini karena ada kura-kura,” ucapnya.
Meski begitu, Kukuh berharap pengelolaan Pantai Kartini ke depan bisa lebih baik, terutama soal kebersihan.
“Pengelolaan sampah perlu diperhatikan. Kebersihan pantai itu penting,” ujarnya.
Ia juga menilai Pantai Kartini masih punya peran strategis sebagai wajah pariwisata Jepara, terutama bagi wisatawan yang hendak menyeberang ke Karimunjawa.
“Kan tidak semua orang ke Karimunjawa. Setidaknya ini jadi wajah Jepara. Orang mau nyebrang ke Karimunjawa juga lewat sini,” ucapnya.
Di tengah cuaca yang tak menentu dan kunjungan yang menurun, Pantai Kartini tetap berdiri sebagai saksi denyut pariwisata Jepara.
Sepi bukan berarti mati masih ada harapan yang menunggu untuk kembali ramai. (Ito)