TRIBUNMANADO.CO.ID - Di atas ranjang ruang IGD RSUD Manado, Sulawesi Utara (Sulut) Lao Kiem Hoa (73) terbaring lemah.
Lansia yang akrab disapa Ci Hoa itu masih menyimpan trauma usai lolos dari insiden kebakaran Panti Werdha Ranomuut, Kota Manado, Sulawesi Utara pada Minggu (28/12/2025) malam.
Peristiwa mencekam itu terjadi saat Ci Hoa sudah berada di dalam kamar dan bersiap untuk tidur di Panti Werdha.
Panti Werdha adalah sebutan lain untuk panti jompo atau rumah perawatan lansia.
Panti Werdha merupakan sebuah institusi atau tempat tinggal yang menyediakan layanan perawatan jasmani, rohani, sosial, dan perlindungan bagi orang lanjut usia (lansia) agar mereka dapat menikmati masa tua dengan layak, aman, dan tentram, baik karena terlantar, tidak memiliki keluarga, atau dititipkan keluarga yang tidak mampu merawatnya secara rutin.
Kepada Tribun Manado, ia bercerita. saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 20.00 Wita.
Ia tak pernah menyangka malam itu akan menjadi salah satu pengalaman paling menegangkan dalam hidupnya.
“Saat itu saya sudah di kamar, sudah mau tidur,” ucap Ci Hoa lirih saat ditemui, Senin (29/12/2025) siang.
Belum sempat terlelap, ketukan keras tiba-tiba terdengar di pintu kamarnya.
Dari luar, terdengar suara panik memanggil namanya.
Ternyata penjaga panti, Om Inyo.
Dengan nada panik, Inyo berteriak menyuruhnya segera keluar.
“Ada yang panggil dari luar, Ci Hoa keluar, keluar,’” katanya menirukan suara tersebut.
Awalnya Ci Hoa tak terpikir akan terjadi kebakaran.
Namun perasaan tak enak membuatnya bergegas membuka pintu.
Ia terkejut saat melihat api sudah membesar di bagian luar kamar.
Kepanikan pun tak terhindarkan.
Dengan kondisi fisik yang sudah renta, Ci Hoa hanya bisa berjalan menggunakan walker.
Ia berusaha keluar kamar dengan susah payah, sementara api terus membesar.
Di tengah situasi genting itu, pertolongan datang.
Seorang penatua panti bernama Jhony langsung menggendongnya keluar dari area berbahaya.
“Dia pikul saya keluar dari sana,” ujarnya sambil menirukan dengan tangan.
Di kamar tersebut, Ci Hoa tidak sendiri.
Ia tidur bersama seorang penghuni lain bernama Oma Rini.
Menurut Ci Hoa, Oma Rini menderita sakit dan hanya bisa terbaring di kasur tanpa mampu bergerak.
Ci Hoa selamat, namun kerabatnya tak bisa bisa tertolong.
Kebakaran itu membuat Ci Hoa kehilangan segalanya.
Ia keluar hanya dengan pakaian yang melekat di badan.
Tak satu pun barang pribadi berhasil diselamatkan.
Meski demikian, rasa syukur masih terucap dari bibirnya.
Ia meyakini keselamatannya adalah anugerah Tuhan.
“Yang penting kita bersyukur. Ini hanya anugerah Tuhan,” katanya pelan.
Ci Hoa lahir di Manado pada 28 Juni 1952. Ia merupakan anak tunggal dan tidak memiliki saudara.
Sejak 2023, ia tinggal di Panti Werda Ranomuut.
Dalam kesehariannya, Ci Hoa dikenal sebagai jemaat Gereja Kristus Manado di Jalan Sam Ratulangi, Kecamatan Wenang.
Ia punya keluarga di area Manado namun sudah jarang ketemu.
Ia sebelumnya tinggal sendiri di wilayah Karame.
Setelah rumahnya dijual, ia kemudian masuk ke panti Werdha.
Hingga kini, Ci Hoa masih menjalani perawatan medis di RSUD Manado.
Polda Sulawesi Utara bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Manado akhirnya melakukan press release terkait peristiwa kebakaran yang terjadi di Panti Werda Damai, Kelurahan Ranomuut, Kecamatan Paal Dua, Manado, Sulut Minggu (28/12/2025).
Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Alamsyah P. Hasibuan didampingi, Kabid Dokkes Polda Sulut AKBP dr. Tasrif, Dirreskrimum AKBP Suryadi, Kapolresta Manado Kombes Pol Irham Halid, dan Wakil Wali Kota Manado dr. Richard Sualang menjelaskan kronologi kebakaran ini.
Menurut Alamsyah kebakaran ini terjadi sekitar pukul 20.36 Wita.
"Mendapat laporan dari masyarakat, personel Polsek Tikala bersama Satuan Samapta Polresta Manado segera mendatangi lokasi kejadian dan melakukan pengamanan Tempat Kejadian Perkara (TKP) guna mencegah gangguan keamanan," tutur Alamsyah, Senin (29/12/2025).
