MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- Menteri Pertahanan RI Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (73), Jumat (26/12/2025) siang, tetiba mengunggah fotonya menziarahi makam Jenderal M Jusuf (1924-2004) di TPU Panaikang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Unggahan di akun microblog @sjafrie.sjamsoeddin, itu sejatinya telat (late post).
Momen personal itu tercatat tiga pekan lalu, Selasa (9/12/2025) siang.
Ini sejam setelah Sjafrie memberi general lecturer bagi 7500 sivitas akademika kampus Unhas Tamalanrea, Makassar.
Bagi mantan komandan ajudan Paspampres (1994-1997) Presiden Soeharto (1921-2008) ini, Makassar bukan tanah kelahiran belaka.
Baca juga: Cerita Penjaga Makam Jenderal M Jusuf soal Instruksi Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin
Lima hari setelahnya, Minggu (14/12/2025), ayah dua anak ini, terbang ke Makassar lagi.
Dari Lanud Sultan Hasanuddin di Mandai, Maros, Sjafrie langsung ke markas Rindam XIV Hasanuddin di Pakkatto, sekitar 57 km selatan dari pangkalan militer udara terbesar di timur Indonesia.
Di pusat pendidikan resimen TNI-AD itu, Sjafrie membekali 2.266 Kepala Desa dari 24 kabupaten/kota di Sulsel di momen Jambore Kepala Desa Tingkat Provinsi.
Empat Kali ke Makassar
Dalam catatan Tribun, sejak menjabat menhan, 20 Oktober 2024, Sjafrie sudah kali keempat ke Makassar, setahun terakhir.
Ini diluar official transito saat kunjungan resmi dari dan ke timur Indonesia.
Di momen tepat setahun menjabat Menhan RI, Minggu (19/12/2024), Sjafrie memilih melayat ke makam Lettu (Anumerta) Fauzi Ahmad Sulkarnain (2002-2025).
Fauzi adalah prajurit asal Ma'rang, Pangkep yang gugur dalam tugas negara di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, Sabtu (11/10/2025) sebelumnya.
Banyak Kenangan
Ada banyak kenangan personal di ibu kota provinsi berpenduduk 9,3 juta jiwa ini.
Ayahnya (Letkol Sjamsoeddin "DJanggo" Kurnia), ibunya (Hajjah Hamdanah), lima kakak, dan lima adik Sjafrie lahir di Ujungpandang.
Mendiang ayahnyalah, yang mengantar Trio Ramang (Suwandi, Noor Salam) dan kiper Maulwi Saelan(1926-2016), mengangkat trofi juara liga Perserikatan pertama bagi PSM Makassar, tahun 1957.
Salah satu kakaknya, jaksa M Jusuf Sjamsoeddin, adalah teman seangkatan Jusuf Kalla (84) di SMA 3 Makassar dan sesama aktivis Unhas Barayya.
Wamenhan I Setelah 1966
Kenangan gerangan apa, tetiba teman sekelas dan sahabat karib Presiden Prabowo Subianto (74) itu, mengunggah foto momen personal itu?
Apa sebatas karena Sjafrie dan M Jusuf sama-sama jenderal asal Makassar yang menduduki kursi menteri pertahanan RI?
Empat puluh tujuh tahun lalu, di awal Orde Baru, Jenderal M Jusuf juga menduduki kursi menteri pertahanan.
Jenderal M Jusuf jadi pemangku ke-15 menhan sekaligus Panglima ABRI, dari 1978 hingga 1983.
Sedangkan Jenderal Sjafrie adalah pemangku ke-27 kursi menhan. Tanpa ex officio Panglima TNI lagi.
Di kemenhan, pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952 ini, bukanlah orang baru.
Sjafrie sudah 25 tahun berkantor di Jl Merdeka Barat No 13-14, kompleks gedung kementerian pertahanan.
Dia sudah sehati dengan kementerian itu. Dua bulan setelah menjabat jubir sebagai Kepala Pusat Penerangan TNI (2002-2005), Sjafrie sudah mengurusi pertahanan militer dan sipil Indonesia.
Kala menhannya Juwono Sudarsono (84), sosok sipil pertama orde Reformasi (1999), Sjafrie menjabat sekretaris.
Di saat insinyur tambang ITB, Purnomo Yusgiantoro (74) jadi menhan (2010-2014), Sjafrie dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (74), jadi wakil menteri pertahanan.
Sjafrie tercatat wakil menteri pertama di kementerian itu, setelah lowong selama 45 tahun, sejak era Kabinet Dwikora II Soekarno, 1966.
Di era Jokowi, saat menhan dijabat "bestie-nya", Prabowo, lima tahun (2019-2024), Sjafrie menjabat
Asisten Khusus Menhan bidang manajemen pertahanan.
Momen Kenang M Jusuf
September 2003, gerilyawan Aceh Merdeka, tengah di puncak semangat, melawan gerakan represif pemerintah Jakarta.
Momennya, Panglima TNI Jenderal Endiarto Sutarto (74), baru empat bulan mengumumkan Operasi Terpadu Militer, atas restu Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kala itu, pangkat bintang dua, mayor jenderal, baru dipanggul Sjafrie Sjamsuddin di pundaknya.
Jabatannya, juru bicara militer, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI.
Helikopter angkut personel Hercules C-130, Sjafrie baru saja terbang di Lanud Halim Perdana Kusuma, menuju Lanud Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh.
