TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Di balik deretan pergudangan dan perusahaan besar di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, terdapat sebuah permukiman nelayan yang seolah terlupakan oleh dunia luar.
Kampung Nelayan Pasiran, begini warga menyebutnya.
Kondisinya kini kian memprihatinkan lantaran akses jalan utama menuju permukiman mereka telah ditutup total.
Pantauan di lokasi, para nelayan dan warga yang tinggal di sana kini terisolasi.
Akses jalan yang dulunya terbuka, kini telah dipagar beton dan ditutup oleh pihak perusahaan maupun proyek reklamasi.
Akibatnya, warga termasuk anak-anak terpaksa harus memanjat tembok yang cukup tinggi dan sulit dilalui hanya untuk bisa keluar masuk kawasan tersebut.
"Kalau akses jalan emang benar nggak ada. Emang di sini sudah nggak dikasih akses, karena sebagian punya PT, sebagian reklamasi," ujar salah satu nelayan setempat, Mohynadil, Sabtu (27/12/2025).
Diperkirakan ada sekitar 30 bangunan semi permanen atau gubuk yang dihuni oleh sekitar 50 jiwa, termasuk anak-anak.
Ketiadaan akses ini menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok atau sekadar membawa hasil tangkapan ke darat.
Tak hanya masalah akses, pemandangan memilukan terlihat di bibir pantai sepanjang kurang lebih 300 meter.
Hamparan sampah plastik, kayu, hingga limbah kain menutupi permukaan air dan pasir pantai.
Kondisi ini diperparah oleh musim angin barat yang membawa kiriman sampah dari muara kali ke pesisir Pasiran.
"Wah, ganggu banget. Dulu ada yang bersihin, semenjak jalan ditutup sekarang sudah nggak ada lagi yang ke sini," kata Nur Kosim, seorang warga yang kerap menjala ikan di lokasi tersebut.
Senada dengan Nur, Suyanto yang merupakan nelayan rebon mengaku tangkapannya menurun drastis.
"Sampah ini bikin ikan mabuk karena limbah. Jadi ikannya kurang," keluhnya.
Keterbatasan fasilitas di Kampung Nelayan Pasiran sangat mencolok.
Karena tidak terjangkau jaringan listrik PLN, warga berinisiatif menggunakan panel surya (solar panel) sederhana.
Namun, daya listrik yang dihasilkan sangat terbatas.
"Paling cuma buat lampu saja, kecil tenaga suryanya," kata Mohynadil.
Sementara untuk kebutuhan air bersih, warga juga harus merogoh kocek lebih dalam karena harus membeli air dari luar kawasan untuk memasak dan mandi.
Meski dianggap sebagai pemukiman liar karena berada di area perusahaan, warga berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap memberikan perhatian, terutama terkait akses jalan dan kebersihan lingkungan.
Warga menilai, jika ditata dengan serius, pantai di kawasan Pasiran ini sebenarnya memiliki potensi menjadi tempat wisata lokal yang menarik.
"Harapannya pemerintah tahulah. Satu, minta untuk akses jalan. Jadi nelayan-nelayan di sini bisa terdaftar dan beraktivitas normal lagi," kata Mohynadil.