TRIBUNNEWS.COM - Tanggal 30 Desember 2025 bukanlah hari biasa.
Terdapat 2 peringatan penting pada tanggal 30 Desember 2025.
Di Indonesia, tanggal ini menjadi momen penting karena menandai Hari Ulang Tahun Satuan Pengamanan (Satpam) ke-45.
Satpam adalah sebuah profesi yang menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan masyarakat dan lingkungan kerja.
Di sisi lain, tanggal 30 Desember juga dikenal secara internasional sebagai National Resolution Planning Day atau Hari Perencanaan Resolusi.
Peringatan ini mengajak setiap orang untuk mulai menata tujuan dan resolusi tahun baru.
Sehingga tidak hanya menjadi wacana saat kalender berganti, tetapi menjadi langkah nyata untuk perbaikan diri dan pencapaian target yang lebih baik.
Profesi satpam resmi dibentuk pada tahun 1980 oleh Jenderal Polisi (Purn.) Awaloedin Djamin, yang saat itu menjabat Kapolri, sebagai jawaban atas meningkatnya kebutuhan keamanan di perusahaan dan perkantoran.
Sebelum Satpam ada, pengamanan internal biasanya dilakukan oleh pegawai perusahaan sendiri, petugas tidak resmi, atau aparat kepolisian setempat.
Baca juga: Jelang Tahun Baru, Tanggal 31 Desember 2025 Apakah Libur?
Namun, sistem tersebut belum efektif dan tidak memiliki standar kompetensi yang jelas.
Dengan keluarnya SK Kapolri No. SKEP/126/XII/1980 pada 30 Desember 1980, dibentuklah Satuan Pengamanan sebagai profesi yang memiliki pelatihan, struktur, dan aturan yang baku.
Sejak saat itu, tanggal 30 Desember diperingati sebagai hari lahir Satpam di Indonesia, dan Prof. DR Awaloedin Djamin diakui sebagai Bapak Satpam Indonesia, dikutip dari https://web.pa-natuna.go.id/.
Pembentukan Satpam juga didasari studi banding terhadap sistem 'security guards' di berbagai negara serta praktik keamanan swasta yang terbukti efektif, mulai dari penjagaan rumah, perkantoran, hingga perusahaan.
National Resolution Planning Day mendorong kita untuk mulai memikirkan dan merencanakan tujuan hidup sebelum Tahun Baru tiba.
Dengan memulai pada tanggal 30 Desember, kita memiliki waktu untuk mempersiapkan strategi dan langkah konkret sehingga resolusi lebih realistis dan mudah dicapai.
Tradisi membuat resolusi sebenarnya sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun yang lalu, saat festival Akitu di Babilonia, dikutip dari National Today.
Festival ini berlangsung selama 12 hari untuk merayakan kelahiran kembali alam dan menandai awal tahun baru.
Orang-orang Babilonia membuat janji kepada dewa-dewa mereka, dengan harapan jika janji tersebut dipenuhi, para dewa akan merestui kehidupan mereka selama setahun ke depan.
Bangsa Romawi kemudian mengadopsi tradisi serupa.
Pada tahun 153 SM, Senat Romawi menetapkan tanggal 1 Januari sebagai permulaan tahun baru untuk menghormati dewa Janus, yang memiliki dua wajah untuk melihat masa lalu dan masa depan.
Praktik ini kemudian diresmikan oleh Julius Caesar pada 46 SM.
Seperti orang Babilonia, warga Romawi berjanji kepada dewa Janus tentang perilaku dan tindakan mereka di tahun mendatang.
Selama Abad Pertengahan, tradisi ini bertransformasi menjadi praktik para ksatria Eropa yang dikenal dengan ‘Sumpah Merak’, di mana mereka memperbarui sumpah kesetiaan dan kehormatan di akhir tahun, sambil menaruh tangan di atas simbol merak yang dimasak.
Istilah modern “New Year’s resolution” pertama kali tercatat di media cetak Amerika pada 1813, tepatnya di surat kabar Boston.
Sejak saat itu, membuat resolusi menjadi bagian penting dari budaya akhir tahun, mendorong individu untuk mengevaluasi diri dan menetapkan tujuan baru untuk tahun yang akan datang.
(Tribunnews.com/Farra)