TRIBUNPEKANBARU.COM - Sejak tahun 2021, Pupuk Indonesia berperan aktif dalam meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit milik rakyat di Bumi Lancang Kuning Provinsi Riau. Salah satunya melalui program Makmur.
Program itu menghubungkan petani dengan segala bentuk kebutuhan pertanian. Semacam asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, agro input, offtaker, dan pemerintah daerah. Adapun luasan lahan sawit yang masuk Program Makmur di wilayah Riau mencapai 6.841 hektare.
Hasil program ini cukup positif. Sebab, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa sawit dari perkebunan rakyat di Riau dari tahun 2021-2023 mengalami peningkatan sebesar 9,18 persen. Sementara pada tahun 2019-2020, produksinya menurun dari 4.789.191 ton menjadi 4.731.888 ton per tahun.
Pendampingan berkelanjutan dan edukasi memang menjadi kunci bagi perkebunan rakyat untuk bertumbuh. Sebab, 48 persen dari 3.401.607 hektare kebun kelapa sawit di Riau dimiliki oleh petani rakyat, sedangkan sisanya dikelola perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.
Hal ini turut diakui Direktur CV Bina Puskud Mandiri, Sitti Fatimah kepada tribunpekanbaru.com saat ditemui di kantornya di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru pada Selasa (9/12/2025).
Ia menemukan masih banyak petani sawit yang belum mengetahui perbedaan antara Nitrea Prill dan Nitrea Granul.
“Padahal untuk perkebunan kelapa sawit, pupuk urea yang direkomendasikan itu jenis granul karena butirannya lebih besar sehingga pelepasan nitrogennya berlangsung secara bertahap, tahan cuaca dan cocok untuk perkebunan,” terang dia.
Sejak resmi menjadi distributor retail Pupuk Indonesia pada tahun 2023, pihaknya kemudian ikut serta mengedukasi petani sawit terkait pemilihan pupuk urea ini. Bahwa kandungan dan harga pada granul dan prill itu sama, perbedaannya hanya terletak pada peruntukannya.
“Edukasi ini terbilang efektif. Terlihat dari grafik penjualan Nitrea Granul, jika pada tahun 2023 baru terjual ratusan ton, tahun ini penjualannya telah menembus ribuan ton,” kata Sitti.
Sementara beberapa petani sawit yang diwawancarai tribunpekanbaru.com mengaku masih menggunakan Nitrea Prill. Seperti Andreas yang rutin sekali setahun memupuk urea pada lahan sawit miliknya seluas 5 hektare di Tapung Hulu, Kabupaten Kampar.
“Jenis granul belum pernah saya gunakan, dan ini juga baru pertama kali saya dengar. Selama ini, saya dan beberapa petani di sini biasanya kami memakai pupuk urea berbutir halus yang mudah larut itu (prill),” kata dia, Minggu (14/12/2025).
Baca juga: Harga TBS Sawit Riau Periode 24 Desember 2025 hingga 13 Januari 2026, Umur 9 Tahun Masih Tertinggi
Baca juga: Warga 4 Kepenghuluan di Rohil Tolak Perpanjangan HGU Perusahaan Sawit, Minta Presiden Jadikan TORA
Terkait intensitas pemupukan urea hanya sekali setahun, Andreas menilai alokasi anggaran pemupukan lebih efektif difokuskan pada pupuk NPK yang ia aplikasikan dua kali dalam setahun
“Karena Pupuk NPK itu kan sudah mengandung unsur nitrogen, kalium, pospat, boron dan magnesium. Jadi saya rasa itu sudah cukup,” tuntas dia.
Hal senada juga disampaikan Chandra, petani sawit yang memiliki lahan seluas 4 hektare di Ujung Batu Rokan Hulu. Ia biasa menggunakan Nitrea Prill sebagai pupuk urea dengan intensitas maksimal dua kali setahun.
“Untuk jenis granul, saya pernah mendengarnya. Cuma kadang pasokannya di toko sini agak sulit. Sementara untuk prill, pasokannya ada terus. Jadi kami di sini terkadang gak punya pilihan,” kata dia.
Chandra mengaku tidak terlalu memaksimalkan penggunaan pupuk urea karena menilai perannya tidak sepenting pupuk NPK. Menurutnya, urea lebih berfungsi pada pertumbuhan daun dan tidak berdampak langsung terhadap pembentukan buah.
“Kalau kami petani tentu melihat hasilnya dari yang tampak saja. Percuma jika daun terlihat maksimal, tetapi produktivitas buah tidak bertambah. Lebih baik dana pemupukan ini kami alokasikan untuk pupuk NPK,” tuntas dia.
Agronomis Pupuk Indonesia Pendukung Penjualan Regional 1 A Wilayah Kerja Riau, Kepri, Sumbar, Andi Abdul Sani mengatakan edukasi kepada petani masih menjadi fokus pihaknya dalam beberapa tahun ke depan.
Seperti pandangan petani yang masih meyakini Pupuk Urea hanya berfungsi untuk daun. Padahal kata dia, sama dengan rekomendasi budidaya pada umumnya, bagi tanaman tahunan pasti melalui proses vegetatif dan generatif.
“Maka kalau dianggap pemupukan urea tidak penting, itu salah besar karena sepanjang tahun urea akan terus dibutuhkan bagi pertumbuhan sawit. Bagaimana tanaman sawit bisa membentuk bunga tanpa adanya pertumbuhan yang baik? Lalu bagaimana juga proses generatif dapat berjalan jika fase vegetatifnya tidak optimal,” ujar Andi kepada tribunpekanbaru.com, Senin (15/12/2025).
Pihaknya secara umum merekomendasikan bahwa pemupukan nitrogen dalam bentuk urea itu diperlukan dengan intensitas minimal dua kali dalam satu tahun, interval per satu semester.
