BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Langkah kaki begitu semangat di pagi yang cerah, sinar matahari mulai menyinari dunia dan seolah memberi restu bagi Andini Dwi Hasanah seorang jurnalis muda Bangka Pos Group melangkahkan kaki dari Ibu Kota Provinsi menuju ke pulau terpencil diujung Selatan Pulau Bangka.
Perjalanan kali ini ia lakukan bukan untuk berliburan atau bersantai ria, melainkan hanya ada satu bekal utama yaitu rasa ingin tahu.
Apalagi untuk menuju ke Selatan Pulau Bangka, tepatnya Pulau Lepar membutuhkan waktu yang cukup lama kurang lebih tiga jam dengan mengendarai kendaraan roda empat hingga kapal speedboat.
Setelah tiba di Pulau Lepar, ia benar-benar datang sebagai orang asing. Tak punya saudara. Tak mengenal siapa pun. Bahkan mobil bisa dihitung dengan jari.
Avanza yang disewanya hari itu nyaris menjadi satu-satunya kendaraan roda empat yang melintas, membuat warga keluar rumah sekadar ingin tahu, siapa yang datang?
Namun justru di situlah ceritanya bermula.
Tujuan Andini ke Pulau Lepar cukup sederhana, mencari agen BRILink.
Ia hanya tahu, di Pulau Lepar ada satu agen yang melayani transaksi keuangan warga. Tapi siapa, di mana dan seperti apa, semuanya gelap.
Ia bertanya dari satu nelayan ke nelayan lain. Dari satu warga ke warga berikutnya.
"Kalau transfer uang di mana ya, Bang?"
Jawabannya berputar-putar, hingga akhirnya mengarah ke sebuah toko kelontong kecil milik Ihsan.
Sebuah toko sederhana, menjual kebutuhan harian, bensin eceran, mi instan, minuman dan menjadi simpul ekonomi kecil bagi warga sekitar.
Di situlah Andini melihat lebih dari sekadar layanan perbankan. Ia melihat kehidupan.
Toko Ihsan bukan hanya tempat transaksi, tapi tempat warga bertemu, mengandalkan dan menyambung hari.
Agen BRILink di pulau kecil itu menjelma menjadi denyut ekonomi yang nyata, sunyi tapi bekerja.
Cerita tentang Ihsan tak selesai dalam sehari. Andini menghabiskan sekitar tiga hingga empat hari untuk merampungkan tulisan feature tersebut.
Ia membaca ulang, menghapus, menulis kembali berkali-kali.
Baginya, menulis feature bukan sekadar merangkai data dan kutipan. Tapi menghadirkan suasana.
Ia mengingat bunyi mesin speedboat, bau asin laut di dermaga, papan kayu yang lembap, hutan sawit yang memanjang di kiri kanan jalan menuju Tanjung Labu.
Semua itu direkam lewat foto, video dan yang paling penting ingatan.
"Menulis feature itu melibatkan semua panca indra. Kalau lupa detail, saya buka galeri. Dari situ, cerita hidup lagi," ujarnya.
Ada satu kebiasaan yang membentuk gaya menulis Andini, yakni membaca fiksi.
Ia gemar membaca karya sastra, terutama fiksi Indonesia.
Dari sana ia belajar bahwa matahari tak melulu "bersinar", tapi bisa "tersenyum".
Mendung tak selalu "gelap", tapi bisa "saat mentari enggan membentangkan senyumnya".
Fiksi baginya adalah pintu menuju possible world, dunia yang mungkin. Dunia yang melatih imajinasi, empati dan kekayaan bahasa.
Ketika kembali ke dunia nyata, imajinasi itu membantu memahami realitas yang kerap kusut dan kompleks.
"Feature itu jurnalisme, tapi imajinasinya diasah oleh fiksi." kata Andin, Minggu (28/12/2025).
Ia hanya tahu ceritanya jujur.
Beberapa waktu kemudian, kabar itu datang, tepat menjelang magrib. Namanya tercantum sebagai pemenang menembus 1.312 karya dari seluruh Indonesia.
Langkah kecil yang berangkat dari nekat, dari pulau kecil di ujung Bangka, ternyata membawa Andini ke panggung nasional.
Pulau Lepar mungkin kecil di peta. Tapi dari sanalah Andini belajar bahwa jurnalisme tak selalu lahir dari gedung-gedung besar atau kota-kota sibuk.
Kadang ia tumbuh dari dermaga sepi, toko kelontong sederhana dan keberanian untuk bertanya.
Bagi Andini, kemenangan ini bukan garis akhir.
Ia menyebutnya sebagai langkah awal menuju mimpi yang lebih besar, melanjutkan pendidikan beasiswa S2 dan terus bercerita tentang Indonesia dari pinggiran.
Dari Pulau timah, seorang jurnalis muda menulis mimpinya. Dan lewat satu feature, mimpi itu mulai menemukan jalannya.
Ia sempat menceritakan kemenangannya itu ketika bertemu dan melaksanakan rapat redaksi di Kantor Bangka Pos Group, Jumat (26/12/2025) malam.
"Tidak menyangka sih, tapi Alhamdulillah bisa menang karena pesertanya lumayan banyak dan bisa mengharumkan nama Bangka Pos Group Tribunnews," ucap Andin.
(Bangkapos.com/Adi Saputra)