Alamsyah menjelaskan berdasarkan hasil penyelidikan di lokasi ada 16 korban meninggal akibat kebakaran ini.
"Dari 16 korban ini, 15 tubuh korban hangus terbakar, sedangkan 1 masih cukup utuh," ujar Alamsyah.
Alamsyah mengungkapkan pihaknya sampai saat ini belum bisa melakukan identifikasi karena tubuh korban hangus terbakar.
"Biasanya kalau proses identifikasi bisa kita ambil sempel bagian jari, gigi dan bagian tubuh lainnya tetapi karena 15 tubuh korban terbakar jadi sudah tidak bisa.
Jadi kami akan memakai cara lain dengan bekerja sama dengan pihak keluarga korban untuk meminta data-data para korban yang nanti akan kami gunakan untuk proses identifikasi," ujar Alamsyah.
Menurutnya, saat ini jenazah para korban masih berada di RS Bhayangkara dan belum bisa diambil oleh pihak keluarga.
"Kami meminta waktu untuk menyelesaikan proses identifikasi ini jadi mohon para keluarga bisa bersahabat sedikit.
Bagi masyarakat yang merasa keluarga menjadi korban bisa membuat laporan kepada kami agar bisa juga dilakukan identifikasi," ungkapnya.
Terbakarnya Panti Werdha Damai Manado ini menewaskan 16 penghuni panti lansia, sementara 16 lainnya berhasil diselamatkan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Manado, 16 korban selamat saat ini mendapatkan perawatan intensif di RSUD Manado.
Sementara itu, jenazah 16 korban meninggal dunia dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Tragedi ini menyisakan duka mendalam, sekaligus menjadi pengingat pahit akan pentingnya sistem keselamatan dan kesiapsiagaan di fasilitas sosial yang menampung kelompok rentan.
Berikut daftar nama atau identitas 16 korban yang selamat dari peristiwa kebakaran Panti Werdha Damai Ranomuut:
Sebanyak 16 jenazah ditemukan dalam proses evakuasi setelah kebakaran.
Kapolresta Manado Kombes Pol Irham Halid mengatakan, pihaknya masih melakukan olah TKP untuk memastikan penyebab kebakaran.
"Kami masih melakukan olah TKP," kata dia.
Sekda Manado Steven Dandel menuturkan, sebanyak 16 jenazah ditemukan di TKP.
Menurut dia, jenazah kini dibawa ke RS Bhayangkara Manado untuk keperluan identifikasi.
Api diduga muncul dari bagian belakang bangunan dan dengan cepat menyebar ke seluruh area, menyebabkan kepanikan dan kesulitan evakuasi.
Petugas pemadam kebakaran, relawan, dan warga sekitar bekerja sama untuk memadamkan api dan menyelamatkan para lansia.
Dalam hitungan menit, asap tebal dan kobaran api mengepung bangunan, membuat proses evakuasi berlangsung dramatis dan penuh risiko.
Relawan, warga sekitar, hingga petugas pemadam kebakaran bahu-membahu menyelamatkan para lansia yang terjebak.
Sejumlah penghuni yang dalam kondisi lemah dan menggunakan kursi roda harus dibopong keluar.
Mereka dievakuasi melalui pagar samping panti dengan cara saling mengoper tubuh korban agar bisa segera menjauh dari api.
Di tengah kepanikan, petugas Damkar berjuang keras memadamkan api sekaligus membuka akses evakuasi.
Suasana haru dan tangis pecah saat satu per satu penghuni berhasil diselamatkan, meski tak semua dapat tertolong.
Proses evakuasi berlangsung dramatis, penuh kepanikan dan air mata.
Di tengah api yang terus membesar dan asap pekat yang menyelimuti ruangan, Reki mengaku berhasil mengevakuasi tujuh orang dari dalam panti.
“Kami angkat satu per satu, ada yang sudah di kursi roda, kami naikkan ke pagar,” ujar Reki dengan suara bergetar.
Namun, perjuangan itu tak selalu berakhir bahagia.
Beberapa penghuni yang sempat dikeluarkan akhirnya meninggal dunia akibat terpapar asap terlalu lama.
Peristiwa itu meninggalkan luka mendalam bagi Reki dan warga yang malam itu menjadi saksi bisu kebakaran maut di Panti Werda Damai Manado.
"Ada yang sudah di kursi roda, kami naikkan ke pagar," kata dia.
Seorang opa berhasil ia selamatkan.
Namun meninggal dunia karena terpapar banyak asap.
Hal sedih lainnya yang ia alami adalah seorang oma.
"Oma itu katakan ia akan bersama keluarganya pada tanggal 5, tapi ia meninggal dunia, itu yang sesali," katanya.
Ia mengaku shock dengan kejadian itu. Sembari mengevakuasi penghuni, air matanya menetes. (Pet/Fer/Art)