WNI Pertama Perkenalkan Surabi di Jepang, Satukan Dua Budaya
December 28, 2025 03:38 PM

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Adi Nurwan (36), Warga Negara Indonesia asal Baturaja, Sumatera Selatan, akhirnya menemukan apa yang selama ini ia cari: makanan tradisional Indonesia yang mampu mengakrabkan masyarakat Jepang dan Indonesia.

Hal itu diwujudkannya dengan membuka toko Surabi di kawasan Kichijoji, Tokyo, yang resmi beroperasi sejak 15 Februari 2025. Toko Surabi oleh WNI pertama kali di Jepang.

“Saat musim dingin lalu, ada pelajar perempuan Indonesia yang baru tiba di Jepang. Ia terlihat sangat rindu suasana kampung halaman. Ketika mencicipi surabi di toko ini, ia berkata rasanya seperti pulang ke Indonesia,” ujar Adi kepada Tribunnews.com, Jumat (26/12/2025).

Pengalaman tersebut semakin menguatkan keyakinannya bahwa surabi bukan sekadar makanan, melainkan juga ruang nostalgia dan kehangatan bagi orang Indonesia di perantauan, sekaligus pintu masuk bagi masyarakat Jepang untuk mengenal budaya Indonesia.

“Untuk orang Jepang, kami berharap surabi bisa menjadi pengalaman pertama yang menyenangkan tentang Indonesia,” tambahnya.

Baca juga: Sopir Truk Langka, Jepang Mulai Rekrut WNI Secara Masif

Lokasi Strategis di Jantung Kichijoji

Toko surabi ini berlokasi di kawasan strategis Kichijoji, Tokyo. Ukurannya sekitar 3 x 3 meter, dengan biaya sewa 300.000 yen per bulan. Lokasinya hanya dua menit berjalan kaki dari Stasiun Kichijoji dan berada dekat persimpangan jalan utama yang ramai.

“Lokasi ini sangat strategis. Saat itu ada beberapa kandidat lain, tapi konsep surabi sebagai jajanan tradisional Indonesia justru mendapat respons positif,” ujarnya.

Sejak awal dibuka, toko ini mendapat dukungan besar dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Jepang.

Banyak yang datang, memperkenalkan ke teman Jepang mereka, hingga membagikan pengalaman mereka di media sosial.

 

“Berkat dukungan WNI di Jepang yang datang dan merasa bangga, toko kecil ini bisa bertahan dan berjalan hampir satu tahun,” kata Adi.

Menurutnya, kehadiran komunitas Indonesia di Jepang menjadi salah satu fondasi penting dalam perjalanan Surabi Tokyo.

Sambutan Positif Masyarakat Jepang dan Liputan Media

Tak hanya WNI, masyarakat Jepang juga menunjukkan dukungan yang sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan liputan dari berbagai media Jepang, mulai dari 4 stasiun televisi, 2 radio, hingga 3 majalah nasional Jepang.

Baca juga: Mahasiswa Fukuyama City University Raih Penghargaan Harta Karun Desa Jepang, Bantu di SMA Indonesia

“Respons orang Jepang sangat positif. Banyak yang penasaran, mencoba, lalu kembali lagi. Media Jepang juga melihat surabi sebagai sesuatu yang unik dan bernilai budaya,” jelasnya.

Menu yang ditawarkan pun dibuat sederhana dan fokus: surabi saja, dengan berbagai varian seperti keju, custard, matcha, choco banana, mix berry, serta minuman hangat khas Indonesia seperti bajigur , jus alpukat , kopi dan teh Jawa.

Harga surabi dibanderol sekitar 350 yen, menjadikannya camilan yang mudah dijangkau berbagai kalangan.

“Saat musim sakura, toko sangat ramai karena dekat taman Kichijoji. Musim panas banyak WNI datang, musim dingin pengunjung campuran Jepang dan Indonesia. Sekarang juga banyak turis Indonesia yang mampir,” ujarnya.

Toko ini disebut sebagai yang pertama dan satu-satunya di Jepang yang secara khusus menjual surabi tradisional Indonesia.

Fokus dan Rencana ke Depan

Mengapa tidak menambah menu lain? “Saya ingin tetap fokus pada surabi. Dari awal konsepnya memang spesialis, supaya nilai budayanya tetap kuat,” tegas Adi.

Untuk rencana ke depan, ia membuka kemungkinan ekspansi secara bertahap.

“Jika ada lokasi yang benar-benar cocok di pusat kota, kami ingin membuka satu toko lagi dengan konsep serupa. Tapi semuanya bertahap.” pungkasnya.

Diskusi  restoran   Indonesia   di Jepang dilakukan Pencinta Jepang gratis bergabung. Kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email: tkyjepang@gmail.com

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.