Penemuan Langka Bayi Hiu Paus di Teluk Saleh Sumbawa, Harapan Baru Konservasi Laut NTB
December 27, 2025 11:22 AM

 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Penemuan bayi hiu paus di Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu, menjadi angin segar bagi pengembangan biota laut di kawasan tersebut. 

Penemuan ini merupakan yang pertama di Indonesia, bahkan para peneliti mengkonfirmasi temuan neonatal atau bayi baru lahir hiu paus yang berukuran 135-145 cm itu. 

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutan) NTB, Muslim mengatakan dengan adanya temuan ini menjadi indikator bahwa sumber daya kelautan di sana masih bagus yang membuat beberapa biota laut berkembang dengan baik. 

"Teluk Saleh memang sudah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia dan di situ memang banyak komoditi udang, ikan-ikan karang sehingga tidak heran Teluk Saleh mendapatkan pendampingan khusus," kata Muslim, Sabtu (27/12/2025).

Muslim berharap dengan adanya temuan ini, masyarakat juga memberikan kontribusi dalam menjaga lingkungan khususnya ekosistem kelautan. 

"Hasil penelitian ada bayi hiu paus, ini sangat langka di dunia, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pemerhati, akademisi, aktivis yang menggeluti biota laut yang dilindungi," kata Muslim. 

Potensi inilah yang mendorong Pemerintah Prancis memberikan pendanaan untuk mengembangkan kawasan Teluk Saleh itu, saat ini sudah dipasangkan alat pendeteksi untuk memantau pergerakan hiu paus disana. 

Teluk Saleh merupakan salah satu tempat migrasi hiu paus bahkan durasinya bisa cukup lama, ini didukung dengan pasokan makanan yang ada di dalamnya masih cukup banyak. 

"Jadi sekarang ada 130 ekor di Teluk Saleh, kita harus menjadikan ini sebagai destinasi jangka panjang, kita juga harus memastikan hiu paus akan ada di situ selama ratusan tahun," kata Muslim. 

Salah satu cara agar keberlangsungan hiu paus tetap terjaga kata Muslim, dengan mematuhi Peraturan Gubernur Nomor 100 Tahun 2023 tentang Tata Kelola Hiu Paus Berbasis Lingkungan. 

Sebab jika ini tidak dijaga, bisa saja potensi ini akan hilang dan berpindah ke tempat lain. Sebab lokasi migrasi hewan bernama latin Rhincodon typus ini sangat langka. 

Saat ini saja sudah memberikan dampak yang nyata bagi perputaran ekonomi di kawasan Teluk Saleh itu, meskipun diakui Muslim ini belum maksimal pengelolaannya. 

Ia mengatakan, setiap pengunjung yang masuk ke kawasan tersebut di patok harga Rp25 ribu. Andai kedepan ini bisa dibuat dalam bentuk paket wisata maka dampaknya akan jauh lebih besar lagi. 

Awal Mula Penemuan Bayi Hiu Paus di Teluk Saleh

Pada Agustus hingga September 2024, nelayan lokal melaporkan melihat sedikitnya lima kali kemunculan hiu paus kecil berukuran 1,2–1,5 meter di sekitar bagan. 

Salah satu individu bahkan sempat terjaring tanpa sengaja sebelum dilepaskan kembali ke laut. 

Dalam kejadian tersebut, bayi hiu paus sempat berada di dalam boks styrofoam berisi air laut, yang memungkinkan nelayan melakukan estimasi ukuran tubuh secara presisi menggunakan analisis visual berbasis objek pembanding. 

Dengan dimensi boks 120x42x32 sentimeter, panjang total hiu paus itu diperkirakan sekitar 135–145 sentimeter.

Baca juga: Jalan Baru Para Pemburu Hiu: Kisah Nelayan Tanjung Luar Jadi Pramuwisata

Berdasarkan kurva pertumbuhan dari studi Chang et al. (1997) yang mendokumentasikan pertumbuhan neonatal hiu paus dari 60 sentimeter menjadi hampir 140 centimeter dalam waktu sekitar 120 hari, ukuran bayi baru lahir hiu paus Teluk Saleh ini mengindikasikan usia sekitar empat bulan. 

Artinya, bayi hiu paus tersebut masih berada pada fase kehidupan yang sangat dini dan sangat jarang berhasil teramati di alam bebas.

“Secara ilmiah, ini adalah sinyal yang sangat kuat dan mengindikasikan bahwa Teluk Saleh kemungkinan besar memiliki fungsi ekologis sebagai area melahirkan dan pengasuhan anakan hiu paus,” ujar Mochamad Iqbal Herwata Putra, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia. 

“Jika nantinya terbukti sebagai lokasi melahirkan, maka Teluk Saleh akan menjadi lokasi pertama di dunia yang pernah teridentifikasi secara pasti,” imbuhnya.

Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa secara ilmiah Teluk Saleh saat ini masih berada pada status strong potential pupping ground dan belum dapat disebut sebagai lokasi kelahiran yang terkonfirmasi sepenuhnya. Butuh beberapa bukti yang masih dibutuhkan untuk memastikannya. 

“Mulai dari memastikan kemunculan bayi secara reguler dalam jangka panjang, bukti keberadaan induk betina yang sedang hamil atau menjelang melahirkan, bukti bahwa bayi benar-benar bertahan di dalam teluk, serta konfirmasi biologis bahwa bayi hiu paus tersebut benar-benar lahir di perairan Teluk Saleh, bukan bermigrasi dari laut dalam,” beber Iqbal.

Konservasi Indonesia bersama para mitra tengah bekerja sama dengan otoritas pemerintah untuk membentuk kawasan konservasi perairan (Marine Protected Area/MPA) berbasis hiu paus pertama di Indonesia, di Teluk Saleh. 

Iqbal menyebut, dengan temuan ini, status kawasan penting Teluk Saleh berpotensi ditingkatkan menjadi lebih tinggi, dan menjadikannya sebagai dasar ilmiah yang lebih kuat untuk perlindungan resmi.

“Perairan Teluk Saleh ini relatif tenang dan terlindung dari gelombang besar laut lepas, sekaligus memiliki produktivitas plankton yang tinggi. Suplai nutrisi dari mangrove, padang lamun, dan terumbu karang, ditambah keberadaan bagan yang secara konsisten menarik ikan kecil dan udang rebon, menjadikan Teluk Saleh sebagai ‘meja makan’ alami yang stabil bagi bayi hiu paus yang sedang berada pada fase pertumbuhan kritis,” jelas Iqbal.

Meski begitu, dibalik potensi ilmiah yang luar biasa, bayi hiu paus di Teluk Saleh juga menghadapi risiko yang nyata seperti jerat jaring nelayan, penurunan kualitas air akibat aktivitas pesisir, serta meningkatnya lalu lintas kapal yang dapat menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bayi hiu paus yang masih sangat rentan. 

Iqbal menilai, tingkat kelangsungan hidup pada fase awal ini akan sangat menentukan masa depan populasi hiu paus secara global.

Dari temuan ini, Konservasi Indonesia berencana dapat melakukan pemantauan lanjutan untuk mengonfirmasi bayi dan anakan hiu paus ini reguler bukan kebetulan, memperluas sistem pelaporan berbasis masyarakat, serta memajukan rencana pembentukan MPA berbasis hiu paus yang melindungi spesies ini, sekaligus memperkuat konservasi berbasis komunitas. Terlebih, kemunculan bayi hiu paus ini pertama kali dilihat oleh para nelayan.

(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.