Ajudannya, seorang kapten TNI, datang terburu-buru, memberi hormat, dan langsung membisik Sjafrie.
"Izin jenderal!, mantan panglima ABRI, Jenderal M Jusuf, menelpon." ujar si ajudan menyodorkan ponsel Nokia.
M Jusuf sudah hampir satu dekade pensiun dari jabatan Jusuf Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Itulah jabatan tinggi sipil terakhir sekaligus paling lama (1983-1993) dijabat Jenderal M Jusuf.
Jusuf berstatus purnawirawan saat menanggalkan tongkat jabatan Menhan/ Panglima ABRI diserahkan ke Jenderal TNI Leonardus Benjamin Moerdani (LB Moerdani, 1932-2004), Oktober 1983.
Jaringan seluler di Aceh, masih 2G. Putus nyambung, dan gresek-gresek.
Sikap Sjafrie takzim, dan terus cari provokasi sinyal di pangkalan militer itu.
Setelah sinyal stabil, dari seberang suara Sang Jenderal Para Prajurit, terdengar nyaring dan jelas.
"Halo, Generaal Sjafrie.
Frasa "Generaal" adalah bahasa Belanda untuk jenderal di militer.
Sjafrie sontak tersentak.
Hanya sosok terdekat dan terhormat yang menyapanya dengan bahasa Belanda berlogat Bone.
"Siap, Pak," jawab Sjafrie cepat.
Tanpa basa-basi, Jenderal TNI M Jusuf meminta Sjafrie datang ke rumahnya, di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Sepulang dari Aceh, setiba di Lanud Halim di timur Jakarta, Sjafrie langsung berkendara sekitar 25,7 km ke Menteng.
Sang Jenderal sudah menunggu di ruang tamu.
Lagi, tanpa ba-bi,bu, M Jusuf mengajak Sjafrie pergi.
"Kita, ke Kalibata," ucap Jusuf.
Sjafrie bengong. Dengan mimik terkejut, Sjafrie menimpali dengan kalimat tanya konfirmatif; "Ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Pak?".
M Jusuf menjawab dengan anggukan.
Mereka sekabin mobil.
Setelah berkendara 10,9 km sekitar 27 menit, dari Jl Teuku Umar Menteng ke TMP Kalibata, mereka tiba.
Di kabin mobil, M Jusuf tak menceritakan detail hajatnya.
Pembicaraan soal kabar, negara, bangsa dan potongan nasihat.
Di Kalibata, Sang Jenderal kelahiran Kajuara, Bone, memberi instruksi tak terduga; "Ke kuburan bapakmu dulu,"
Sjafrie kembali hanyut dalam kaget, kagum bercampur terenyuh.
Dia tak menyangka, eks panglima besar ABRI itu, memberinya wejangan perilaku, bukan kata-kata.
Mendiang ayah Sjafrie, Sjamsoeddin Koernia adalah perwira di Kodam Hasanuddin.
Letkol Sjamsoeddin pernah menjadi bawahan Jusuf saat ia menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin 1958-1959.
Di momen itu pula, Letkol Sjafrie diamanahkan Jenderal M Jusuf, menjadi Ketua PSM Makassar, atau kini setara dengan manager atau CEO PSM.
Usai berdoa di makam ayah Sjafrie, tur ziarah Kalibata dilanjutkan ke makam Letjen TNI Ahmad Yani (1922-1 Oktober 1965).
Menyusul ke pusara sahabatnya, Suparjo Roestam (1926-1993), dan terakhir ke makam sahabat lainnya, Umar Wirahadikusumah (1924-2003).
Kala ziarah itu, Umar baru enam bulan dimakamkan di TMP Kalibata.
Namun, Jusuf belum ingin berhenti. "Tolong ke tempatnya Panggabean," pinta Jusuf.
Panggabean adalah juga senior M Jusuf di TNI AD sekaligus sosok jenderal bintang empat yang digantikan Jusuf sebagai Panglima ABRI (1973-1978).
Nama lengkapnya Jenderal (TNi) Maraden Saur Halomoan Panggabean (1922-2000).
Awalnya Sjafrie ragu. Makam Jenderal Maraden Panggabean di blok pemakaman Kristen, sekitar 450 meter ke tenggara.
Sjafrie khawatir M Jusuf kelelahan.
Usia sang Jenderal saat itu, baru berulang tahun ke-79.
Namun, keraguan Mayjen Sjafrie dibalas Jenderal M Jusuf dengan lemparan senyum sambil jalan.
"Ya, kita ke sana,". Selama dua jam, Jenderal Jusuf berkeliling.
Kisah ziarah 2 jam di TMP
Kalibata itu, dimuat dalam biografi M Jusuf, Jenderal Para Prajurit (2005, Atmadji Sumarkidjo).
Ziarah ini digambarkan Atmadji sebagai firasat perpisahan Sang Jenderal.
Sebab setelah itu, sang Jenderal balik ke menetap di Makassar.
"Seolah, ia tahu bahwa hidupnya tak akan lama lagi." tulis Atmadji, saat peluncuran buku itu di Hotel Sahid Jakarta, Maret 2006, wartawan Tribun Timur mendapat undangan khusus atas inisiasi Wapres M Jusuf Kalla.
Dugaan itu menjadi kenyataan. Tepat Rabu, 8 September 2004, Jenderal M. Jusuf meninggal dengan tenang di kediamannya, Jl Sungai Tangka, Ujung Pandang, Makassar. (thamzil thahir)