PM Malaysia-Singapura Bertemu, Kenapa Bareng Pakai Batik?
GH News December 28, 2025 05:08 PM
Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim dan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong bertemu pada Pertemuan Pemimpin Singapura-Malaysia ke-12 pada Kamis (4/12/2025) lalu. Dalam pertemuan tersebut, PM Malaysia dan PM Singapura, beserta para delegasi kedua negara, sama-sama mengenakan batik.

Dilansir dari The Straits Times, ini merupakan kali kedua pemimpin kedua negara tetangga bertemu dengan mengenakan batik. Sebelumnya, pada 2023, PM Singapura saat itu, Lee Hsiong Loong dan PM Malaysia Anwar Ibrahim juga bersama-sama mengenakan batik pada konferensi pers pertemuan mereka.

Selain itu, selama 10 tahun terakhir, para diplomat dan pemimpin negara tersebut biasanya mengenakan setelan jas gelap khas Barat pada pertemuan sejenis. Pertemuan akhir tahun ini menjadi kontras, dengan perwakilan kedua negara mengenakan pakaian wastra daerah, termasuk macam-macam pakaian dari batik.

Kenapa Pertemuan Pemimpin Malaysia-Singapura Pakai Batik?

Pada konferensi pers pertemuan PM Malaysia dan PM Singapura kali ini, Lawrence Wong menyatakan hubungan positif kedua negara dengan semangat membangun dan saling menghormati. Sementara Anwar Ibrahim menyatakan keduanya tidak berkonflik atas isu air kedua negara.

Dikutip dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Open Course Ware (OCW), Singapura mengimpor air dari Malaysia sejak merdeka pada 1965. Sejumlah perjanjian memungkinkan Singapura mendapat pasokan airnya dari sumber-sumber air Malaysia, yang sebelumnya memicu sejumlah pertentangan tentang ketentuan hingga harga.

Dosen Departemen Studi Melayu, National University of Singapore (NUS) Dr Azhar Ibrahim menjelaskan, mengenakan batik pada pertemuan tertinggi kedua pemimpin negara bukan sekadar soal mode dan tren, tetapi juga simbol solidaritas regional dan hubungan budaya antara kedua negara.

Dengan bersama-sama mengenakan batik, menurutnya, muncul kesan keakraban dan saling paham, serta harmoni melalui estetika budaya Nusantara dalam konteks yang lebih luas. Ia mengatakan, Nusantara sendiri dalam istilah Jawa kuno dipakai untuk merujuk pada wilayah kepulauan Indonesia dan kepulauan Melayu yang lebih luas.

"Menggunakan 'semesta budaya batik' sebagai bagian dari diplomasi kita seperti bahasa bersama, baik dalam bentuk tulisan maupun gaya," kata Azhar.

"Ini adalah isyarat persaudaraan budaya dan titik di mana kita dapat berkumpul, terlepas dari perbedaan," imbuhnya.

Azhar mengatakan, para petinggi Singapura kini juga mulai mengenakan batik pada acara-acara resmi, pertemuan regional, serta inisiatif resmi dan publik.

"Dunia budaya batik pada dasarnya adalah fenomena baru, di era negara-bangsa membangun dan mengaitkan identitas mereka."

Batik sebagai Simbol Menjaga Hubungan

Pengusaha batik Baju by Oniatta dan pendiri Galeri Tokokita, Oniatta Effendi, mengatakan hubungan Singapura dengan batik sendiri bersifat relasional. Kendati tidak punya garis keturunan pengrajin atau komunitas pengrajin batik beserta workshop-nya, tetapi asal-usul dari Nusantara warganya mendukung hubungan Singapura dengan batik.

"Banyak di antara kita membawa akar diaspora dari kepulauan ini, dan batik tertanam dalam ingatan hidup kita," ucapnya.

Saat pemimpin Singapura mengenakan kain tersebut, menurutnya, mereka menyimbolkan pemahaman tentang warisan budaya pembentuk kawasan Nusantara dan memilih untuk menjaga hubungan dengan kawasan tersebut dengan penuh hormat.

"Baik pada seorang pemimpin maupun orang biasa, batik menjadi pesan tentang literasi budaya, martabat, dan rasa memiliki daerah," ungkapnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.