TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional Sulawesi Selatan (DPW PAN Sulsel) menggelar Musyawarah Daerah (Musda) secara hybrid, Minggu (28/12/2025).
Pengurus inti DPW PAN Sulsel hadir langsung lokasi, Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulsel.
Sedangkan ketua dan pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN kabupaten/kota ikut Musda secara daring menggunakan zoom.
Musda PAN ini bentuk efisiensi. Meksi begitu, Musda secara hybrid itu telah melahirkan 18 formatur DPD PAN kabupaten/kota.
Enam daerah lain akan menyusul untuk melaksanakan Musda.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto menilai wajar-wajar saja jika Musda atau pertemuan partai digelar secara hybrid.
Menurutnya, itu bagian dari efisiensi dan pemanfaatan teknologi.
"Saya kira banyak bisa dihemat dari situ, pekerjaannya juga bisa lebih efisien," tuturnya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Minggu (28/12/2025).
Namun, kata dia, pasti ada perbedaan pelaksanaan Musda digelar secara tatap muka dan online.
Pertama, suasana kebatinan berbeda.
Musda dilakukan dengan zoom itu lebih mekanis, sedangkan tatap muka suasana kebatinannya lebih terasa.
Baca juga: Musda PAN Kabupaten/Kota Se-Sulsel Tak Digelar Serentak, 6 Daerah Dapat Atensi Khusus
Kedua, lobi-lobi politik. Musda secara tatap muka, biasanya ada skorsing. Waktu skorsing dimanfaatkan untuk lobi.
Kalau Musda secara zoom ini bisa saja lobinya melalui pesan pribadi atau telepon.
'"Perbedaan di suasana kebatinan dan proses komunikasi yang terjadi, tapi subtansi tetap sama untuk ambil keputusan," sebut dosen berusia 45 tahun ini.
Meski begitu, Ali Armunanto menyebut, keputusan dihasilkan tetap substantif.
Sebab, musyawarah itu dilakukan secara kolaboratif.
Setiap orang mempunyai hak suara dan hak bicara.
Baca juga: Wakil Wali Kota Parepare Jabat Ketua PAN Setelah Tinggalkan Hanura
Hanya saja jika lewat zoom, harus raise hand atau open mic baru dapat menyampaikan pendapat.
Orang belum familiar alam alami kesulitan. Namun, itu tak mengurangi keputusan diambil.
"Saya kira spiritnya sama saja. Cuma mekanisme yang berbeda. Tidak berpengaruh dengan kualitas keputusan diambil," ucapnya.
Bahkan, Ali Armunanto merasa sangat penting memaksimalkan pertemuan partai secara online.
Lantaran konsolidasi membutuhkan komunikasi yang intens.
Pertemuan secara online pun lebih praktis. Cuma butuh koneksi internet.
Berbeda dengan tatap muka membutuhkan banyak biaya.
Ada biaya konsumsi, penginapan, transportasi harus dikeluarkan.
"Saya malah berpikir sudah saatnya partai bergerak dari sistem manual ke digital. Dengan bergeser dunia digital, transparansi bisa didorong lebih baik," pungkasnya. (*)