Terkait pemilihan jenis urea, Andi memaklumi masih banyak petani menggunakan Nitrea Prill. Pasalnya, sejak dulu terutama saat pupuk subsidi masih tersedia bagi petani sawit, jenis urea yang umum digunakan berbentuk prill.
“Memang ini menjadi salah satu tugas kami untuk lebih gencar mensosialisasikannya. Karena urea granul yang merupakan hasil teknologi Pupuk Indonesia dirancang khusus untuk petani sawit. Tujuannya agar unsur nitrogennya tidak terbuang sia-sia setelah diaplikasikan,” jelas dia.
Terkait edukasi itu, Andi mengatakan terbuka untuk terus bersinergi dengan kelompok petani di Riau. Salah satunya melalui Kios Pupuk Indonesia yang berada di wilayah kelompok tani tersebut. Atau bisa juga dengan mengisi formular pendaftaran melalui tautan berikut: link
“Kami siap turun untuk mendampingi kelompok tani yang tergabung mulai dari Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), BUMDES dan KUD,” singkat dia.
Edukasi dan pendampingan bagi perkebunan sawit rakyat kini menjadi kebutuhan yang kian mendesak.
Sebab, perusahaan-perusahaan besar memiliki sumber daya untuk melakukan riset berkelanjutan demi mendongkrak produktivitas. Sementara petani-petani kecil masih harus berjibaku sejak awal, bahkan sekadar untuk menebus pupuk yang harganya tak selalu ramah kantong.
Padahal, ketika pemupukan di lahan masyarakat itu ditopang riset ilmiah yang memadai, hasilnya bisa jauh lebih tepat sasaran.
Banyak penelitian yang dilakukan menemukan hal serupa bahwa setiap lahan itu memiliki karakteristik yang berbeda. Namun budaya pemupukan masih kerap diaplikasikan secara seragam untuk persoalan yang sebenarnya tak sama. Atas kondisi itulah jurang pengetahuan menjadi hambatan nyata bagi produktivitas sawit rakyat.
Oleh sebab itu, keterlibatan Pupuk Indonesia sangat diharapkan dalam meningkatkan hasil panen sawit milik rakyat.
Program semacam layanan gratis mobil uji tanah, PerciPalm yang memafaatkan teknologi satelit dan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan rekomendasi pemupukan yang akurat serta program Agro Solution lainnya diharapkan lebih ditingkatkan bagi petani sawit di Riau.
Direktur CV Bina Puskud Mandiri, Sitti Fatimah menjelaskan Pupuk Indonesia komitmen dalam menjaga stabilitas pasokan pupuk, khususnya urea dan NPK yang sangat dibutuhkan petani sawit di Riau.
Menurutnya, sejak tahun 2023 tidak ada kendala yang dialami pihaknya dalam menyalurkan berbagai produk Pupuk Indonesia.
“Stabilitas pasokan ini penting, apalagi sejak pupuk subsidi tidak diizinkan lagi digunakan untuk tanaman sawit. Sehingga, para petani sawit di Riau memang sangat bergantung terhadap ketersediaan pupuk non subsidi ini,” jelas dia.
Ia juga mengapresiasi sistem penjualan Pupuk Indonesia yang terintegrasi dan cepat. Maksudnya, mulai dari proses penjualan hingga administrasi berlangsung efektif dan efisien.
“Misalnya kami melakukan pemesanan hari ini, barang yang dipesan akan segera diproses,. Dengan begitu, kami sebagai distributor pun merasa lebih tenang,” sambung Sitti.
Diketahui, Pupuk Indonesia sejak tahun lalu telah mengembangan Command Center untuk menjaga akurasi penyediaan stok dan distribusi kebutuhan pupuk diberbagai wilayah sehingga dapat dipantau setiap saat secara real time. Disamping itu, juga ada platform ProcureX yaitu platform pengadaan terintegrasi yang meningkatkan efisiensi dalam rantai pasok dan logistik
Jaminan pasokan ini menjadi hal penting bagi Sitti sebagai direktur. Pasalnya, berdasarkan basis data perusahaan, kurang lebih 120 kios pupuk yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Riau bergantung pada kelancaran pasokan tersebut.
“Kami sebagai distributor berharap Pupuk Indonesia mempertahankan bahkan meningkatkan kinerjanya agar pasokan tetap terjaga dan kebutuhan petani terpenuhi secara berkelanjutan,” harap dia.
Menyongsong tahun 2026, Bina Puskud berencana menggiatkan sosialisasi dan promosi dua pupuk berkualitas lainnya dari Pupuk Indonesia. Yaitu NPK Petro Nitrat dan Pupuk ZK Petro.
“NPK Petro Nitrat yang mengandung Nitrogen 16 persen, Fosfat 16 persen dan Kalium 16 persen. Komposisi ini menjadi asupan maksimal untuk berbagai jenis tanaman, khususnya kelapa sawit,” urai Sitti.
Ia melanjutkan, NPK Petro Nitrat ditawarkan dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan produk kompetitor dengan kandungan serupa yang selama ini banyak digunakan petani sawit.
“Pupuk ZK Petro juga menarik untuk ditingkatkan penjualannya di Riau. Saya bahkan menyebutnya sebagai ‘pupuk sultan’. Meski harganya hampir dua kali lipat dibanding produk sejenis, kualitas hasil yang ditawarkan sebanding,” ulas dia.
Adapun Pupuk ZK Petro mengandung Kalium yang cukup tinggi sebanyak 50 persen, Sulfur 17 persen. Pupuk berbentuk serbuk putih ini larut dalam air dan mudah diserap tanaman. Dan juga, ZK Petro dapat dicampur dengan pupuk lainnya sehingga aman digunakan untuk segala jenis tanaman.